“Pak Ihsan, berdasarkan penerawangan bapak , jurusan apa yang cocok dengan saya pak?.” Tanya Iwan.
“Bentar (sambil menerawang mirip dukun), menurut penerawangan saya, setelah menimbang dan dan berpikir kamu memang cocoknya di teknik sipil, teknik komputer atau sistem informasi kelihatannya Wan.” Jawab pak Ihsan.
“Kok teknik sipil? Tapi juga ada jurusan komputer juga, mungkin memang tepat pilihanku untuk jurusan komputer.” Pikir Iwan dalam hati.
Akhirnya batas waktu pengisian formulir pendaftaran SNMPTN telah tiba, dan di hari itu Iwan pun telah mantap dengan pilihannya, dia memilih jurusan sistem informasi untuk pilihan pertama dan kedua di salah satu universitas terbaik di Surabaya dan Malang. Sedangkan hasil dari SNMPTN sendiri akan diumumkan melalui laman resmi SNMPTN setelah dilaksanakannya ujian nasional (UN).
Hari berganti hari, bulan berganti dengan bulan, waktu berjalan begitu cepat dan akhirnya setelah selesai dilaksanakan ujian nasional (UN) dan Iwan dinyatakan lulus, maka momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh Iwan datang juga, “judgement day” bukan dalam artian kiamat namun ini merupakan hari dimana pengumuman penentuan diterima tidaknya Iwan dalam SNMPTN. Tepat sekitar pukul 16.30 WIB dengan semangat menggebu-gebu Iwan mempersiapkan laptopnya yang telah tertancap modem, dan tidak lupa ia juga telah mengajak ayah dan ibunya untuk membuka bersama-sama hasil SNMPTN tersebut, dengan diawali do’a bersama kemudian Iwan membuka laman SNMPTN, perlahan namun pasti dengan diiringi do’a dalam hatinya dan detak jantung yang mulai tidak beraturan, Iwan mulai membuka pengumuman tersebut,
“klik…”(terdengar suara mouse yang ditekan Iwan). dan kemudian muncul kalimat “mohon maaf, peserta atas nama Iwan dengan nomor peserta xxx-xxx-xxxxx dinyatakan tidak diterima pada SNMPTN 2013.”
“Jedarrrrrrrrrr (bak di sambar oleh petir), apa? aku gagal?” kata Iwan dengan sangat kecewa.
Walaupun terlihat kedua orang tua Iwan juga terlihat kecewa, namun mereka berusaha tabah dan mencoba untuk memberikan semangat untuk Iwan.
“Sabar Wan, yang tabah, mungkin SNMPTN ini memang bukan rezekimu, masih banyak jalan untuk diterima di perguruan tinggi, kamu harus tetap semangat jangan sampai putus asa.” hibur sang ayah sambil memegang pundak Iwan.
“Maafkan aku ayah, ibu, aku belum bisa membabanggakan kalian dengan masuk perguruan tinggi, namu aku tidak akan putus asa aku akan tetap mencoba dan terus berusaha, aku yakin aku bias masuk perguruan tinggi dengan jalan lain” jawab Iwan.
Walaupun ini memang hasil yang tidak memuaskan, tapi Iwan mencoba untuk tetap tabah dan terus berusaha karena ia yakin pasti tuhan akan memberikan jalan lain untuk masuk di jurusan yang ia cita-citakan.