Mohon tunggu...
Irwan Firman
Irwan Firman Mohon Tunggu... Lainnya - Sang Pemimpi yang mengagumi kabut

Tidak suka berkerja asa-asalan! Suka makan mie rebus sambil memandang awan.

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Buku: Seribu Tahun Cahaya, Novel Fiksi Ilmiah Indonesia

20 September 2024   17:06 Diperbarui: 20 September 2024   17:08 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: blibli.com

Judul Buku: Seribu Tahun Cahaya

Pengarang : Mad Soleh

Penerbit      : Pustaka Bimasakti

Cetakan       : I, 2009

Tebal            : v + 245 hal.

Sebagian besar isi cerita dalam novel ini 'garing', 'jayus' alias tidak lucu. Bahkan saya ingin menertawakan diri saya sendiri yang berusaha keras mencari di mana sesungguhnya sisi humoris novel ini. Pada mulanya saya ingin langsung menutup lembaran novel ini dan menaruhnya di atas lemari, tetapi saya merasa sayang terhadap uang sebesar empat puluh ribu yang saya gunakan untuk membeli novel ini. Dengan terpaksa saya melanjutkan membaca novel ini selembar demi selembar.

Kesabaran saya menuai hasil. Setelah beberapa lama, bibir saya mulai mengembang, tulang pipi saya merangkak naik ke atas, dan mata saya menjadi agak sipit. Saat itulah, saya baru dapat tertawa terpingkal-pingkal. Rupanya bagian yang sangat menghibur  saya adalah (Wo) men Cloud the Mind sampai dengan bagian Sambar Geledek yang mengisahkan pencarian Bahlol terhadap pujaan hatinya yang tak lain adalah Siti, teman antariksawatinya dahulu. Tapi memang, untuk merasakan kelucuan pada bagian ini minimal pembaca harus mengetahui alur cerita sebelumnya.

Bisa diprediksi novel ini tidak akan laku di pasaran karena pada umumnya masyarakat kita lebih terbiasa mendapatkan nuansa humor dengan cara yang simpel dan tidak repot. Cukup dengan menekan tombol pada remote televisi, acara humor yang menarik sudah bisa mereka dapatkan. Tanpa harus membaca novel yang tebalnya mencapai dua ratus lebih halaman. Oleh karenanya saya menyarankan, bila Mad Sholeh ingin menghadirkan bacaan humoris alangkah baiknya bila disajikan berupa buku saku yang mudah dibawa ke mana-mana. Atau kalau pun tidak, ilustrasi/gambar yang disajikan jangan terlalu sedikit. Minimal mewakili isi cerita dalam novel. Hal ini ini menjadi penting terutama bagi pembaca yang memiliki banyak kesibukan yang mengharuskan dia membaca dengan cepat.

Sebagai pembaca saya sangat menyayangkan ketika Mad Soleh menghadirkan nama-nama tokoh seperti: Bahlol, Tong Koo Song, John Lemon, Siti Nurhalida, Cui Lan Cuo, Yok Opo Iki, dan tokoh lainnya. Meskipun nama-nama tersebut mewakili karakter yang ditokohkan, alangkah lebih baik bila nama tokoh dan karakternya berdiri sendiri dan tidak dikaitkan dengan istilah bahlol yang berarti bodoh, tong kosong (banyak bicara) atau orang-orang terkenal seperti John Lenon dan Siti Nurhaliza. Belum lagi nama-nama tempat dan negara yang Mad Soleh plesetkan. Seharusnya Mad Soleh tak perlu ragu menyebutkan Amerika sebagai pihak antagonis tanpa memplesetkannya menjadi negara tanpa merica. Bukankah film-film buatan Amerika sering menyudutkan negara-negara lain sebagai pihak antagonis?

Saya terpesona dengan cara Mad Soleh menggambarkan Indonesia di masa depan. saat itu Indonesia unggul dibanding negara lain terutama dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, budaya, politik, diplomasi luar negeri, infrastuktur dan teknologi antariksa. Tapi sangat disayangkan pada masa itu belum muncul tim sepakbola Indonesia yang tangguh, apalagi pembalap moto gp Indonesia yang handal dengan sponsor utama Pertamina. Padahal kedua olahraga itu menjadi impian masyarakat Indonesia bila putra bangsanya tampil ke atas podium teratas.

Sebetulnya novel ini berjenis fiksi ilmiah, yang memungkinkan para ilmuwan melakukan penemuan-penemuan baru di bidang pengetahuan dan teknologi. Bukankah  Jules Verne telah menerbangkan balon udara mengelilingi dunia dalam cerita fiksinya jauh sebelum Zeppelin menemukan balon udara? Saya sangat tertarik dengan suguhan pesawat anti gravitasi oleh Mad Soleh. Pesawat ini memanfaatkan medan magnetik yang terdapat pada bumi. Bila pesawat dan bumi memiliki medan magnet yang sejenis, tentu masing-masing kutub akan berlawanan, Pesawat akan tetap tertahan di udara dengan tinggi yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Hal ini sangat berguna ketika pesawat mengalami gangguan mesin. Sehingga benturan ke bumi dapat dihindarkan. Atau saya tertarik dengan keberadaan planet Zarah yang berada jauh di luar sistem tata surya yang hanya dapat jajaki dengan roket super canggih berkecepatan mendekati kecepatan cahaya. Bila dahulu para ilmuwan mampu menemukan pesawat super sonic, boleh jadi suatu saat nanti pesawat super shine juga akan ditemukan.

Novel ini sangat cocok bagi pembaca dengan pembawaan serius tapi jenius. Sisi humor ala Mad Soleh menjadi penyeimbang bagi pembaca tersebut. Minimal mereka akan sadar dan memahami bahwa hidup ini tidak selalu harus selalu dijalani dengan tumpukan target yang akan membebani pikiran dan jiwa mereka. Ada saatnya mereka berhumor ria dan meregangkan urat syaraf mereka dengan membaca novel Seribu Tahun Cahaya ini.

Sesungguhnya novel ini memiliki muatan yang luar biasa pada segi sains. Sangat jarang menemui novel bergengre ilmiah hasil karangan anak dalam negeri. Bila saja pihak penerbit dan penulis mau mempromosikan novel ini secara lebih meluas, saya yakin novel ini akan diterima oleh masyarakat. Bukan tidak mungkin novel ini menginspirasi para sutradara untuk menggarapnya menjadi sebuah film. Kalau Amerika memiliki Star Wars, Star Tex, dan Alien, Indonesia memiliki Planet Zarah atau pun Garuda Shine.

Pada akhirnya, novel ini dapat dijadikan sebagai bacaan untuk melengkapi khasanah kesustraan Indonesia. Penilaian dan saran saya diserahkan sepenuhnya kepada pengarang dan pembaca demi penyempurnaan terus-menerus. Maju terus sastra Indonesia!!  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun