Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Frugal Living: Bijaksana atau Pelit dalam Pengelolaan Keuangan?

9 Februari 2024   10:22 Diperbarui: 9 Februari 2024   10:28 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gaya Hidup Hemat dalam mengelola keuangan pribadi (Sumber Ilustrasi: Kompas.TV)

Gaya hidup frugal, atau frugal living, telah menjadi pusat perhatian dalam percakapan seputar manajemen keuangan personal.

Sebagian orang melihatnya sebagai tindakan bijak yang memungkinkan penghematan yang signifikan, sementara yang lain menganggapnya sebagai bentuk ketidakpantasannya.

Pertanyaannya adalah, apakah frugal living adalah pilihan bijak atau tindakan pelit dalam mengelola keuangan?

Frugal living mengacu pada filosofi hidup hemat yang menekankan pada pengeluaran minimal untuk memaksimalkan tabungan dan investasi.

Pada konteks ini, hidup hemat bukan sekadar tentang membeli barang atau layanan yang paling murah, tetapi tentang membuat pilihan yang paling bijaksana secara finansial.

Prinsipnya mencakup pengurangan pengeluaran yang tidak perlu, memperbaiki kebiasaan pengeluaran, dan fokus pada kebutuhan daripada keinginan.

Sebagian besar pendukung frugal living menganggapnya sebagai strategi keuangan yang cerdas.

Mereka percaya bahwa dengan mengurangi pengeluaran yang tidak penting, mereka dapat mengalokasikan lebih banyak uang untuk tabungan, investasi, dan mencapai tujuan keuangan jangka panjang mereka.

Frugal living juga mengajarkan nilai kesederhanaan dan penghormatan terhadap sumber daya yang terbatas.

Namun, ada pandangan yang berlawanan yang menyebut frugal living sebagai tindakan pelit. Mereka berpendapat bahwa menekan pengeluaran hingga ke titik ekstrem dapat mengorbankan kualitas hidup dan kenikmatan.

Misalnya, memilih untuk membeli barang-barang berkualitas rendah atau menghindari pengalaman dan kegiatan sosial karena pertimbangan biaya dapat mengurangi kebahagiaan dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Sementara itu, beberapa orang mengalami kesulitan dalam membedakan antara frugalitas dan ketidakmampuan keuangan.

Bagi sebagian individu, gaya hidup frugal mungkin merupakan respons terhadap keterbatasan keuangan yang sebenarnya. Mereka mungkin terjebak dalam siklus penghematan karena terpaksa, bukan sebagai pilihan yang disengaja.

Pertanyaan tentang apakah frugal living bijaksana atau pelit juga terkait dengan konteks sosial dan ekonomi seseorang.

Di beberapa negara atau komunitas, frugal living mungkin dianggap sebagai kebijaksanaan yang bijak dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan mengatasi tekanan keuangan.

Akan tetapi, di lingkungan yang lebih makmur, frugal living mungkin dianggap sebagai tindakan yang tidak perlu atau bahkan merugikan.

Selain itu, pandemi global beberapa tahun kebelakang ini telah memperkuat minat terhadap frugal living.

Ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh pandemi telah mendorong banyak orang untuk mengevaluasi ulang kebiasaan pengeluaran mereka dan memprioritaskan keuangan mereka dengan lebih cermat.

Banyak yang mulai mengadopsi gaya hidup frugal sebagai respons terhadap ketidakpastian ekonomi dan kebutuhan mendesak untuk mengamankan masa depan keuangan mereka.

Namun, dalam mengadopsi frugal living, penting untuk mempertimbangkan keseimbangan antara penghematan dan kualitas hidup.

Sementara frugal living dapat membantu seseorang mencapai tujuan keuangan mereka dengan lebih cepat, itu juga harus dilakukan dengan hati-hati untuk tidak mengorbankan kebahagiaan dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Jadi, bagaimana seseorang dapat mengambil manfaat dari frugal living tanpa menjadi terlalu ketat atau pelit?

Pertama-tama, penting untuk memiliki pemahaman yang jelas tentang tujuan keuangan dan nilai-nilai pribadi.

Menetapkan prioritas keuangan yang jelas dapat membantu seseorang membuat keputusan yang tepat tentang di mana mengalokasikan sumber daya keuangan mereka.

Kedua, frugal living harus dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan keuangan jangka panjang, bukan sebagai tujuan akhir itu sendiri.

Penting untuk menemukan keseimbangan antara penghematan dan kenikmatan hidup. Ini bisa termasuk menetapkan anggaran untuk hal-hal yang penting bagi kesejahteraan emosional dan mental seseorang, seperti liburan, rekreasi, atau pendidikan.

Terakhir, frugal living harus dipraktikkan dengan kesadaran dan kesempatan untuk mengalokasikan sumber daya keuangan dengan bijaksana.

Ini berarti tidak hanya membeli barang atau layanan yang paling murah, tetapi juga mempertimbangkan nilai jangka panjang dan kesejahteraan pribadi dalam setiap keputusan pembelian.

Penting untuk dicatat, frugal living dapat menjadi alat yang efektif dalam mencapai tujuan keuangan jangka panjang, tetapi harus dilakukan dengan hati-hati dan seimbang untuk menghindari jatuh ke dalam sikap yang terlalu ketat atau pelit.

Dengan pemahaman yang jelas tentang tujuan keuangan dan nilai-nilai pribadi, seseorang dapat mengadopsi gaya hidup frugal yang bijaksana dan membangun keamanan finansial yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun