Para peneliti juga bilang mereka harus lebih teliti lagi untuk melihat tikus-tikus yang metabolismenya cepet dan lambat buat ngertiin gimana pengeluaran energi itu berpengaruh ke lemak tubuh dan risiko obesitas bagi umat manusia.
Penelitian kami di masa depan akan menyelidiki perkembangan sindrom metabolik dan diabetes setelah pemberian makanan tinggi lemak dan tinggi gula," kata Parks. "Kami juga akan mulai fokus pada faktor genetik spesifik yang teridentifikasi dan perannya dalam interaksi makanan dan obesitas."
Para peneliti ini akhirnya pun mengambil kesimpulan, berdasarkan data mereka, bahwa ada hubungan yang kuat banget antara genetika dan jumlah lemak yang kita dapet pas makan makanan berkalori tinggi dan makanan tinggi gula.
Referensi
Referensinya: Ada sebuah paper yang judulnya "Kontrol Genetik terhadap Obesitas dan Komposisi Mikrobiota Usus sebagai Respon terhadap Diet Tinggi Lemak dan Tinggi Sukrosa pada Tikus" yang ditulis sama Brian W. Parks, Elizabeth Nam, Elin Org, Emrah Kostem, Frode Norheim, Simon T. Hui, Calvin Pan, Mete Civelek, Christoph D. Rau, Brian J. Bennett, Margarete Mehrabian, Luke K. Ursell, Aiqing He, Lawrence W. Castellani, Bradley Zinker, Mark Kirby, Thomas A. Drake, Christian A. Drevon, Rob Knight, Peter Gargalovic, Todd Kirchgessner, dan Eleazar Eskin pada tanggal 8 Januari 2013 di jurnal Metabolisme Sel. Duit buat penelitian ini dapet dari National Institutes of Health (dalam bentuk hibah HL028481) dan juga penghargaan Early Career Scientist dari Howard Hughes Medical Institute. Ada dana tambahan juga dari penyandang dana yang disebutin di naskahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H