Jakarta memang kota yang padat. Tapi jangan bayangkan Jakarta hanya sebagai tumpukan gedung jangkung di jalan protokol yang kontras dengan dempetan rumah kumuh di beberapa kawasan perkampungan. Meskipun jalanan yang macet dan udara yang tercemar polusi menjadi ancaman bagi warga Jakarta, tetap ada potongan-potongan lain yang membuat Jakarta tidak semuanya separah yang dipikirkan banyak orang.
Ada kawasan Monas dengan lingkungan yang hijau beserta taman-taman di berbagai belahan Jakarta yang menjadi oase bagi warga. Dan kali ini saya memberi contoh lain, dengan mengangkat Danau Sunter yang terletak di Jakarta Utara. Danau ini beberapa waktu yang lalu menjadi berita ketika Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melakukan lomba renang  dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno.
Saya membayangkan bila di hari libur tentu cukup asyik bagi warga ibukota untuk menikmati Danau Sunter. Pelataran serupa trotoar berukuran lumayan lebar, bisa dimanfaatkan sebagai area bermain, atau sekadar duduk-duduk di bangku taman. Kelihatannya bangku tamannya relatif baru yang di pasang cukup tersebar beserta tong-tong sampah yang terbagi atas beberapa kelompok sampah.
Yang disebut Danau Sunter tersebut sebetulnya terdiri dari dua buah danau, yang masing-masingnya berbentuk persegi empat yang memanjang. Ke dua danau ini, yang biasa disebut sebagai Danau Sunter 1 dan Danau Sunter 2, terpisah beberapa puluh meter, sehingga bagi yang tidak tahu, bisa saja tidak meneruskan perjalanan ke danau ke dua.
Bila pengunjung kelaparan, ada banyak warung makanan dan minuman di pinggir danau pertama bila kita masuk kawasan Sunter dari Jalan By Pass. Bahkan ada hotel yang lumayan besar, di pinggir danau ini. Sedangkan di seberang jalan di sebelah kanan danau kedua, Â ada pula masjid cantik yang dibangun seorang mualaf keturunan Tionghoa. Masjid yang bernama Ramlie Musofa ini arsitekturnya meniru Taj Mahal di India, sehingga disebut pula Taj Mahal Mini.
Masih di danau kedua, di seberang sisi kirinya terlihat perkampungan yang rumah-rumahnya dicat aneka warna, tampaknya meniru kampung warna Jodipan di Malang. Sayang saya belum sempat mengeksplor kampung warna versi Sunter ini. Sebagai catatan, saat ini di berbagai kota, berbekal swadaya masyarakat, bermunculan kampung warna, seperti di Semarang, Surabaya, dan Lubuk Linggau. Ternyata Sunter sebagai "wakil" Jakarta tidak mau kalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H