Mohon tunggu...
Irfan Noer Handoko
Irfan Noer Handoko Mohon Tunggu... Lainnya - Surveyor

Kebetulan suka nulis, itung-itung nyari kesibukan doang, gabut gue soalnya. Hoby: Nonton, Sepedaan, Nulis, Nyanyi, Dengering Podcast, dan Lari Sore.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Peneliti UCLA Menemukan Fakta Ternyata Ada Kaitan Antara Pola Makan, Genetika, dan Obesitas

5 Maret 2024   12:00 Diperbarui: 5 Maret 2024   12:10 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by cottonbro studio: https://www.pexels.com/photo/man-eating-sandwich-while-doing-an-experiment-6208936/ 

Respon lemak tubuh terhadap diet tinggi lemak dan tinggi gula

Para researcher di UCLA membuat suatu penelitian, Mereka bilang, gak cuma makanan yang bikin celana jadi makin sempit, tapi Gen juga ikut andil. Dalam studi terbaru mereka, para ilmuwan menemukan bahwa reaksi lemak tubuh terhadap makanan cepat saji kebanyakan malah ditentuin sama Gen kita. Dan lagi, mereka udah nge-identifikasi beberapa Gen yang bisa jadi punya peran penting dalam mengontrol reaksi tubuh kita terhadap makanan-makanan seperti itu. Jadi, jelas banget bahwa gak cuma makanan yang kita makan yang bikin kita Obesitas, tapi juga Gen kita lah yang berpengaruh dalam bentuk tubuh kita.

Ada penelitian baru juga nih, Penelitian ini adalah yang pertama merinci respons metabolik terhadap pola makan tinggi lemak dan tinggi gula! Mereka bener-bener ngecek respon tubuh kita terhadap makanan-makanan berlemak dan ber-gula tinggi. Dan kemudian, mereka gak cuma nge-test di tikus biasa, tapi di tikus-tikus yang banyak dan beragam jenisnya, yang disinyalir bisa mewakili manusia gitu.

Hasilnya, ternyata jumlah makanan yang dimakan ternyata cuma punya pengaruh kecil banget buat nentuin seberapa gemuknya badan kita.

Berita bagusnya, penelitian mereka ini udah dipublikasikan di jurnal Cell Metabolism, online tanggal 8 Januari, dan di versi cetaknya tanggal 9 Januari.

Si dokter Brian Parks, yang jadi penulis utamanya, bilang, "Saya menemukan bahwa respon tubuh kita terhadap makanan berlemak dan ber-gula itu ada hubungan kuat sama genetik, dan kita juga udah nemuin beberapa faktor genetik yang bisa jadi pengatur respons ini" Dia juga nambahin kalo obesitas punya karakteristik genetik yang mirip seperti antara tikus dan manusia, jadi tikus emang model yang pas buat ngebahas obesitas. Secara tidak langsung, penelitian mereka ini bener-bener penting buat ngerti tentang obesitas dan bagaimana cara kita bisa menambah berat badan atau menurunkannya.

Bahayanya kelebihan berat badan

Jadi gini, naiknya jumlah orang yang obesitas selama beberapa dekade terakhir ini bener-bener bikin khawatir. Apalagi, obesitas ini bisa bikin kita kena penyakit kayak diabetes tipe 2, penyakit jantung, sampe penyakit kanker, loh!

Photo by Karolina Grabowska: https://www.pexels.com/photo/researchers-wearing-hair-nets-and-coveralls-in-an-office-8539424/ 
Photo by Karolina Grabowska: https://www.pexels.com/photo/researchers-wearing-hair-nets-and-coveralls-in-an-office-8539424/ 

Penemuan Baru

Padahal, sebelumnya kita pikir kalo makanan yang penuh lemak dan gula tinggi plus gaya hidup yang kurang gerak itu jadi faktor utama yang bikin orang obesitas. Tapi ternyata, penelitian baru dari UCLA malah nunjukin kalo respon tubuh kita terhadap makanan itu ternyata lebih ditentuin oleh genetik kita.

Dalam penelitian selama dua tahun, para peneliti yang meneliti tentang obesitas, antara lain lemak tubuh, ekspresi gen, sampe bakteri usus pada lebih dari 100 strain tikus (tikus percobaan). Mereka menemukan 11 "wilayah" di genom yang punya hubungan dengan obesitas dan tambahan lemak yang di sebabkan oleh makanan tinggi lemak dan gula.

Beberapa wilayah yang teridentifikasi tumpang tindih dengan gen pada penelitian tersebut. Ternyata mirip dengan gen-gen yang ditemuin dalam penelitian manusia.

Nah, jadi ceritanya, dalam penelitian ini, tikus-tikus ini awalnya dikasih makanan biasa selama delapan minggu pertama kehidupannya, baru kemudian diubah jadi makanan yang tinggi lemak dan gula selama delapan minggu.

Dokter Parks bilang, "Saya melihat perubahan lemak tubuh mereka pada lima waktu yang berbeda setelah dikasih makanan tinggi lemak dan gula. Ini ngasih bukti kuat banget bahwa ada titik lemak tubuh yang dikontrol sama genetik"

Mereka juga pake tikus-tikus yang beda jenisnya buat ngeliat ciri-ciri obesitas, ekspresi gen, bakteri usus, dan pola makan secara lebih detil.

Yang bikin kerennya lagi, respon pola makannya, yang diukur dari kenaikan persentase lemak tubuh pas dikasih makanan tinggi lemak dan gula, ternyata beda-beda banget antar jenis tikus yang satu dan yang lainnya. Ada yang nambah persentase lemak tubuhnya dari 0 sampe lebih dari 600 persen, ada juga yang penambahan presentase lemak tubuhnya biasa aja.

Sebagian besar tikus responnya kerasa banget pas empat minggu pertama dikasih makanan tinggi lemak dan gula, tapi abis itu gak nambah lemak tambahan lagi. Jadi, keliatannya ada titik settingan di mana tubuh mereka berhenti nambahin lemak karena adanya mekanisme genetik.

Dr. Jake Lusis, si peneliti utama, bilang, "Lemak tubuh itu kayak 80 % ditentuin sama genetika, Jadi, misalnya, kalo kamu makan banyak makanan yang tinggi lemak dan gula mungkin ada beberapa orang yang masih berada di berat badan yang ideal, begitupun sebaliknya. Karena naik nya berat badan itu ternyata dipengaruhi sama genetika.

Hasilnya juga ngasih tau kalo BMI dan obesitas itu bisa diturunin dari generasi ke generasi, dan ini bikin genetika jadi faktor penting  dalam masalah obesitas, menurut para ahli sih gitu.

Mereka juga ngingetin kalo makanan yang banyak kalori dan gula itu emang jadi penyumbang utama dalam masalah obesitas, tapi mereka juga bilang kalo ada banyak faktor lingkungan lain juga yang ikut ngaruh, jadi nggak cuma makanan aja ya.

"Hasil penelitian kita ini menunjukan kalo interaksi antara gen dan lingkungan itu penting banget, dan ini ngaruh banget ke cara kita mengartikan obesitas secara keseluruhan" kata Lusis. "Kita juga bisa liat bedanya bagaimana perilaku dan otak tikus yang punya ciri-ciri obesitas itu berbeda-beda"

Para peneliti juga bilang mereka harus lebih teliti lagi untuk melihat tikus-tikus yang metabolismenya cepet dan lambat buat ngertiin gimana pengeluaran energi itu berpengaruh ke lemak tubuh dan risiko obesitas bagi umat manusia.

Penelitian kami di masa depan akan menyelidiki perkembangan sindrom metabolik dan diabetes setelah pemberian makanan tinggi lemak dan tinggi gula," kata Parks. "Kami juga akan mulai fokus pada faktor genetik spesifik yang teridentifikasi dan perannya dalam interaksi makanan dan obesitas."

Para peneliti ini akhirnya pun mengambil kesimpulan, berdasarkan data mereka, bahwa ada hubungan yang kuat banget antara genetika dan jumlah lemak yang kita dapet pas makan makanan berkalori tinggi dan makanan tinggi gula.

Referensi
Referensinya: Ada sebuah paper yang judulnya "Kontrol Genetik terhadap Obesitas dan Komposisi Mikrobiota Usus sebagai Respon terhadap Diet Tinggi Lemak dan Tinggi Sukrosa pada Tikus" yang ditulis sama Brian W. Parks, Elizabeth Nam, Elin Org, Emrah Kostem, Frode Norheim, Simon T. Hui, Calvin Pan, Mete Civelek, Christoph D. Rau, Brian J. Bennett, Margarete Mehrabian, Luke K. Ursell, Aiqing He, Lawrence W. Castellani, Bradley Zinker, Mark Kirby, Thomas A. Drake, Christian A. Drevon, Rob Knight, Peter Gargalovic, Todd Kirchgessner, dan Eleazar Eskin pada tanggal 8 Januari 2013 di jurnal Metabolisme Sel. Duit buat penelitian ini dapet dari National Institutes of Health (dalam bentuk hibah HL028481) dan juga penghargaan Early Career Scientist dari Howard Hughes Medical Institute. Ada dana tambahan juga dari penyandang dana yang disebutin di naskahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun