Mohon tunggu...
IRWAN ALI
IRWAN ALI Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti di Lingkar Data Indonesia

"Seseorang boleh saja pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis maka ia akan dilupakan oleh sejarah" - @Pramoedya_Ananta_Toer

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ibu Menteri Murka Lagi, Panik Gak?

3 Oktober 2021   16:08 Diperbarui: 3 Oktober 2021   17:08 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Jagat maya kembali heboh. Viral beredar potongan video Tri Rismaharini atau yang akrab dipanggil Ibu Risma marah kepada peserta rapat di Gorontalo, Jumat (1/10/2021). Dalam video yang beredar, eks Walikota Surabaya yang kini menjabat sebagai Menteri Sosial itu berjalan menghampiri seorang pria berkemeja merah, sambil menunjuk-nunjuk.

"Tak tembak kamu ya, kamu tak tembak ya," ucap Risma sambil mendorong pria itu yang awalnya tampak hendak berdiri ketika dihampiri oleh Sang Ibu Menteri. Entah apa maksud kata "tembak" yang diucapkan Risma.

Setelah meluapkan kemarahan pada pria itu, Sang Menteri  kembali ke tempat duduknya. Setelah kembali duduk pun, suaranya masih meninggi.

Dikabarkan Sang Menteri murka terkait data bansos. Sedangkan pria berkemeja merah itu disebut sebagai salah seorang pendamping dalam urusan bansos. Artinya, pria itu adalah bawahan Ibu Menteri.

Mempermalukan Bawahan di Depan Publik, Patutkah?

Kemarahan Ibu menteri tentu ada sebabnya. Mungkin saja ada kesalahan yang dilakukan oleh para bawahannya sehingga berdampak pada terhambatnya penyaluran bansos ke masyarakat. Pada titik ini, kita melihat betapa Ibu menteri peduli pada rakyat kecil.

Tetapi, peduli pada rakyat tidak harus ditunjukkan dengan mempertontonkan kemarahan. Bukankah masih ada cara lain yang dapat dilakukan tanpa harus menunjukkan sisi arogansi sebagai seorang pejabat tinggi? Tegas dan arogan/kasar jelas sangat berbeda.

Sebagai seorang pejabat tinggi sekelas menteri, Ibu Risma seharusnya lebih bisa mengontrol emosi. Ini bukan hanya soal etika pejabat publik. Lebih dari itu, dikhawatirkan berdampak pada kondisi mental dan fisik Ibu Risma yang semakin hari semakin renta. Ada cukup banyak kejadian, karena emosi tidak terkendali lalu berujung kena serangan jantung, dan tamat.

Tentu kita tidak ingin Ibu Menteri mengalami nasib demikian. Saya percaya republik ini tidak rela kehilangan sosok peduli rakyat seperti Ibu Risma---tentang peduli rakyat, biarlah Tuhan dan Ibu Risma sendiri yang tahu. Karena itu Ibu Menteri, mohon belajarlah menata emosi.

Tentang sifat Ibu Menteri yang doyan marah-marah ini juga menjadi tontonan yang kurang patut bagi anak-anak kita yang masih di bawah umur. Padahal sejak dini mereka diajarkan soal pendidikan karakter, cinta damai, atau soal kesantunan sebagai bagian yang melekat dari budaya ketimuran kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun