Foto: Amir Daud (kiri), sedang berbincang dengan Lukman Setiawan, salah seorang pendiri Majalah TEMPO.
TEMPO boleh dikatakan menjadi salah satu media pendobrak pers modern di tanah air. Tak sedikit sumbangsihnya, baik di bidang keredaksian maupun manajemen.
Namun, di balik kesuksesan tersebut ternyata ada sosok berjasa di belakangnya yang nyaris terlupakan. Sosok itu adalah seorang jurnalis tulen bernama Amir Daud. "Jasanya besar sekali untuk Tempo," kata Goenawan Muhamad (GM), pendiri Majalah TEMPO, seperti diungkapkannya di Majalah Pantau, terbitan 6 Mei 2002.
Dalam sebuah tulisan, GM bercerita bahwa membuat majalah berita ternyata tidak gampang. "Setelah dua-tiga tahun, baru kami tahu ini tak beres," katanya.
Menyadari ketidakberesan tersebut, mereka pun mengundang seorang konsultan bernama Amir Daud, bekas wartawan TIME di Jakarta. Amir yang sudah berpengalaman di majalah berita sekaliber TIME, lalu menuangkan ilmunya kepada para awak TEMPO.
Menurut GM, Amir Daud-lah yang mengajari mereka membentuk organisasi dasar di sebuah penerbitan media. "Begitu tololnya kami hingga baru dari Amir-lah kami tahu perlunya menulis memo untuk teman sekerja, bila si rekan sedang bertugas di luar kantor," ungkap GM.
Dari Amir Daud pula, tambah GM, mereka  mulai belajar bekerja efisien. Amir, misalnya, menyarankan agar TEMPO punya seorang "chief reporter" yang akan membagi tugas hingga distribusi tenaga kerja tak acak-acakan. Inilah yang kemudian menjadi cikal-bakal lahirnya Koordinator Reportase yang kini sudah banyak diikuti media lain.
Selain itu, GM mengingat, Amir berpesan sebuah penugasan harus tertulis. Ini memang akan membuat ia bisa diingat, mudah dikontrol, dan bila ada problem, bisa dipindahkan langsung ke wartawan lain. Penugasan harus jelas dan ringkas.
Amir juga memperkenalkan kebiasaan memendekkan nama para kru TEMPO. Goenawan Muhamad jadi "G.M.", Fikri Jufri jadi "F.J.", dan Yusril jadi "Y.D." (Amir, yang menyukai gaya Amerika, sehingga mengucapkannya "Way-Di"). Akronimisasi nama itu melekat sampai Yusril meninggal dunia.
Lukman Setiawan, sejawat GM sesama pendiri Majalah TEMPO yang kemudian menerbitkan harian ekonomi Bisnis Indonesia, menilai Amir sangat kokoh dengan pendapat dan pendiriannya. Kemajuan Bisnis Indonesia, katanya, tak lepas dari polesan Daud. "Dia orang pertama yang meletakkan dasar-dasar jurnalisme Bisnis," kata Setiawan, "Daud orang yang perfeksionis."
Amir Daud hanya beberapa tahun menjadi pemimpin redaksi Bisnis Indonesia yang gajinya sangat menggairahkan itu. Ia kemudian memilih jadi pengajar di Lembaga Pers Dokter Soetomo (LPDS).