Sebetulnya novel ini berjenis fiksi ilmiah, yang memungkinkan para ilmuwan melakukan penemuan-penemuan baru di bidang pengetahuan dan teknologi. Bukankah  Jules Verne telah menerbangkan balon udara mengelilingi dunia dalam cerita fiksinya jauh sebelum Zeppelin menemukan balon udara? Saya sangat tertarik dengan suguhan pesawat anti gravitasi oleh Mad Soleh. Pesawat ini memanfaatkan medan magnetik yang terdapat pada bumi. Bila pesawat dan bumi memiliki medan magnet yang sejenis, tentu masing-masing kutub akan berlawanan, Pesawat akan tetap tertahan di udara dengan tinggi yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Hal ini sangat berguna ketika pesawat mengalami gangguan mesin. Sehingga benturan ke bumi dapat dihindarkan. Atau saya tertarik dengan keberadaan planet Zarah yang berada jauh di luar sistem tata surya yang hanya dapat jajaki dengan roket super canggih berkecepatan mendekati kecepatan cahaya. Bila dahulu para ilmuwan mampu menemukan pesawat super sonic, boleh jadi suatu saat nanti pesawat super shine juga akan ditemukan.
Novel ini sangat cocok bagi pembaca dengan pembawaan serius tapi jenius. Sisi humor ala Mad Soleh menjadi penyeimbang bagi pembaca tersebut. Minimal mereka akan sadar dan memahami bahwa hidup ini tidak selalu harus selalu dijalani dengan tumpukan target yang akan membebani pikiran dan jiwa mereka. Ada saatnya mereka berhumor ria dan meregangkan urat syaraf mereka dengan membaca novel Seribu Tahun Cahaya ini.
Sesungguhnya novel ini memiliki muatan yang luar biasa pada segi sains. Sangat jarang menemui novel bergengre ilmiah hasil karangan anak dalam negeri. Bila saja pihak penerbit dan penulis mau mempromosikan novel ini secara lebih meluas, saya yakin novel ini akan diterima oleh masyarakat. Bukan tidak mungkin novel ini menginspirasi para sutradara untuk menggarapnya menjadi sebuah film. Kalau Amerika memiliki Star Wars, Star Tex, dan Alien, Indonesia memiliki Planet Zarah atau pun Garuda Shine.
Pada akhirnya, novel ini dapat dijadikan sebagai bacaan untuk melengkapi khasanah kesustraan Indonesia. Penilaian dan saran saya diserahkan sepenuhnya kepada pengarang dan pembaca demi penyempurnaan terus-menerus. Maju terus sastra Indonesia!! Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H