Jono juga memberikan kesaksiannya. Dia menjelaskan bahwa dia sebenarnya datang ke Sumba dengan ketidakpastian besar, tetapi dia juga menyadari bahwa dia tidak bisa melarikan diri dari tanggung jawabnya. Dia berjanji bahwa jika Dini dan keluarganya menerima dirinya, dia akan berusaha keras untuk menjadikan pernikahan ini bahagia bagi keduanya.
Setelah mendengarkan kedua belah pihak, para petua adat mulai memberikan nasihat mereka. Mereka mengatakan bahwa konflik ini adalah buah dari keputusan yang dibuat oleh dua keluarga yang mencintai anak-anak mereka, meskipun mereka melakukannya dengan cara yang salah. Mereka menekankan pentingnya damai, rekonsiliasi, dan kesepakatan yang dijalani dengan sukarela.
Dini dan Jono diberikan kesempatan untuk berbicara satu sama lain di bawah pengawasan para petua adat. Dini mulai membuka hatinya dan berbicara tentang perasaannya. Dia mengaku bahwa dia merasa tertekan oleh situasi ini, tetapi dia juga menyadari bahwa dia tidak bisa mengubah masa lalu. Dia bertanya kepada Jono apakah dia benar-benar ingin menjadikan Dini sebagai istrinya dan membangun masa depan bersama.
Jono, dengan penuh rasa hormat, menjawab bahwa dia ingin melangkah maju bersama Dini. Dia juga berbicara tentang harapannya untuk bisa memperbaiki hubungan dengan keluarga Dini dan menjadi bagian dari keluarga tersebut.
Dini dan Jono kemudian diizinkan untuk duduk bersama keluarga mereka dan membahas kesepakatan pernikahan secara lebih rinci. Mereka membicarakan tata cara pernikahan adat, upacara, dan peran masing-masing dalam keluarga yang akan segera mereka bentuk.
Setelah berhari-hari berdiskusi dan bernegosiasi, akhirnya mereka mencapai kesepakatan yang disetujui oleh semua pihak. Pernikahan adat akan diadakan untuk merayakan persatuan Dini dan Jono, dengan pengakuan dari kedua keluarga yang menunjukkan dukungan dan persetujuan mereka.
Hari pernikahan akhirnya tiba, dan seluruh desa berkumpul untuk merayakan peristiwa penting ini. Acara diisi dengan tarian, nyanyian, dan upacara adat yang mengikat Dini dan Jono dalam ikatan suci. Keluarga Dini dan keluarga Jono, yang sebelumnya saling berselisih, berkumpul dalam rasa damai dan sukacita untuk merayakan persatuan kedua anak muda ini.
Pernikahan adat ini bukan hanya merayakan cinta antara Dini dan Jono, tetapi juga menggambarkan keselarasan yang bisa dicapai ketika dua keluarga bersatu dan bekerja bersama. Itu adalah pembuktian bahwa bahkan dalam konflik paling rumit sekalipun, rekonsiliasi dan perdamaian selalu mungkin dicapai melalui dialog, pengertian, dan niat baik.
Seiring berjalannya waktu, Dini dan Jono membangun hidup bersama, memahami satu sama lain, dan tumbuh dalam cinta yang dalam. Mereka menjadi teladan bagi banyak orang tentang bagaimana cinta dan kedamaian dapat tumbuh bahkan dalam situasi yang penuh dengan konflik dan kesulitan.
Kisah mereka menginspirasi banyak orang di Sumba dan di seluruh Indonesia untuk mencari cara damai dalam menyelesaikan konflik, menghormati nilai-nilai budaya dan tradisi mereka, serta menghargai pentingnya perdamaian dan rekonsiliasi dalam membangun hubungan yang kuat dan harmonis.
Pesan dari cerita ini adalah bahwa cinta, rekonsiliasi, dan perdamaian adalah lebih kuat daripada konflik dan kebencian. Dini dan Jono membuktikan bahwa dengan niat baik dan kerja sama, bahkan situasi yang paling sulit sekalipun dapat diselesaikan secara damai, dan hubungan yang kuat dapat terbentuk dalam prosesnya.