Mohon tunggu...
IRWAN ALI
IRWAN ALI Mohon Tunggu... Konsultan - Peneliti di Lingkar Data Indonesia

"Seseorang boleh saja pandai setinggi langit, tapi selama tidak menulis maka ia akan dilupakan oleh sejarah" - @Pramoedya_Ananta_Toer

Selanjutnya

Tutup

Politik

Debt Collector Untuk DPR

12 April 2011   13:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:52 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pernyataan-pernyataan itu, sungguh melukai hati rakyat. Kita bahkan ingin menangis mendengar orang-orang yang kita pilih beberapa tahun silam sebagai wakil kita justru tak segan-segan jadi pengkhianat. Rakyat serasa ditampar dengan ucapan wakil rakyat yang lupa diri itu.

Gedung baru DPR yang akan dibangun akan menjadi 'Menara Kebencian Rakyat.' Setiap kali melihat gedung itu, rakyat akan selalu ingat kata-kata menyakitkan yang pernah terlontar dari mulut bau mereka.

Sebenarnya belum terlambat bagi para anggota DPR untuk bertobat. Sampai hari ini, rakyat masih menunggu itikad baik dari 'wakil-nya'. Rakyat masih berharap DPR bersujud di atas altar pertobatan, dan kembali ke jalan yang benar. Membatalkan atau minimal menunda pembangunan Gedung supermewah itu adalah salah satu yang ditunggu rakyat sebagai wujud pertobatan. Dengan menunda, minimal rakyat berpikir bahwa Wakilnya masih berempati dengan mereka.

Sebaiknya memang, DPR membuka kuping sedikit saja dan mendengar teriakan histeris rakyat. Bukalah laptop tablet dan lihat di Kompasiana atau situs-situs lain, betapa penolakan itu beriak seperti air bah. Sekali-sekali laptop itu di buka untuk melihat reaksi rakyat, jangan hanya gemar buka situs porno.

Ini penting, jangan sampai rakyat berubah sosok menjadi debt collector yang akan menagih janji-janji anggota DPR. Saya takut, jika ini terjadi, DPR akan bernasib sama dengan Irzen Octa. Atau mungkin lebih parah dari itu.

Saran saya, dengarkanlah teriakan rakyat. Sebab mereka tidak sekadar berteriak. Teriakan-teriakan mereka sebagai pertanda bahwa ada yang tidak beres sedang mengusik kedamaian hati mereka. Katakanlah mereka memang 'bodoh' seperti kata DPR, tapi mereka punya mata dan telinga untuk melihat dan mendengarkan kemunafikan-kemunafikan yang sedang terjadi.

Sekarang kita menunggu, akankah terhampar altar pertobatan atau justru rakyat bermetamorfosis menjadi debt collector? Ya ... Debt Collector Untuk DPR ... !!! Seperti perkataan konyol teman saya tadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun