Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Iklan Keroyokan di Seragam Klub Sepak Bola Indonesia

6 Februari 2018   22:56 Diperbarui: 7 Februari 2018   08:59 5954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu saja nilai kontrak untuk menjadi sponsor utama amat besar. Sedangkan perusahaan lain boleh pula menjadi sponsor pendamping, tapi logonya tidak muncul di jersey pemain saat pertandingan resmi berlangsung. 

Garuda Indonesia yang punya jalur penerbangan Jakarta-London, pernah mencoba jadi sponsor pendamping sebuah klub di Inggris, dan logo Garuda dipasang di kostum latihannya. Latihan klub-klub besar biasanya juga ramai didatangi penggemarnya. 

Boleh jadi Garuda terinspirasi karena melihat betapa maskapai penerbangan yang berbasis di Uni Emirat Arab demikian kuat branding-nya dengan menjadi sponsor utama. Namun Garuda dengan keterbatasan finansial hanya mampu bertahan selama satu musim kompetisi.

Mungkinkah jersey klub di Liga 1 kita bisa terlihat elegan seperti di liga-liga Eropa? Kuncinya terletak pada tata kelola liga itu sendiri. Bila semuanya berlangsung mulus, tertib, jauh dari kericuhan dan skandal, maka penonton akan membludak di setiap laga. Rating televisi yang mendapat hak siar pertandingan pun juga naik. 

Maka kalau kondisi itu terwujud, sponsor tidak akan keberatan mengucurkan dana yang jauh lebih besar ketimbang yang sekarang dianggarkannya. Dengan demikian logonya tampil gagah di dada pemain tanpa didampingi oleh banyak logo perusahaan lain, karena kebutuhan klub telah tertutupi, termasuk dari penjualan merchandise, penjualan tiket pertandingan, dan pembagian hak siar televisi.

Sementara kondisi ideal tersebut tengah dibangun, kita nikmati saja iklan keroyokan di beberapa klub Liga 1. Bahkan hal ini pantas disyukuri, karena menjadi pertanda awal yang baik, bahwa banyak sponsor berani mencoba meramaikan persepakbolaan kita. 

Bila pihak sponsor merasa puas di masa "coba-coba" tersebut, dengan indikator meningkatnya citra perusahaan di mata publik serta semakin bertambah konsumen atau pelanggannya, maka kolaborasi dunia usaha dengan klub bola kita akan memasuki era keemasannya.

Semua stakeholder di Liga Indonesia telah sepakat untuk tidak menggunakan anggaran negara atau daerah buat klub bola. Tak ada jalan lain, kemampuan manajemen klub dalam memikat sponsor dan secara paralel disertai dengan terwujudnya atmosfir kompetisi Liga 1 yang fair, menjadi harga mati bagi kemajuan sepak bola Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun