Tidak hanya sebagai monumen bisu dari masa lalu, tetapi sebagai tempat yang terus beradaptasi dengan perubahan zaman.
Oleh karena itu, upaya pelestarian haruslah sejalan dengan upaya penyesuaian untuk memastikan bahwa warisan tersebut dapat dinikmati oleh generasi mendatang.
Dari sini lah, kita dapat mengenali bahwa Gedung Aniem tidak hanya sekadar sebuah bangunan, tetapi juga bukti keberlanjutan sejarah dan perubahan zaman.
Melintasi koridor waktu dengan mengamati dan meresapi setiap detailnya, kita dapat memahami bagaimana sejarah yang terkandung di dalamnya menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Surabaya.
Gedung tersebut adalah "buku terbuka" yang mengajak kita untuk menjelajahi lembaran-lembaran sejarah, memahami cerita-cerita yang terukir dalam dindingnya, dan menghargai nilai-nilai yang diwariskan oleh masa lalu.
Dengan memandang Gedung Aniem, kita tidak hanya melihat sebuah bangunan bersejarah, selain itu kita juga melihat sejumput sejarah yang hidup dan berkembang bersama masyarakat.
Dalam keragaman wajah dan suara Surabaya, Gedung Aniem menjadi penanda keberagaman sejarah yang telah membentuk kota ini. Sebuah bangunan fisik yang tegak di tengah kota, tetapi juga sebuah cermin bagi jiwa dan semangat masyarakat yang merayakan sejarahnya.
Terakhir, saya berharap dapat membawa pembaca dalam perjalanan yang menginspirasi, melintasi waktu dan ruang, dan merenungkan arti penting warisan sejarah dalam pembentukan identitas kita sebagai masyarakat yang berakar pada sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H