Mohon tunggu...
Irwan Japaruddin
Irwan Japaruddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Life Long Leraning

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis dan Catatan Kritis Kebijakan Penanganan ATS di Sulbar

20 November 2023   20:34 Diperbarui: 20 November 2023   21:02 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Ketika penyebab Anak Tidak Sekolah (ATS) Atau Anak Putus Sekolah (APS) karena rendahnya motivasi, secara teoritik hal ini bisa disebabkan karena persoalan keluarga, lingkungan dan guru. Jika keluarga dalam hal ini orang tua penyebab rendahnya motivasi anak, maka menjadi pertanyaan siapa yang bertanggung jawab untuk melakukan koreksi terhadap keluarga tersebut. Maka kita akan bicara soal pencegahan pernikahan dini sehingga ada kematangan dan kedewasaan dalam pembentukan keluarga dimasa yang akan datang. Sebab pernikahan dini mengakibatkan anak merawat anak. Jika rendahnya motivasi  disebabkan oleh lingkungan, maka kita akan bicara bahwa lingkungan dibentuk oleh masyarakat dan pembentukan masyarakat kualitasnya sangat dipengaruhi oleh proses kebudayaan. Jalan terakhir yang bisa menjadi harapan untuk solusi ketika rendahnya motivasi anak sekolah adalah sekolah. Sekolah harus bisa menjadi benteng terakhir dalam membangkitkan masa depan anak apapun masalah keluarga dan lingkungannya. Oleh sebab itu, sekolah harus memastikan ekosistem yang berkualitas dalam tumbuh kembang anak. Intervensi pembangunan sekolah yang  berkualitas motor penggerak utamanya harusnya leading sektornya adalah Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sehingga ketika anak ATS maupun APS memasuki lingkungan sekolah persoalan motivasi bisa terlesesaikan.

b. Penyakit

Aristoteles pernah mengatakan pikiran yang cerdas tidak akan bisa menyatu dengan raga yang sakit-sakitan, maka menjadi penting ada pencegahan melalui memastikan  bahwa setiap anak tumbuh dengan kualitas makanan dan lingkungan yang baik. Sehingga meminimalisir resiko terserang penyakit se minimal mungkin. Misalnya stunting, Sulbar diurutan kedua terbesar se-nasional, secara teoritik stunting beresiko mengakibatkan lambatnya perkembangan otak, keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan resiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi dan obesitas. Maka siapa yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah stunting, harus diselesaikan untuk meminimalisir potensi ATS maupun APS terjadi di masa yang akan datang. Sebab jika hanya bicara soal mendaftarkan anak kembali ke sekolah formal atau non formal tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama bisa diselesaikan tapi 5-7 tahun lagi anak ATS dan APS yang kembali muncul akibat stunting tidak diselesaikan.

c. Berkebutuhan khusus

 Anak yang memiliki kebutuhan khusus (disabilitas) resiko terjadi ATS maupun APS sangat besar,  sebab bisa diakibatkan minimnya dukungan orang tua, ketersediaan sarana dan prasarana yang masih terbatas dan jumlah guru khusus masih terbatas. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 memberi amanat pemerintah wajib menyelenggarakan dan memfasilitasi pendidikan anak disibilitas di semua jenjang. Selanjutnya diatur dalam Perpres Nomor 13 Tahun 2020 tentang akomodasi yang layak untuk menyandang disabilitas untuk mendapatkan pendidikan inklusif. Oleh karena itu anak yang berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian yang lebih serius. Maka penting Pemrov Sulbar memastikan ketersediaan infrasktruktur sekolah bagi anak penyandang kebutuhan khusus.

2. Faktor Eksternal.

a. Faktor ekonomi

Persoalan ekonomi menjadi faktor signifikan penyebab anak ATS maupun APS, walaupun tidak menjadi faktor tunggal. Ini menyangkut kebutusan dasar anak dalam pendidikan (basic needs) seperti baju seragam, buku, kebutuhan sehari-hari dan  biaya tak terduga dalam sekolah. Walaupun memang persoalan ekonomi keluarga tidak menjadi faktor tunggal tetapi ketidakstabilan ekonomi keluarga menjadi ancaman yang besar terjadinya ATS maupun APS. Bahkan tidak jarang kita menyaksikan anak lebih memilih untuk berhenti sekolah untuk  membantu ekonomi keluarga. Lalu kita akan bertanya, siapa yang akan bertanggung jawab dalam memastikan ekonomi setiap  keluarga membaik. Apa yang dilakukan oleh Pemprov Sulbar melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan penyediaan angggaran untuk anak ATS maupun ATS patut diapresiasi. Tetapi untuk memastikan hal tersebut tidak terjadi lagi maka harusnya akar masalah dituntaskan melalui mengentasan kemiskinan. Sebab kemiskinan bukan hanya menyebabkan ATS maupun APS tapi berpengaruh pada kualiatas tumbuh kembangnya seorang anak.

b.  Kondisi sekolah

 Iklim yang kurang kondusif dalam proses belajar mengajar tidak jarang menjadi alasan anak putus sekolah.  Kondisi infrastruktur sekolah seperti gedung, ruang kelas, sangat mempengaruhi partisipasi motivasi anak dalam sekolah. Faktor ini harus dipastikan oleh pihak terkait dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulbar untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA)  dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengh Pertama (SMP). Sebab akan begitu miris jika karena kondisi sekolah menjadi penyebab terjadi ATS maupun ATS. Maka Pemrov dan Pemda harus memastikan ketersediaan infrastruktur setiap sekolah sesuai dengan standar.

c. Lingkungan tempat tinggal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun