Mohon tunggu...
Irwan Sabaloku
Irwan Sabaloku Mohon Tunggu... Editor - Penulis

"Menulis hari ini, untuk mereka yang datang esok hari"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Masa Lalu Melalui Arsitektur: Bangunan-bangunan Bersejarah dan Peran Tokoh-tokoh Penjajahan

7 Desember 2023   18:00 Diperbarui: 7 Desember 2023   18:15 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tugu ini dibangun di bawah pimpinan Presiden Soekarno pada tahun 1961 sebagai simbol kemerdekaan Indonesia.

Disekitar Monas, kita dapat melihat beberapa bangunan bersejarah dari masa penjajahan Belanda, seperti Gedung Kesenian Jakarta dan Gereja Katedral Jakarta.

Mereka tidak hanya menjadi peninggalan sejarah, tetapi juga menjadi bagian integral dari kompleks Monas, menciptakan narasi tentang perjalanan panjang menuju kemerdekaan.

Menjelajahi Kekuasaan Melalui Arsitektur Modern

Bukan hanya bangunan-bangunan bersejarah yang memainkan peran dalam merunut jejak sejarah.

Bangunan-bangunan modern juga memiliki kisah mereka sendiri, merefleksikan dinamika kekuasaan dan hubungan sosial di masa lalu.

Istana Kepresidenan di Bogor, yang sebelumnya dikenal sebagai Istana Buitenzorg, adalah salah satu contoh yang menarik.

Istana ini, yang awalnya dibangun oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels pada awal abad ke-19, menjadi tempat peristirahatan bagi para penguasa Hindia Belanda.

Namun, seiring bergulirnya waktu dan bergantinya kekuasaan, istana ini berubah fungsi menjadi tempat kediaman resmi Presiden Indonesia.

Transformasi ini mencerminkan perubahan dramatis dalam sejarah politik dan kekuasaan di Indonesia.

Melihat Istana Kepresidenan dari luar, kita dapat melihat perpaduan antara arsitektur klasik Eropa dan sentuhan lokal yang memberikan identitas Indonesia pada bangunan tersebut.

Melibatkan Masyarakat dalam Konservasi Sejarah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun