Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

WeDebat Capres Indonesia: Pemenangnya Siapa? Sorotan Media Asing Mengungkap Ketegangan dan Kejutan!

15 Desember 2023   18:57 Diperbarui: 15 Desember 2023   19:42 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pada Selasa lalu, panggung politik Indonesia memanas dengan debat capres yang menjadi sorotan media asing, termasuk Al-Jazeera, Reuters, ABC News, Channel News Asia (CNA), dan Straits Times.

Debat ini menjadi babak pembuka dari lima debat yang disiarkan di televisi menjelang pemilihan presiden pada 14 Februari tahun depan. Dalam artikelnya berjudul "Indonesia's first presidential debate: Five key takeaways," Al-Jazeera memberikan catatan penting terkait ketegangan dan unggul-unggulan yang muncul selama dua setengah jam perdebatan.

Mengutip beberapa kalimat Anies, Prabowo, dan Ganjar, masing-masing kandidat mencoba membawa isu-isu krusial ke panggung debat.

Anies, dalam laporan Reuters, menyoroti peraturan yang dibengkokkan demi kepentingan penguasa, sambil menekankan pentingnya memberi suara pada generasi muda yang peduli pada nasib bangsa yang terpinggirkan.

Prabowo, seperti dilaporkan ABC News, menegaskan tekad untuk membenahi dan menjunjung tinggi nilai-nilai yang perlu ditegakkan, dengan fokus pada upaya memberantas korupsi yang merajalela.

Ganjar, dalam laporan ABC, menyampaikan data dari Indonesia Corruption Watch mengenai kerugian negara selama 10 tahun terakhir, mencapai angka yang fantastis, setara dengan kebutuhan untuk membangun ribuan puskesmas.

Namun, meskipun media asing memberikan sorotan intens terhadap debat ini, apakah benar tidak ada yang unggul? Dalam pandangan banyak pengamat lokal, hasilnya dapat dianggap seri.

Yohanes Sulaiman, seorang dosen hubungan internasional di Universitas Jenderal Achmad Yani di Bandung, menyatakan bahwa debat awal ini tidak kemungkinan besar mengubah opini masyarakat yang sepertinya terus bergerak bagi Anies, Prabowo, dan Ganjar.

Menariknya, Reuters dalam artikel "Indonesian presidential hopefuls face off in heated debate on law, human rights" menyoroti ketegangan dalam debat terkait isu hukum dan hak asasi manusia.

Bagaimana para kandidat merespon pelanggaran hak asasi manusia di seluruh Indonesia dan keputusan kontroversial Mahkamah Konstitusi yang menurunkan batas usia minimum bagi pejabat terpilih untuk mencalonkan diri sebagai presiden dan wakil presiden. Ini menjadi salah satu momen krusial yang membedakan para calon, dan ketika media asing mencatatnya, perhatian dunia terhadap arah politik Indonesia semakin terbuka.

Melalui lensa Channel News Asia (CNA) dan Straits Times dari Singapura, kita dapat melihat bagaimana panasnya debat menjadi fokus utama liputan. Dalam artikel "Indonesian presidential candidates spar in first debate, digging up one another's past and dangling pledges," CNA menyoroti saling tuduh antar-kandidat mengenai tindakan atau peristiwa dalam sejarah masing-masing.

Para kandidat saling melontarkan kata-kata menyerang dengan nada mengejek, memicu penonton untuk bersorak keras. Strait Times juga mencatat intensitas debat, menggambarkan wajah merah dan suara bergetar para kandidat yang mencerminkan betapa seriusnya mereka menjalani pertarungan politik ini.

Meski debat ini memang memperlihatkan sengitnya persaingan antara kandidat, tidak dapat dipungkiri bahwa setiap kandidat memiliki pendukung yang fanatik. Sebagaimana dicatat oleh Strait Times, pendukung-pendukung ini memenuhi aula debat, memberikan semangat kepada kandidat pilihan mereka. 

Namun, pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah sengitnya debat dan dukungan fanatik dari basis pendukung tersebut benar-benar mencerminkan keunggulan salah satu kandidat?


Dalam menjawab pertanyaan ini, kita perlu merinci beberapa aspek krusial yang muncul dalam debat tersebut. Pertama-tama, isu hukum dan hak asasi manusia yang menjadi fokus utama debat mengungkapkan sejauh mana para kandidat memahami tantangan yang dihadapi oleh negara ini. 

Bagaimana mereka merespon pelanggaran hak asasi manusia, dan apakah mereka mampu memberikan solusi yang konkrit dan dapat diterapkan?

Kedua, perdebatan mengenai kebijakan kontroversial Mahkamah Konstitusi mengenai batas usia minimum bagi pejabat terpilih menjadi ujian untuk melihat sejauh mana visi dan misi para kandidat. 

Bagaimana mereka merencanakan untuk membawa perubahan positif dalam struktur politik dan regulasi di Indonesia?


Selanjutnya, saling tuduh antar-kandidat terkait dengan tindakan atau peristiwa masa lalu menyoroti pentingnya integritas dan rekam jejak dalam kepemimpinan. Bagaimana para kandidat menanggapi tuduhan ini, dan apakah mereka mampu meyakinkan pemilih bahwa mereka layak memimpin?

Penting juga untuk mencermati respons para kandidat terhadap isu-isu sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Dalam konteks ini, pernyataan Ganjar Pranowo mengenai kerugian negara dan kebutuhan untuk membangun puskesmas menciptakan titik fokus penting. 

Bagaimana masing-masing kandidat merencanakan untuk mengatasi masalah ini, dan sejauh mana mereka memiliki pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan rakyat?

Untuk itu, meskipun media asing memberikan sorotan yang intens terhadap debat capres Indonesia, menyajikan pandangan-pandangan beragam dari Qatar hingga Australia, Singapura, dan lebih jauh lagi, kita harus mengingat bahwa hasil debat belum tentu mencerminkan keunggulan mutlak salah satu kandidat. 

Masyarakat Indonesia sendiri akan menjadi penentu utama dalam menilai siapa yang mampu menjawab tantangan-tantangan kompleks yang di hadapi oleh negara ini.

Dalam menjalani sisa debat dan menuju pemilihan presiden yang akan datang, kandidat-kandidat perlu terus menghadirkan visi, misi, dan solusi konkret untuk meraih dukungan publik. 

Di tengah persaingan yang sengit, transparansi, integritas, dan keberpihakan pada kepentingan rakyat menjadi kunci untuk menciptakan pemerintahan yang efektif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat Indonesia. 

Dengan itu, perjalanan menuju pemilihan presiden pada 14 Februari tahun depan menjadi semakin menarik, mengingat panggung politik Indonesia dipenuhi dengan dinamika yang memerlukan pemimpin yang dapat membawa perubahan positif untuk bangsa ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun