Di tengah kepulauan Indonesia yang terbentang luas, tersembunyi sebuah permata alami yang memikat hati setiap pencinta kuda. Kuda Sumba, juga dikenal sebagai Kuda Sandelwood, merupakan ras kuda asli yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sumba selama berabad-abad. Kuda ini bukan hanya sekedar hewan peliharaan, tetapi merupakan simbol kebanggaan dan warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Sejarah Kuda Sumba yang Menawan
Asal-usul Kuda Sumba masih menjadi misteri yang belum terpecahkan sepenuhnya. Namun, menurut penelitian yang dilakukan oleh Takezaki dan Gohsh (2014), sebagaimana dikutip dalam jurnal "Biodiversitas", kuda ini memiliki kekerabatan genetik yang dekat dengan kuda-kuda dari Asia Tenggara dan Asia Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa Kuda Sumba mungkin telah ada di pulau tersebut sejak ribuan tahun yang lalu, bahkan sebelum manusia menempati wilayah ini.
Dalam buku "Kuda Sumba: Warisan Budaya yang Terlupakan" oleh Solon Pera (2018), disebutkan bahwa kuda ini memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Sumba sejak zaman dahulu. Kuda Sumba digunakan dalam upacara adat, pertanian, dan bahkan dalam peperangan. Keberadaannya begitu dihargai sehingga kuda-kuda ini menjadi simbol status sosial dan kekayaan.
Karakteristik Kuda Sumba yang Unik
Salah satu keunikan Kuda Sumba adalah ukuran tubuhnya yang relatif kecil, dengan tinggi badan sekitar 120-135 cm (Pera, 2018). Namun, jangan sampai tertipu oleh penampilannya yang mungil. Kuda ini dikenal sangat lincah, gesit, dan memiliki daya tahan yang luar biasa. Mereka mampu bertahan dalam kondisi alam yang kurang menguntungkan, seperti kekeringan dan kekurangan pakan.
Dalam jurnal "Tropical Animal Science Journal" (2019), peneliti Universitas Nusa Cendana menyebutkan bahwa Kuda Sumba memiliki kaki yang kuat dan kokoh, serta tungkai yang proporsional. Ini memungkinkan mereka untuk bergerak dengan lincah di atas medan yang sulit, seperti perbukitan dan tebing-tebing curam di Pulau Sumba.
Selain itu, Kuda Sumba juga dikenal karena keberagaman warna bulunya yang menawan. Mereka dapat memiliki warna bulu coklat, hitam, atau bahkan kombinasi unik seperti belang-belang. Setiap kuda memiliki corak yang berbeda, menjadikannya seperti karya seni alami yang hidup.
Upaya Pelestarian Kuda Sumba
Sayangnya, keberadaan Kuda Sumba semakin terancam seiring berjalannya waktu. Menurut laporan World Wildlife Fund (WWF) pada tahun 2021, populasi kuda ini diperkirakan hanya tersisa sekitar 2.000 ekor di alam liar. Angka ini terus menurun akibat perkawinan silang dengan ras kuda lain, perburuan liar, dan hilangnya habitat alami mereka.
Melihat situasi ini, pemerintah Indonesia dan beberapa organisasi non-profit telah mengambil langkah untuk melestarikan Kuda Sumba. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mendirikan pusat konservasi khusus di Pulau Sumba, seperti yang dijelaskan dalam artikel "Kuda Sumba: Upaya Pelestarian Ras Kuda Langka" oleh National Geographic Indonesia (2022).
Pusat konservasi ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat penangkaran, tetapi juga sebagai sarana edukasi bagi masyarakat lokal dan wisatawan. Dengan demikian, generasi mendatang dapat mengenal dan menghargai warisan budaya yang luar biasa ini.
Selain itu, pemerintah juga telah menetapkan Kuda Sumba sebagai salah satu kekayaan budaya bangsa yang dilindungi melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 106 Tahun 2013. Upaya ini bertujuan untuk mencegah kepunahan dan menjaga keberlangsungan ras kuda ini di masa depan.
Pariwisata Berkelanjutan dan Kuda Sumba
Tidak hanya sebagai warisan budaya, Kuda Sumba juga memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata. Pulau Sumba sendiri telah menjadi destinasi wisata yang semakin populer, dengan pemandangan alam yang menakjubkan dan kebudayaan yang kaya.
Dalam artikel "Kuda Sumba: Daya Tarik Wisata Baru di Pulau Cendana" oleh Kompas.com (2023), disebutkan bahwa wisatawan dapat menikmati pengalaman unik dengan menjelajahi pedesaan dan perbukitan Sumba menggunakan Kuda Sumba sebagai kendaraan. Kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman berwisata yang berbeda, tetapi juga mendukung upaya pelestarian kuda ini secara berkelanjutan.
Dengan melibatkan masyarakat lokal dan mengembangkan pariwisata berbasis budaya, Kuda Sumba dapat menjadi aset berharga bagi Pulau Sumba. Hal ini akan memberikan pendapatan alternatif bagi masyarakat setempat, sekaligus menjaga kelestarian ras kuda ini untuk generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H