Hal positif yang dimaksud diantaranya; orang tua siswa memiliki kesempatan untuk menjadi pendidik bagi putra-putrinya. Mungkin saja, sebagian orang tua siswa pernah di suatu waktu merindukan keadaan dimana mereka bisa berada dekat mendampingi anak-anaknya dalam proses pembelajaran. Jika keinginan ini pernah terlintas, sekarang sudah terkabul.
"Mendampingi anak-anak dalam proses belajar ternyata tidak semudah yang dibayangkan," ungkap seorang ibu, salah seorang tetangga di kompleks perumahan.Â
Melihat wajahnya yang cemberut, rupanya Ibu ini sedang kesal pada putranya. Pasalnya, suara Sang Ibu sudah sampai serak menjelaskan pelajaran Matematika tapi anaknya belum paham juga.
"Kenapa kah ada otak tumpul begitu," gerutu Sang Ibu. Ungkapan kekesalan itu ditujukan pada anaknya. Ia mengira anaknya masih berada dalam rumah sehingga bisa dengar gerutu Sang Ibu.Â
Padahal, sejak tadi anak itu sudah menyelinap keluar rumah sambil bawa bola. Sangat mungkin tujuannya adalah lapangan bola samping masjid kompleks.
Kisah di atas bisa mengetuk kesadaran para orang tua bahwa menjadi guru bukan pekerjaan mudah. Di samping butuh kesabaran, seorang guru harus matang memahami psikologi perkembangan anak didiknya. Bukan hanya itu, sekeranjang kemampuan lainnya juga dipersyaratkan untuk menjadi seorang guru yang baik.
Menyadari sulitnya berperan sebagai guru seharusnya bisa menstimulasi orang tua murid agar lebih menghargai jasa dan pengabdian seorang guru.Â
Di masa depan kita berharap tidak lagi mendengar kabar adanya orang tua siswa yang datang ke sekolah memaki guru anaknya. Harapan yang sama agar para jurnalis di masa depan tidak lagi menulis headline berita di media massa tentang seorang guru yang dilapor pidana oleh orang tua muridnya. Semoga!!!
Layaknya sebuah wajah, sayang sekali pembelajaran model daring belum cukup mampu membuat kita terpukau. Kualitas model daring sebagai wajah pendidikan masih cukup berjarak dari sebutan rupawan. Kekurangan masih cukup kontras terlihat di sana-sini. Jika ada yang menyebutnya  Si Buruk Rupa, mungkin bukanlah kekeliruan.
Jika tidak segera dibenahi, ada semacam ketakutan wajah pendidkan kita akan sebut Si Buruk Rupa secara permanen. Sebagai bagian dari elemen sistem pendidikan, kita para guru dan tenaga pendidik tentu tidak rela menerima penyebutan itu. Oleh karena itu kita berharap dan mendorong pemerintah agar menyempurnakan sistem ini.
Beberapa poin prioritas yang butuh perhatian lebih serius adalah; pertama, penguasaan teknologi sebagaian guru masih rendah.  Kedua, keterbatasan sarana dan prasarana.  Keterbatasan ini tidak hanya di alami oleh para guru tetapi juga siswa. Peralatan internet apa adanya menyebabkan proses pembelajaran jauh dari kata memadai. Idealnya, guru dibekali perangkat elektronik dengan kualitas memadai .