Mohon tunggu...
Irwan Rusdy Keliata
Irwan Rusdy Keliata Mohon Tunggu... Guru - #bukan siapa-siapa

Menulis itu, seperti berbicara diatas tulisan. dapat berekspresi bebas sesuai yang dipikirkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa yang Kita Cari?

22 Januari 2022   15:38 Diperbarui: 22 Januari 2022   16:05 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat)." (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani).

Didunia harta menjadi kenikmatan yang paling utama dicari oleh manusia, padahal ini merupakan kenikmatan yang paling rendah. Lihatlah bagaimana seserong untuk mendapatkan harta rela menghianati saudaranya, rela membunuh hanya untuk mendapatkan beberapa rupiah saja, bahkan seorang anak tega mengadili ibu kandungnya demi mendapatkan seluruh warisan Ayahnya, Naudzubillahi Minnannar. 

Sesungguhnya harta dunia dikekang oleh waktu jika tidak habis digunakan oleh diri sendiri maka ia akan habis digunakan oleh ahli warisnya. Inilah nikmat yang rendah yang banyak membutakan hati manusia. Mereka merasa dengan memiliki banyak harta maka kehidupan seseorang akan bahagia, akan baik-baik saja tanpa beban hidup namun mereka lupa bahwa letaknya bahagia bukan berada pada harta melainkan pada hati.

Allah subhanahu Wata'ala berfirman dalam QS. Al Hadid ayat ke-20

artinya:

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani..."

Kenimatan kedua setelahnya adalah nikmatnya Jabatan atau kekuasaan. Tidak sedikit sebagaian manusia melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan hal ini sekalipun dengan cara yang kotor. Mereka menjilat atasan, menebar fitnah, menyogok rakyat, rela mengeluarkan harta berapapun semata-mata hanya untuk mendapatkan jabatan/kekuasaan. 

Akan tetapi nikmat ini hanya sesaat. Ia akan berakhir ketika telah bergulirnya masa dan hanya akan dikenang sebagai nama. Inilah ambisi kuat manusia ketika telah mendapatan nikmatnya harta, mereka condong ingin juga merasakan nikmatnya kekuasaan.

Kenikmatan ketiga setelahnya adalah tubuh yang sehat. hal Ini senantiasa terlupakan bagi Sebagian manusia, bahwa tubuh yang sehat merupakan nikmat dan rejeki dari Allah Subhanahu Wata'ala. Ketika sakit melanda, seseorang akan berkorban mengeluarkan harta berapapun yang ia miliki untuk berobat atau bahkan ia akan rela menggantungkan jabatannya kepada orang lain. 

Maka kenikmatan ini dapat menyapu habis seluruh harta-harta yang telah ia kumpulkan atau membuang prestasi jabatan yang telah di raihnya karena dimatanya kesehatan akan jauh lebih penting dari pada harta dan jabatan yang ia miliki.

Kemudian kenikmataan yang ke empat adalah nikmatnya ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wataala. Sejatinya kenikmatan ini adalah kenikmatan orang-orang salih, merupakan kenikmatan yang paling utama yang seharusnya dicari dan menjadi prioritas seluruh kamu muslimin. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun