Sayangnya kondisi pura di Tanah Lot makin terkikis abrasi, sehingga pengunjung tidak boleh mendekat ke pura yang menjadi salah satu ikon pariwisata Bali. Pulangnya, karena macet, kami memasuki hotel di Kuta saat malam hari. Tapi ada bagusnya juga, karena sekalian menikmati semarak dunia malam di Legian dan Kuta dengan live musicyang terdengar dari beberapa pub. Kami juga melewati tugu peringatan bom Bali.
Sorenya adalah saat berburu oleh-oleh. Sekarang sudah ada pusat oleh-oleh serba ada yang berukuran besar dengan sistem swalayan di Kuta. Hal ini tentu memudahkan wisatawan, tapi juga membuat pedagang oleh-oleh di kios kecil yang tersebar di banyak obyek wisata, berkurang omzetnyaÂ
Sebelum ke bandara, melihat cuaca yang cerah kami sempatkan menikmati Pantai Jerman (terusan Pantai Kuta). Meski kami tidak sampai melihat matahari tenggelam di laut, tapi pemandangan menjelang tenggelam tersebut terlihat syahdu.
Begitulah travel story kami di Bali, pulau yang selalu mengangenkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H