Mohon tunggu...
Irwan Partono
Irwan Partono Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis - Peneliti - Marketing Consultant - Motivator - IT Programmer - StartUp Developer

Penulis - Peneliti - Marketing Consultant - IT Programmer - StartUp Developer

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Raden Michael

5 Februari 2022   15:11 Diperbarui: 5 Februari 2022   15:16 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raden Michael merupakan anak yang pintar, selalu juara di sekolah jenjang sebelumnya. Dia lahir sebagai anak dengan beberapa kelebihan selain pintar, berwajah tampan, bertubuh tinggi atletis karena dia sejak kecil dikader sebagai atlet renang. Namun karena pandemi yang berkepanjangan karir bidang olah raga itu harus dibatalkannya. Puluhan medali emas cabang renang menganggur tergantung di paku tembok kamarnya. Berbagai piala pun terlihat teronggok tak berguna.

Sang ayah --yang masih menyandang gelar Radem Mas dari salah satu kerajaan di kota asal sang Raja-- mendidik Raden Michael dengan cara moderat. Sejak kecil Raden Michael dikenalkan dengan teknologi tinggi. Anak kecil pintar itu dididik dan diberi kebebasan penuh untuk mengakses semua informasi dari internet.

Sang ayah bekerja di bidang IT dan merupakan salah satu programmer dengan berbagai karya di bidang IT. Cita-cita sederhana sang ayah adalah menjadikan anak-anaknya sebagai anak yang moderat, anak-anak kerajaan 'kolam susu' yang berwawasan internasional.

-----

Suatu hari seorang 'shifu' wanita dari sekolah dimana Raden Michael belajar, memanggil ayahnya.

"Pak, bagaimana ini, kelanjutan sekolah anak bapak?" terdengar suara merdu 'shifu' wanita, pengajar dari sekolah itu.

"Hmm ... kami memilih untuk belajar secara modern, Shifu," jawab sang ayah.

"Oh, begini, Pak. Saat ini kami tidak dapat memberikan pilihan itu, sebab peraturan serombongan punggawa kerajaan telah memutuskan untuk meniadakan sistem modern itu --sistem pembalajaran jarak jauh--, kami diperintahkan untuk mundur lagi dan wajib memakai sistem jadoel, meski sebenarnya kami memilih sistem modern seperti pilihan Bapak. Tetapi kami tak berdaya, Pak. Kami tidak berani menentang keputusan atasan kami. Apalagi keputusan elit global, keputusan para punggawa kerajaan 'kolam susu' yang terkenal saklek, dan harus alias wajib dituruti! Ya, semacam otoriter begitulah, Pak!" terdengar dari speaker ponsel di genggaman sang ayah.

Ayah Raden Michael 'manggut-manggut' --mengangguk berkali kali dengan backsound suara hmm ... hmm ..."

"Emm ... pandemi ini kan belum berakhir, Bu. Bahkan varian baru sedang marak, bertambah banyak dan makin berlipat-lipat setiap hari. Itu yang saya dengar dari radio dan saya baca di berbagai media lain sebagai sumber resmi informasi penting di negeri 'kolam susu' ini," jawab sang ayah.

"Terus bagaimana, Pak? Kami tidak memiliki solusi untuk anak, Bapak. Kami harus tunduk kepada keputusan 'otorian' itu, jika kami menentang atau membuat keputusan lain kami akan dipecat secara tak terhormat, kami takut, Pak. Walaupun kami sebenarnya tak setuju juga dengan keputusan yang mendadak dan tidak masuk akal ini." sang 'shifu' mencoba memberikan penjelasan sesuai petunjuk atasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun