Prinsip yang sama juga berlaku untuk produk minuman khususnya produk lokal. Meskipun rasanya tidak kalah dengan produk Amerika, namun kehebatan pemasaran membuat Cap Badak juga terancam punah.
Ia kalah dari segi teknologi dan marketing, sehingga persepsi orang jadi berubah. Apalagi kita gampang dininabobokan oleh iklan. Membeli sesuatu akhirnya jadi masalah gengsi, bukan lagi soal rasa.
Mungkin ada baiknya kita belajar kepada industri bir Jerman. Bir paling digemari adalah produk Jerman. Namun untuk mendapatkannya anda harus datang ke negara itu karena tidak ada perusahaan bir Jerman yang melakukan ekspor.Â
Semua produsen adalah industri skala kecil yang bersifat lokal dan tiap daerah punya merk bir sendiri dengan konsumen fanatiknya adalah warga lokal. Tidak ada produsen bir global yang berani memasarkan produknya kesana. Warga Jerman mencintai produk lokal mereka yang kualitasnya diakui dunia.Â
Hal yang sama juga berlaku untuk produk susu Jepang. Warganya tidak mau mengkonsumsi susu kemasan. Mereka hanya mau susu dari produsen lokal karena terjamin mutu dan kesegarannya. Tidak ada produsen global yang sanggup membuka pabrik susu disana.
Kita juga bisa berperilaku demikuan, asalkan sanggup merubah pola pikir. Yang dari luar belum tentu yang terbaik. Jangan lagi tergoda dengan iklan. Kalau sudah demikian, maka Cap Badak akan tetap tangguh seperti namanya. Jangan biarkan ia diambang kepunahan. Termasuk juga produk asli Indonesia lainnya.
Mari kita buktikan, bahwa cinta kepada negara tak hanya berupa kata-kata, tapi juga dengan membeli produknya.
Salam.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H