Sehari-hari, Siti bertemu dengan berbagai tipe pelanggan. Ada yang cerewet, ada yang cuek, namun tak ada satu pun yang tahu betapa Siti harus berjongkok di depan rak-rak pakaian selama berjam-jam. Ia bekerja keras dan penuh dedikasi, bahkan ketika sebagian besar orang mungkin tidak menyadari itu.
Pada suatu hari, Siti mendapat telepon dari sekolah Aisyah. Gadis kecil itu sedang sakit dan perlu dijemput. Tanpa ragu, Siti meninggalkan pekerjaannya, meskipun tumpukan pakaian yang belum teratur menatapnya dari balik meja kasir. Ia tahu bahwa pekerjaannya sebagai ibu jauh lebih penting daripada apapun.
Di rumah, Siti merawat Aisyah dengan penuh kelembutan. Ia membuatkan sup hangat dan duduk di sebelah ranjang Aisyah sembari bercerita agar anaknya merasa lebih nyaman. Meskipun hari itu penuh dengan kekhawatiran, tetapi Siti tahu bahwa ibu adalah obat terbaik bagi sakit anaknya.
Dalam kehidupan sehari-hari, Siti juga menjadi sahabat bagi para tetangganya. Ia selalu siap membantu, memberikan nasihat, atau sekadar menyediakan telinga untuk mendengarkan cerita mereka. Ia mengerti bahwa kehidupan ini tidak selalu mudah, tetapi dengan saling berbagi dan mendukung, setiap tantangan dapat diatasi bersama.
Suatu sore, ketika langit mulai memerah, Siti duduk di teras rumahnya sambil menyaksikan anak-anak bermain di halaman. Sejenak, ia merenung tentang hidupnya. Ia mungkin tidak memiliki pekerjaan megah atau nama besar di dunia luar, tetapi apa yang ia miliki jauh lebih berharga.
Mengertilah, ibu bukan hanya nama di KTP. Ibu adalah peluk hangat di saat dingin, senyum di tengah kesulitan, dan doa yang tak pernah lepas dari bibir. Ibu adalah cinta yang tulus dan tak terukur, yang hadir dalam setiap detik kehidupan seorang anak.
Sebagian matahari mulai tenggelam di ufuk barat, Siti bangkit dari tempat duduknya. Ia yakin bahwa setiap hari adalah kesempatan untuk menjadi ibu yang lebih baik. Membuktikan bahwa meski namanya hanya tertera di KTP, sosok Siti adalah nyata, penuh cinta, dan selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari keluarganya.
Dengan langkah mantap, Siti kembali ke dalam rumah, siap menjalani kembali rutinitasnya sebagai ibu yang tak kenal lelah. Ia tahu bahwa meski tak selalu sempurna, setiap usaha dan pengorbanannya memiliki arti yang besar dalam kehidupan orang-orang yang paling berharga baginya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H