Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Menghadapi Pemilu: Mengapa Caleg Harus Lebih dari Sekadar Baliho?

8 Februari 2024   18:25 Diperbarui: 8 Februari 2024   18:29 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Baliho Caleg Bertebaran dimana-mana (Sumber Foto: Suaramuda.Com)

Pada setiap momentum Pemilu, panorama politik di Indonesia selalu dipenuhi dengan baliho-baliho raksasa, menyemarakkan jalanan dan menutupi hampir setiap sudut kota.

Tetapi, di balik gemerlapnya baliho-baliho tersebut, tersembunyi sebuah realitas yang menyedihkan,  "kurangnya pemahaman akan esensi demokrasi dan peran seorang calon legislatif (caleg) sebagai wakil rakyat".

Sejak dimulai masa kampanye, kita sering disuguhi pemandangan baliho-baliho besar yang terpasang di pinggir jalan, dinding bangunan, dan bahkan di pepohonan.

Fenomena ini bukan hanya merugikan secara visual, tetapi juga menggambarkan seberapa jauh kita telah tersesat dalam menyikapi esensi demokrasi.

Pemilu seharusnya menjadi panggung bagi warga negara untuk memilih wakil mereka berdasarkan kualitas, integritas, dan dedikasi yang telah terbukti dalam masyarakat.

Namun, sayangnya, semangat tersebut sering kali terkubur di tengah hiruk pikuk kampanye yang lebih mengedepankan popularitas dan kekayaan finansial.

Baca juga: Caleg, Menggali

Saat ini, caleg-celeng lebih cenderung mengandalkan keberadaan baliho-baliho megah sebagai alat untuk memenangkan hati pemilih, daripada membangun basis dukungan melalui pengabdian dan kehadiran nyata di tengah masyarakat.

Mereka lupa bahwa menjadi seorang caleg bukan hanya soal seberapa besar baliho yang mereka pajang, tetapi juga tentang bagaimana mereka membangun koneksi dan menjalin hubungan yang kuat dengan konstituen mereka.

Pierre Bourdieu, seorang teoretikus sosial terkemuka, pernah mengemukakan bahwa untuk mencapai kuasa simbolik dalam suatu struktur sosial, seseorang harus mengakumulasi modal sosial, kultural, dan ekonomi.

Artinya, dalam konteks politik, seorang caleg harus aktif terlibat dalam kehidupan masyarakat, menunjukkan pengabdian, dan mengartikulasikan visi serta misi mereka sebagai wakil rakyat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun