"Oh, begitu ya, Bu?" jawab sang ayah.
"Iya, Pak. Kami tak berdaya. Bagai dijajah kompeni 350 tahun, Pak. Hmm ... mungkin roh kompeni-kompeni itu sekarang menjelma ke dalam diri punggawa-punggawa kerajaan 'kolam susu ini', Pak."
Perbincangan itu berlanjut dengan diskusi berikutnya dengan beberapa 'shifu' dan wakil kepala 'shifu' di sekolah itu yang berjalan beberapa menit, lalu pihak sekolah memutuskan untuk memanggil sang ayah menemui pihak sekolah di hari lain.
Deadlock. Hari itu tetap tidak ada solusi untuk pendidikan Raden Michael.
-----
Beberapa hari kemudian, sang ayah dipanggil lagi ke sekolah dengan membawa Raden Michael, pihak sekolah ingin minta tanda tangan persetujuan dari keduanya tentang jika sewaktu-waktu pihak sekolah ditegur oleh atasan mereka maka mereka tidak akan bertanggung jawab dan tanggung jawab serta resiko akan dibebankan kepada sang ayah dan anak didik yaitu Raden Michael.
-----
Terdengar di radio, varian baru virus flu yang termodifikasi itu makin merajalela terutama di ibukota kerajaan 'kolam susu' dimana mereka tinggal.
Beberapa sekolah menghentikan sistem pembelajaran manual karena beberapa murid dan beberapa 'shifu' terpapar penyakit sederhana namun dapat merenggut nyawa itu.
Pihak yang berwenang di ibukota kerajaan 'kolam susu' juga masih kekeh, super nekat untuk tetap bersikap otorian. Mendiadakan sistem pembelajaran modern, pembelajaran secara online dengan berbagai argumen-argumen yang tersusun rapi namun spekulatif.
Sementara punggawa pendidikan di kerajaan 'kolam susu' terlihat tak berdaya menghadapi gempuran kaum '1.0 verse'. Sang punggawa yang notabene dikenal sebagai pejuang kaum '4.0 verse' tak terlihat menciut siungnya dan tidak dapat mengambil keputusan dari dirinya sendiri. Entah karena sungkan, takut atau ada hal lain yang memang dirahasiakan yang tak mungkin diketahui oleh rakyat biasa.