Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Drama Pembantaian Masal Sebelum Run Ditukar dengan Manhattan

15 Maret 2018   21:27 Diperbarui: 15 Maret 2018   21:54 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto diambil dari cover buku (dok pribadi)

Belanda, dengan persenjataan yang lebih modern untuk ukuran masa itu, akhirnya menguasai hampir semua pulau-pulau di Maluku. Namun Pulau Run yang terpencil dan sulit dijangkau karena dikelilingi karang, jatuh ke tangan Inggris. 

Dengan pendekatan yang santun kepada pemimpin adat setempat, Inggris mendapat hak memonopoli pembelian rempah-rempah. Hal ini sangat berbeda dengan pendekatan Belanda yang menimbulkan kebencian dari masyarakat di pulau-pulau yang didudukinya.

Tapi suatu kali di tahun 1620, Courthope sebagai pemimpin Inggris di Run berlayar ke Banda Besar, pulau terdekat dari Run karena ingin membantu penduduk lokal yang memberontak pada Belanda. Seorang Belanda yang menjadi tahanan Inggris di Run membuat pesan tertulis yang membocorkan rencana perjalanan Courthope, sehingga Belanda bisa menghadang dan membunuh Courthope.

Setelah itu, Belanda dengan mudah menguasai Run. Orang Inggris di Run disiksa secara keji sebelum dibantai secara masal. Banyak pula yang dihukum gantung melalui persidangan sesat dengan tuduhan orang Inggris  mau memberontak. Jadi, Belanda yang sebelumnya menilai orang lokal tidak beradab karena punya budaya memenggal kepala musuh, justru diterapkan oleh Belanda kepada Inggris. 

Ketika berita pembantaian itu sampai ke Inggris, mereka tentu merasa terhina dan bertekad membuat perhitungan dengan Belanda. Tapi kekuatan Belanda di Nusantara terlalu kokoh untuk dilawan. Proses perundingan untuk minta kerugian juga tidak digubris oleh Belanda.

Barulah di tahun 1664, mengetahui jajahan Belanda di Manhattan yang ketika itu dinilai kurang strategis dan hanya dijaga sedikit tentara, akhirnya menjadi pelampiasan Inggris. Inggris dengan mudah melumpuhkan Belanda, dan New Amsterdam diganti namanya menjadi Manhattan, New York.

Kemudian pendudukan Inggris di Manhattan tersebutlah yang oleh Belanda diusulkan sebagai pengganti Run, agar Inggris tidak menuntut ganti rugi lagi. Tapi perlu waktu lama sampai Inggris sepakat dalam perundingan di Breda.

Itulah nukilan kisah pulau yang "tertukar", meski banyak yang bilang bahwa rezeki tidak akan tertukar. Yang jelas, saat ini nasib Run dan Manhattan betul-betul berbeda bagai bumi dan langit. Tapi paling tidak kita boleh memendam kebanggaan, bahwa dulu Run dihargai sama dengan Manhattan. 

Apakah mimpi bila nanti ada pulau di negara kita yang nilainya setinggi Run tiga abad yang lalu? Mungkinkan Pulau Bali atau Sumba dengan potensi wisatanya? Atau Batam dengan industrinya? Bermimpi toh tidak dilarang.

Foto diambil dari cover buku (dok pribadi)
Foto diambil dari cover buku (dok pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun