Mohon tunggu...
Irwan Rusdy Keliata
Irwan Rusdy Keliata Mohon Tunggu... Guru - #bukan siapa-siapa

Menulis itu, seperti berbicara diatas tulisan. dapat berekspresi bebas sesuai yang dipikirkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa yang Kita Cari?

22 Januari 2022   15:38 Diperbarui: 22 Januari 2022   16:05 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu terus berlalu tanpa ragu menuju batas yang telah ditentukan Allah Subhanahu Wataala., sementera banyak manusia yang menjalani hidup ini dengan keraguan. Waktu terus berjalan menyusuri Lorong-lorong kehidupan dan tidak akan pernah kembali, sementara manusia lalai dan menyia-nyiakan hari demi harinya. 

Matahari selalu terbit di timur dan tenggelam dibarat untuk menandai pergantian waktu, sementara banyak manusia yang masih terlelap dalam buaian dunia yang pasti akan ditinggalkannya. Sesungguhnya, tidak seorangpun dari mereka mengetahui berapa lama lagi matahari menjalankan tugas rutin mengiringi hidupnya, serta berapa lagi sisa usia yang diperuntukan baginya.

Meskipun kematian adalah sebuah keniscayaan dan aksioma kehidupann yang tidak terbantahkan, tetapi waktu kedatangannya tidak diberitahukan kepada manusia. Ia datang dengan tiba-tiba, tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Ia datang tanpa diundang dan bila sudah datang waktunya, tak seorang pun dapat mengundurkan meski hanya sekejap.

Kehidupan di dunia ini selayaknya seorang musafir yang tengah beristrihat sejenak dibawah pohon yang rindang. Ia tahu melepas Lelah dibawah pohon bukanlah tujuan akhir dari perjalanan panjangnya. maka mau tidak mau ia akan segera melanjutkan perjalanan menuju kampung halamannya. 

Semua orang beriman telah sepakat bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara, hidup di dunia ini untuk mencari bekal akhirat sebanyak-banyaknya, semua kenikmatan yang diberikan Allah akan diperhitungkan di Yaumul Akhir dan lubang corong kehidupan dunia ini menuju Surga atau Neraka. akan tetapi banyak orang beriman terlena dengan kenikmatan-kenikmatan dunia sehingga lupa dengan tujuan akhirat. 

Kehidupan yang kekal abadi selama-lamanya itu mereka menggadaikannya, bahwa seakan-akan mereka tahu kematiannya masih lama dan masih ada waktu untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu Wata'ala

Allah Subhanahu Wataala berfirman dalam QS. Al Munafiqun : 11

Artinya:

"Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan."

Dalam benak manusia selalu memikirkan bagaimana menjalani hidup di dunia dengan enak. untuk mendapatkan kenikmatan itu tidak segan mereka rela mengeluarkan biaya berapapun, rela menggadai seluruh waktunya untuk bekerja, juga rela menguras seluruh pemikiran mereka demi mendapatkan kehidupan enak di dunia. Seharusnya, yang selalu dipikirkan adalah bagaimana menyiapkan kematian dengan enak. Sehingga meniggal dalam keadaan khusnul khotimah.

Sebagaimana sabda Rasullulah :

"Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat)." (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi, dinyatakan hasan oleh Syaikh Al Albani).

Didunia harta menjadi kenikmatan yang paling utama dicari oleh manusia, padahal ini merupakan kenikmatan yang paling rendah. Lihatlah bagaimana seserong untuk mendapatkan harta rela menghianati saudaranya, rela membunuh hanya untuk mendapatkan beberapa rupiah saja, bahkan seorang anak tega mengadili ibu kandungnya demi mendapatkan seluruh warisan Ayahnya, Naudzubillahi Minnannar. 

Sesungguhnya harta dunia dikekang oleh waktu jika tidak habis digunakan oleh diri sendiri maka ia akan habis digunakan oleh ahli warisnya. Inilah nikmat yang rendah yang banyak membutakan hati manusia. Mereka merasa dengan memiliki banyak harta maka kehidupan seseorang akan bahagia, akan baik-baik saja tanpa beban hidup namun mereka lupa bahwa letaknya bahagia bukan berada pada harta melainkan pada hati.

Allah subhanahu Wata'ala berfirman dalam QS. Al Hadid ayat ke-20

artinya:

"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani..."

Kenimatan kedua setelahnya adalah nikmatnya Jabatan atau kekuasaan. Tidak sedikit sebagaian manusia melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan hal ini sekalipun dengan cara yang kotor. Mereka menjilat atasan, menebar fitnah, menyogok rakyat, rela mengeluarkan harta berapapun semata-mata hanya untuk mendapatkan jabatan/kekuasaan. 

Akan tetapi nikmat ini hanya sesaat. Ia akan berakhir ketika telah bergulirnya masa dan hanya akan dikenang sebagai nama. Inilah ambisi kuat manusia ketika telah mendapatan nikmatnya harta, mereka condong ingin juga merasakan nikmatnya kekuasaan.

Kenikmatan ketiga setelahnya adalah tubuh yang sehat. hal Ini senantiasa terlupakan bagi Sebagian manusia, bahwa tubuh yang sehat merupakan nikmat dan rejeki dari Allah Subhanahu Wata'ala. Ketika sakit melanda, seseorang akan berkorban mengeluarkan harta berapapun yang ia miliki untuk berobat atau bahkan ia akan rela menggantungkan jabatannya kepada orang lain. 

Maka kenikmatan ini dapat menyapu habis seluruh harta-harta yang telah ia kumpulkan atau membuang prestasi jabatan yang telah di raihnya karena dimatanya kesehatan akan jauh lebih penting dari pada harta dan jabatan yang ia miliki.

Kemudian kenikmataan yang ke empat adalah nikmatnya ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wataala. Sejatinya kenikmatan ini adalah kenikmatan orang-orang salih, merupakan kenikmatan yang paling utama yang seharusnya dicari dan menjadi prioritas seluruh kamu muslimin. 

Kenikmatan yang tidak dapat diukur dari sisi dunia dan juga merupakan kenikmatan hakiki dunia hingga ke surga. Apabila tingkat ketakwaan telah dirasakan oleh seorang hamba maka kehidupan di dunia akan terasa bahagia, segala urusan didunia akan terasa ringan dan mudah, menjadi pribadi yang qonaah serta memiliki kelapangan hati dan ketentraman jiwa yang luas, semua itu karena berakar dari nikmatnya ketakwaan kepada Allah Azza Wajalla.

Allah Subhanu Wataala berfirman dalam QS. Ath Thalaq ayat 2:


Artinya

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar."

 Carilah perbekalan hidup didunia ini dengan sebaik-baiknya, jangan terlena dengan dunia yang fana. kenikmatan dunia yang baik adalah kenikmatan yang didapat hanya untuk menggapai ridha Allah Subhanahu Wata'ala. Kematian pasti akan datang menghampiri setiap insan, walaupun memiliki tubuh yang sehat atau berada dalam benteng yang kokoh sekalipun. Sejatinya setiap hari semua manusia tengah berjalan menuju kepada kematian, tengah menuggu giliran kapan dipanggil olehNya untuk menuju kepada kehidupan berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun