Mohon tunggu...
Irwan Lalegit
Irwan Lalegit Mohon Tunggu... Konsultan - Nama Lengkap Saya: Irwan Gustaf Lalegit

ADVOKAT, Alumni Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi Manado.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Agar Badak Jawa dan Sumatera Tak Punah dari Pertiwi Ini

17 Oktober 2016   13:30 Diperbarui: 19 Oktober 2016   00:16 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Gambar Fakta tentang Badak Jawa: Infografis Badak WWF-Indonesia)

Sebagai “Ibu Badak, Irna Narulita berharap, masyarakat Pandeglang masih bisa melihat Badak Jawa dengan mata kepala sendiri di Ujung Kulon. Bahkan menurutnya, keberadaan badak bercula satu yang kini hanya tersisa di kabupaten Pandeglang itu, serta potensi taman nasional Ujung Kulon dengan ekowisata baharinya itu bisa menjadi magnet (mengundang) wisatawan dalam negeri serta mancanegara untuk datang ke kabupaten Pandeglang.

Irna pun tak lupa meminta dukungan seluruh pemangku kepentingan untuk mendorong peningkatan program konservasi Badak Jawa yang kini hanya tinggal 63 individu.

Saya berharap semua empati, bantuan dari kita semua, mampu menjadi magnet bagi wisatawandalam dan luar negeri untukmengunjungi Pandeglang, Ujung Kulon,atau Pulau Peucang, dan tentu akan meningkatkankesejahteraan bagi masyarakat Pandeglang.Saya juga berharap JARISCAbisa diwujudkan yang tentunya akan menjadi kebanggaankita semua,” tutur mantan anggota DPR RI periode 2014 hingga 2016 ini.

Rumah baru

Karena menghadapi ancaman nyata dimasa depan misalnya penyakit dan bencana alam seperti letusan gunung Krakatau, Gempa Bumi dan Tsunami yang bisa saja terjadi di Ujung Kulon dan menimpa Badak Jawa tersebut, maka menurut Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon Mamat Rahmat perlu pembangunan populasi kedua.

“Populasi kedua badak jawa itu adalah dimana badak jawa saat ini hanya pada satu areal yang sangat terbatas, jika terjadi penyakit atau bencana alam yang mendadak, itu bisa mengakibatkan kepunahan lokal maupun kepunahan global. Badak jawa hanya ada di kita di ujung kulon dan tidak ada lagi, oleh karena itu harus ada kantong-kantong seperti ini di JRSCA (Javan Rhino Study and Conservation Area, red) sebagai salah satu dari second habitat, mungkin nanti juga kita survey di Sukabumi, kita sampaikan alternatif second habitat dan kita berharap pemerintah tinggal ketuk palu untuk menetapkan. Pulau panaitan juga akan kita survei sebagai alternatif kedua habitat badak jawa. Intinya, semakin banyak kantong habitat maka kelestarian akan makin terjaga, harapan dengan banyak kantong itu, jangan terjadi badak jawa di ujung kulon ini tinggal di museum, ya harus kita selamatkan, harimau jawa dulu punah kita tidak melakukan apa-apa, jangan sampai badak jawa punah karena kita tidak melakukan apa-apa”,terang Mamat Rahmat kepada awak media di depan ruang pameran kerajinan masyarakat penyanggah Ujung Kulon usai penandatanganan spanduk “Hari Badak Sedunia 2016”.

Mamat Rahmat menambahkan, karena Ujung Kulon dan Badak Jawa telah menjadi aset dunia maka kita semua wajib melestarikannya. Ia pun menambahkan bahwa ada beberapa agenda pemerintah kedepan yang akan dilakukan untuk penguatan konservasi flora dan fauna, juga terhadap pemberdayaan masyarakat sekitar.

Menurutnya masyarakat di sekitar Ujung Kulon adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari zonasi taman nasional yang memiliki Badak Jawa, sehingga tidak mungkin masyarakat justru yang dimarjinalkan, sedangkan satwa yang selalu diperhatikan. Justru katanya, kedua-duanya yakni antara alam dengan masyarakat harus diperhatikan secara bersama-sama.

Bersama kita bisa menyelamatkan keanekaragaman hayati khususnya Badak Jawa yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon, Insyaallah masyarakat dan Badak mesra, semua stakeholder, semua pihak baik pusat maupun daerah bersinergi menyelamatkan Badak beserta habitatnya, serta mensejahterakan masyarakat”, demikian Mamat Rahmat.

Nah, mari kita semua mendukung agenda konservasi Badak di Indonesia, supaya kita yang telah diwarisi dengan bumi yang indah ini dan kelak mewariskannya buat generasi mendatang, terus peduli agar Badak Jawa dan Sumatera tidak pernah (akan) punah atau begini: ”jangan sampai kita membiarkan mereka (badak) tinggal menjadi cerita bagi anak cucu kita di buku-buku pelajarannya”. Ya, benar juga kata pengiklan: "tidak ada Badak, memang--tidak bagus!

Penulis: Irwan Lalegit, 17/10/2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun