Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesan dari Pukul Sepuluh: Kasih Ibu di Tengah Keseharian

22 Desember 2023   00:47 Diperbarui: 22 Desember 2023   01:17 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Suatu ketika, dalam sebuah malam yang hening, aku duduk di ruang keluarga dengan berkas-berkas tugas menumpuk di meja. Sinar lampu temaram menerangi ruangan, menciptakan suasana yang tenang. Ibuku, sosok yang penuh kasih dan kesabaran, menghampiriku dengan senyuman hangat di wajahnya.

"Rizka, ambil waktumu dan tidurlah," bisiknya pelan.

Kala itu sekitar pukul sepuluh malam, dan aku masih terperangkap dalam dunia tugas dan pikiran yang tak kunjung selesai. Namun, melihat ekspresi lembut di wajah ibuku, aku merasa adem. Aku menuruti permintaannya, meninggalkan buku-buku dan kertas-kertas yang berserakan di meja.

"Kenapa tidak tidur lebih awal, Ma?" tanyaku sambil menaiki tangga menuju kamar.

Ibu tersenyum, "Kau tahu, sejak kau kecil, setiap malam aku menunggu waktu pukul sepuluh. Itu waktunya kita berdua, menikmati momen kebersamaan."

Aku teringat bahwa setiap malam pukul sepuluh, ibu selalu menyimpan pesan kecil di bawah bantalku. Itu menjadi tradisi kami, sebuah ritual kecil yang memperkuat ikatan di antara kami berdua.

Baca juga: Cafe Love Notes

*****

Setiap harinya, aku terjebak dalam rutinitas yang sibuk. Bangun pagi, berangkat sekolah, pulang, dan tenggelam dalam tumpukan tugas. Kadang-kadang, aku lupa betapa berharganya momen-momen kecil bersama ibu di tengah kesibukan itu.

Suatu sore, setelah pulang sekolah, aku menemukan ibu di dapur, sibuk menyajikan hidangan kesukaanku. Aroma harum masakan memenuhi ruangan. Ibu tersenyum saat melihatku.

"Hari ini aku sengaja membuat makanan favoritmu. Kita makan bersama ya," ujarnya sambil menyusun piring-piring di atas meja makan.

Kami duduk bersama, berbagi cerita, tertawa, dan menikmati hidangan lezat. Aku menyadari betapa istimewanya momen ini. Setelah makan, ibu menyelinap ke tangga dan membawakan sebuah bungkusan kecil.

"Ini untukmu," katanya sambil memberikannya padaku.

Ketika kubuka, terdapat selembar kertas dengan tulisan tangan ibu. "Terima kasih telah berbagi waktu makan malam bersama ibu. Semoga hatimu selalu dipenuhi kebahagiaan."

Saat itulah, aku menyadari bahwa kebahagiaan tidak hanya terletak pada prestasi atau kesuksesan, tetapi juga pada momen-momen sederhana bersama orang yang kita cintai.

*****

Beberapa hari kemudian, setelah melewati rutinitas sekolah dan tugas, malam itu ibu datang lagi. Dia membawa secarik kertas kecil dan menyelipkannya di bawah bantalku. Aku membacanya dengan senyum di wajah.

"Pukul sepuluh malam adalah waktunya kita. Tapi, ingatlah bahwa setiap saat bersama ibu adalah momen istimewa."

Malam-malam berikutnya, ibu terus menyimpan pesan-pesan kecil di bawah bantalku. Setiap pesan membawa kata-kata bijak, motivasi, atau sekadar ungkapan cinta. Saat aku merasa lelah atau tertekan oleh tugas, aku cukup membaca pesan-pesan itu untuk merasa tenang dan dihargai.

*****


Suatu malam, ketika kubuka pesan di bawah bantalku, ada sesuatu yang berbeda. Ibu menulis, "Ketahuilah bahwa meski tak selalu ada di sampingmu, kasih ibu selalu menyertaimu. Kau adalah anugerah terindah dalam hidupku. Jangan ragu untuk bermimpi dan mengejar apa yang kau impikan. Ibu selalu mendukungmu. Cintamu, Ibu."

Air mata menggenang di mataku. Aku merasa tersentuh oleh kebaikan dan ketulusan ibuku. Setiap pesan yang dia berikan seperti sinar kecil yang membimbing langkahku di tengah kehidupan yang penuh tantangan.

*****


Begitulah, malam-malam itu tidak lagi hanya tentang pesan fisik di bawah bantal, melainkan pesan-pesan yang tertanam dalam hatiku. Pesan cinta, semangat, dan dukungan ibu menjadi pilar kekuatanku.

Setiap hari, aku belajar bahwa kasih sayang ibu tidak hanya terungkap dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan-tindakannya yang penuh perhatian. Momen pukul sepuluh malam menjadi lebih dari sekadar tradisi, melainkan pengingat akan pentingnya menghargai setiap momen bersama orang yang kita sayangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun