Kekuatan militer Jepang di Indonesia masih utuh dan belum mengalami pertempuran pada saat menyerahnya Jepang kepada Sekutu. Teorinya, tidak sulit untuk menindas gerakan kemerdekaan saat itu, namun mereka tidak melakukannya. Hal ini menimbulkan klaim dari Belanda bahwa kemerdekaan Indonesia adalah bikinan Jepang.Â
Tidak dihambatnya persiapan proklamasi yang dilakukan didepan mata Gunshirekan menimbulkan kesan kalau militer khususnya Angkatan Darat mendukung kemerdekaan namun tidak ingin terlihat peranannya sehingga jalan paling gampang adalah meminjam tangan Maeda yang tidak punya otoritas di Jawa. Tentu saja hal seperti ini mempunyai maksud untuk keuntungan mereka sendiri.Â
Militer Jepang sebahagiannya belum menerima kekalahan dan masih ingin melanjutkan perang, setidaknya untuk mereka sendiri. Jika Indonesia merdeka mereka bisa ambil bagian dan terbebas dari tawanan Sekutu atau setidaknya tidak akan disalahkan karena bisa menuding Maeda yang bertindak di luar kendali Gunshirekan.
Proklamasi akhirnya dilakukan namun perhitungan mereka salah besar, karena para pemimpin Indonesia adalah tokoh yang telah matang dalam perpolitikan. Alih-alih membuka front langsung dengan Sekutu, pemerintah Indonesia justru bekerjasama sebagai negara berdaulat dalam mengurus interniran Belanda dan memulangkan tentara Jepang.Â
****
Jika memang benar bahwa Angkatan Darat meminjam tangan Maeda, faktanya adalah kemerdekaan tetap akan dilakukan dengan atau tanpa campur tangan Jepang. Tanpa mengecilkan peranan Maeda, satu hal yang harus diingat dan dipahami betul oleh petinggi militer Jepang adalah kerasnya gerakan kemerdekaan yang jika dihalangi akan menimbulkan gejolak pembalasan dendam dari rakyat terhadap mereka.Â
Jadi, bagaimana kalau saat itu tidak ada Maeda ? Silahkan disimpulkan sendiri.
Salam...