Program-program ini seharusnya tidak hanya berupa slogan-slogan yang menarik, tetapi juga memiliki rancangan yang jelas dan dapat diimplementasikan.
Pemilih perlu menggali lebih dalam untuk memahami bagaimana caleg tersebut berencana mengatasi masalah-masalah konkret yang dihadapi oleh masyarakat.
Sebagai contoh, jika caleg mengusung program peningkatan akses pendidikan, pemilih seharusnya mencari tahu lebih lanjut tentang bagaimana caleg tersebut merencanakan untuk merealisasikan program tersebut.
Apakah ada rancangan anggaran yang memadai? Apakah ada rencana konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan?
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu pemilih untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang sejauh mana caleg tersebut memiliki rencana nyata untuk mewujudkan visi dan misinya.
Penting juga untuk memeriksa apakah caleg tersebut pernah terlibat dalam skandal atau tindakan yang mencurigakan.
Reputasi dan integritas seseorang adalah aspek penting yang tidak boleh diabaikan. Sebuah catatan hitam dalam rekam jejak caleg dapat menjadi indikator bahwa mereka tidak pantas untuk dipercayai dalam memimpin.
Terakhir, dalam memilih caleg, penting untuk mengutamakan aksi daripada janji. Pemilih yang cerdas adalah mereka yang melihat jauh ke belakang, menilai rekam jejak dan kontribusi nyata caleg tersebut dalam mewujudkan perubahan positif.
Memilih berdasarkan bukti konkrit akan memberikan landasan yang lebih kuat untuk memastikan bahwa pemimpin yang terpilih benar-benar akan menghasilkan dampak positif yang dijanjikan dalam kampanye.
Jadi, catatlah untuk diri sendiri: Menilai caleg berdasarkan aksi, bukan janji, adalah kunci untuk membangun masa depan politik yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H