Mohon tunggu...
Denny Irwansyah
Denny Irwansyah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang Mahasiswa ala kadarnya, yang berharap lulus secepatnya!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pilihan

28 Juni 2015   23:05 Diperbarui: 29 Juni 2015   07:25 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

             Dalam kehipudan di dunia ini semua manusia senantiasa dihadapkan dengan pilihan, mulai dari segala aspek kehidupan, baik dari pilihan yang sangat sederhana hingga pilihan sangat menentukan di dalam hidupnya. Pilihan inilah yang akan menentukan kehidupan Iwan di masa depannya kelak.

             Iwan adalah murid kelas XII-IPA di sebuah sekolah menengah atas di salah satu kabupaten di Jawa Timur, seperti murid lainnya yang sudah dalam tingkat akhir masa SMA yang merasa galau, bingung dan dipusingkan dengan keputusan pasca SMA untuk memilih jurusan kuliah yang begitu banyak dan bervariasi mulai dari yang berfokus pada bidang studi IPA maupun IPS, belum lagi keputusan untuk memilih perguruan tinggi negeri mana yang tepat untuknya, dan sebagai rencana cadangan tentunya juga harus dipusingakn dengan pemilihan perguruan tinggi swasta yang kualitasnya paling tidak setingkat dengan negeri.

             Hari itu adalah hari dimana mulai dibukanya pendaftaran online seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri tahun 2013 atau lebih familiarnya disingkat SNMPTN yang datanya akan di posting  oleh para guru bimbingan konseling berdasarkan formulir yang telah diisi oleh para murid. Semua murid pun sibuk untuk mengumpulkan dan melengkapi data-data yang diperlukan untuk persyaratan mulai dari nilai rapor mulai dari semester satu hingga semester enam  dan tentunya pilihan jurusan dan perguruan tinggi yang dipilih. Sementara itu Iwan dan teman-teman satu kelasnya saling mendiskusikan jurusan apa yang sesuai.

”eh Wan, kamu udah punya pilihan jurusan dan PTN mana?” tanya Haris.

“Kalau dia pasti milihnya bidang komputer, kerjaannya tiap hari selalu mainin komputer, liat tuh wajahnya aja mirip monitor gitu, hahaha!” kelakar Andre.

 “Ngawur kamu ndre, iya sih Iwan ahli kalo urusan komputer, tapi dia kan juga jago matematika cocok lah kalau milih jurusan matematika.” Sahut Nita.    

“hahaha, kalian ngomong apa sih, aku aja masih bingung mau milih jurusan apa terus PTN mana, emang sih lebih condong ke jurusan yang berhubungan dengan komputer, rekomendasi orang tuaku juga jurusan bidang komputer sama matematika.” Jawab Iwan.

“Apa ya kira-kira yang menjadi passion ku, komputer atau matematika? Ahh, bingung banget.” Pikir Iwan dalam hati.

Iwan benar-benar masih merasa bingung untuk menentukan keputusan jurusan apa yang akan dia pilih dan PTN mana yang akan jadi destinasi pendidikan selanjutnya.

             Akhirnya dengan bermodalkan laptop dan modem (yang telah tedaftar paket internet tentunya) Iwan pun berseluncur di dunia maya untuk memburu informasi tentang jurusan-jurusan yang telah menjadi opsi pilihannya yaitu teknik komputer dan matematika. Setelah sekian lama asyik berseluncur di dunia maya akhirnya dia mendapatkan informasi yang dicarinya “HAAAAAAA, apa ini? ” pikirnya dalam hati karena kaget dengan apa yang ia lihat. Ternyata tingkat persaingan untuk diterima di jurusan komputer sangatlah tinggi, dari data yang didapatkannya untuk penerimaan mahasiswa baru tahun sebelumnya untuk jurusan teknik komputer dan sistem informasi di beberapa institut teknologi dan universitas ternama di Indonesia, persentase penerimaan mahasiswa baru hanyalah sekitar 2-5% dari total pendaftar melalui jalur SNMPTN. Namun Iwan tidak putus asa dan tisak merasa rendah diri dengan data tersebut justru dia merasa terpacu untuk bisa menjadi golongan 2-5% tersebut, karena ia yakin dengan tekad yang kuat, kerja keras, restu kedua orang tua dan tentunya doa maka ia pasti bisa mencapainya.

             Selang beberapa hari setelah selesai mengikuti bimbingan intensif ujian nasioanl (UN) di salah satu bimbingan belajar, kemuian ia berkonsultasi dengan salah satu Tentor (istilah lain untuk sebutan guru), pak Ihsan namanya, beliau terkenal di kalangan murid- murid lembaga bimbingan belajar tersebut karena kepiawaiannya memberikan penilaian jurusan mana yang cocok bagi setiap murid berdasarkan prestasi belajar dan penerawangannya, dan yang paling unik beliau juga mahir dalam menghipnotis orang.

“Pak Ihsan, berdasarkan penerawangan  bapak , jurusan apa yang cocok dengan saya pak?.” Tanya Iwan.

“Bentar (sambil menerawang mirip dukun), menurut penerawangan saya, setelah menimbang dan dan berpikir kamu memang cocoknya di teknik sipil, teknik komputer atau sistem informasi kelihatannya Wan.” Jawab pak Ihsan.

“Kok teknik sipil? Tapi juga ada jurusan komputer juga, mungkin memang tepat pilihanku untuk jurusan komputer.” Pikir Iwan dalam hati. 

                Akhirnya batas waktu pengisian formulir pendaftaran SNMPTN telah tiba, dan di hari itu Iwan pun telah mantap dengan pilihannya, dia memilih jurusan sistem informasi untuk pilihan pertama dan kedua di salah satu universitas terbaik di Surabaya dan Malang. Sedangkan hasil dari SNMPTN sendiri akan diumumkan melalui laman resmi SNMPTN setelah dilaksanakannya ujian nasional (UN).

                Hari berganti hari, bulan berganti dengan bulan, waktu berjalan begitu cepat dan akhirnya setelah selesai dilaksanakan ujian nasional (UN) dan Iwan dinyatakan lulus, maka momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh Iwan datang juga, “judgement day” bukan dalam artian kiamat namun ini merupakan hari dimana pengumuman penentuan diterima tidaknya Iwan dalam SNMPTN. Tepat sekitar pukul 16.30 WIB dengan semangat menggebu-gebu Iwan mempersiapkan laptopnya yang telah tertancap modem, dan tidak lupa ia juga telah mengajak ayah dan ibunya untuk membuka bersama-sama hasil SNMPTN tersebut, dengan diawali do’a bersama kemudian Iwan membuka laman SNMPTN, perlahan namun pasti dengan diiringi do’a dalam hatinya dan detak jantung yang mulai tidak beraturan, Iwan mulai membuka pengumuman tersebut,

“klik…”(terdengar suara mouse yang ditekan Iwan). dan kemudian muncul kalimat “mohon maaf, peserta atas nama Iwan dengan nomor peserta xxx-xxx-xxxxx dinyatakan tidak diterima pada SNMPTN 2013.”

“Jedarrrrrrrrrr (bak di sambar oleh petir), apa? aku gagal?” kata Iwan dengan sangat kecewa.

Walaupun terlihat kedua  orang tua Iwan juga terlihat kecewa, namun mereka berusaha tabah dan mencoba untuk memberikan semangat untuk Iwan.

“Sabar Wan, yang tabah, mungkin SNMPTN ini memang bukan rezekimu, masih banyak jalan untuk diterima di perguruan tinggi, kamu harus tetap semangat jangan sampai putus asa.” hibur sang ayah sambil memegang pundak Iwan.

“Maafkan aku ayah, ibu, aku belum bisa membabanggakan kalian dengan masuk perguruan tinggi, namu aku tidak akan putus asa aku akan tetap mencoba dan terus berusaha, aku yakin aku bias masuk perguruan tinggi dengan jalan lain” jawab Iwan.

Walaupun ini memang hasil yang tidak memuaskan, tapi Iwan mencoba untuk tetap tabah dan terus berusaha karena ia yakin pasti tuhan akan memberikan jalan lain untuk masuk di jurusan yang ia cita-citakan.

                Setelah beberapa hari berlalu, kemendikbud secara resmi mengumumkan pendaftaran mahasiswa baru melalui jalur SBMPTN (Seleksi Bersam Masuk Perguruan Tinggi Negeri) yaitu merupakan seleksi dengan sistem ujian tertulis yang diadakan serentak di beberapa kota besar di seluruh Indonesia. Bagi Iwan ini merupakan kesempatan kedua untuk masuk perguruan tinggi dan di jurusan idamannya. Iwan mendaftarkan dirinya dalam SBMPTN dengan pilihan jurusan Sistem Informasi di salah salah satu institut teknologi terbaik di Indonesia yang ada di kota pahlawan Surabaya, dan pilihan kedua jatuh pada pendidikan matematika di salah satu universitas negeri terbaik di Surabaya. Sementara untuk lokasi ujian SBMPTN dilaksanakan di Surabaya. Oleh karena itu Iwan sangat berusaha keras untuk mencapai cita-citanya, ia sangat giat belajar, mulai dari belajar sendiri, bersama-sama dengan temannya, hingga mengikuti bimbingan belajar intensif masuk perguruan tinggi di lembaga bimbingan belajar. Tak lupa ia juga berdo’a untuk kesuksesannya dalam ujian SBMPTN.      

                 Beberapa minggu sebelum dilaksanakannya ujian SBMPTN, keluarganya tertimpa musibah yang cukup berat, usaha yang dimiliki Awan (kakak Iwan)mengalami kebangkrutan dan hal itu membuat kerugian materi yang cukup parah bagi keluarganya, orang tua Iwan terpaksa harus turun tangan untuk menalangi beban hutang yang diderita Awan, oleh karena itu setelah kejadian itu keluarga Iwan mengalami masalah finansial yang cukup pelik, hingga membuat semangat belajar Iwan runtuh, membuatnya sedikit putus asa bahkan ia berencana mengurungkan niatnya untuk melanjutkan pedidiannya ke perguruan tinggi karena masalah biaya,

“Ayah, Ibu  mungkin ini keputusan yang sangat berat yang harus aku ambil, karena keadaan yang tidak memungkinkan ini aku rela mengorbankan cita-cita untuk meneruskan pendidikanku ke tingkat perguruan tinggi, aku tidak mau mebebani kalian dengan biaya kuliah yang cukup besar” kata Iwan kepada orang tuanya dengan wajah sayu.

 Namun orang tua Iwan tidak ingin membiarkan hal tersebut terjadi, anak terakhir yang ingin mewujudkan cita-citanya, mereka tetap mendukung Iwan untuk melanjutkan pendidikannya.

 “Jangan Iwan, kau tidak perlu mengorbankan cita-citamu hanya karena masalah finansial ini, materi masih bisa dicari, kau harus tetap meneruskan cita-citamu dan membuat orang tuamu ini bangga” jawab sang ayah sembari memberi semangat pada Iwan.

                Selang beberapa hari, sampai juga berita tentang musibah keluarga Iwan di telinga nenek Iwan, nenek Iwan yang tidak sampai hati melihat keluarga Iwan yang sedang dalam keadaan terpuruk akhirnya memberikan uluran tangannya untuk membantu keadaan finansial keluarga Iwan. Nenek Iwan berjanji memberikan bantuan kepada Iwan untuk membiayai segala keperluannya untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

“Iwan kamu jangan khawatir dengan biaya kuliah, nenek ini masih sanggup untuk membiayai segala keperluanmu untuk melanjutkan pendidikanmu ke jenjang yang lebih tinggi, kamu harus terus belajar dan berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan cita-citamu tersebut” kata sang nenek sambil mengelus kepala Iwan.

“Iya nek, terima kasih nenek mau membantu Iwan untuk mewujudkan cita-cita Iwan, Iwan berjanji akan belajar lebih giat lagi dan berusaha lebih keras lagi untuk mewujudkan cita-cita Iwan” jawab Iwan.

                Akhirnya hari ujian tiba, Iwan pergi ke Surabaya ditemani oleh ayahnya, karena ujian berlangsung hingga dua hari, maka Iwan dan Ayahnya menginap di rumah keponakan ayahnya. Ujian SBMPTN sendiri dilaksanakan di beberapa gedung perguruan tinggi negeri, swasta dan beberapa gedung sekolah SMP dan SMA. Tempat ujian Iwan sendiri dilaksanakan di salah satu SMA di Surabaya. Ujian SBMPTN secara keseluruhan dijalani oleh Iwan dengan lancar dan tanpa halangan berarti.

                Tepat setelah beberapa minggu setelah dilaksanakannya ujian, akhirnya hari dimana hasil kerja keras Iwan dalam memperjuangkan cita-citanya untuk masuk jurusan sistem informasi di salah satu institut terbaik di Indonesia diumumkan, sekitar pukul 15.30 WIB, melalui berbagai media online, dan laman resmi SBMPTN, telah mengeluarkan hasil ujian, kali ini Iwan sedikit merasa was-was namun Iwan tetap merasa percaya diri, dan optimis bahwa dia akan diterima pada pilihan pertama yaitu jurusan sistem informasi, tanpa ditemani laptopnya, Iwan hanya membuka hasil ujian dari gadgetnya dan tidak ditemani oleh kedua orang tuanya. Setelah menunggu beberapa saat karena memang akses menuju website SBMPTN cukup padat akhirnya muncul sebuah kalimat.

“Selamat, anda dinyatakan lulus SBMPTN 2013, nomor peserta xxxx, atas nama Iwan, diterima di jurusan sistem informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.”

“ALHAMDULILLAHHH” ucap syukur Iwan sembari sujud syukur menghadap kiblat. Kemudian Iwan berlari menemui kedua orang tuanya, “Ayah…, Ibu…., Iwan lulus SBMPTN” kata Iwan sambil memeluk kedua orang tuanya.

“Alhamdulillah Wan, akhirnya Allah menjawab do’a mu, tidak sia-sia perjuanganmu selama ini, walaupun banyak cobaan yang menerpa keluarga kita, kau berhasil mewujudkan cita-citamu” sahut sang ayah, dan mereka kemudian melakukan sujud syukur bersama-sama.

Pada akhirnya Iwan berhasil mewujdkan cita-citanya walaupun banyak cobaan yang menerpa, namun Iwan tetap tabah dan selalu berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan cita-citanya tersebut.

 

“Orang sukses adalah orang yang mencurahkan lebih dari separuh hidupnya untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita dan tujuan dalam hidupnya.”

Edith Wharton

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun