Ego harus dimanfaatkan dengan benar untuk memastikan seorang pemain menghindari kontroversi di lapangan.
Kuncinya bukanlah membuang atau menghilangkan ego tersebut, melainkan membentuk formula seimbang, agar skill, bakat, dan ego berada dalam simetri yang sempurna.
Mike Forde, mantan Direktur Operasi Chelsea menyusunkan formula pengelolaan ego terbaik dimana ego harus dikombinasikan dengan skill, kemudian kombinasi tersebut dikalikan dengan intensitas belajar, berlatih, kompetisi (ego + skill) x (budaya belajar).Â
Formula tersebut akan melahirkan individu-individu pemain dengan kinerja tinggi sehingga bisa memaksimalkan bakat mereka.
Maka tak heran, banyak pemain-pemain hebat dunia yang terkenal egois, tetapi tetap memiliki performa terbaik bahkan mencetak banyak prestasi secara individu maupun kolektif.Â
Ego ada untuk memberi mereka kepercayaan diri di samping coachability dan DNA intrinsik yang memberi mereka keinginan untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri.
Itulah mengapa pemain yang memiliki pengelolaan ego yang baik di dalam maupun di luar lapangan, mereka tahu kapan harus finishing tanpa bantuan dan kapan harus melibatkan banyak bantuan.Â
Itulah yang harus dipelajari oleh Kambuaya pada khususnya dan Timnas Indonesia pada umumnya tentang pengelolaan "ego" saat bertanding.Â
Coach STY perlu menjembatani pengelolaan emosi dan ego yang seimbang di laga semifinal nanti, agar pemain Timnas Indonesia tetap mampu memaksimalkan skill dalam emosional yang stabil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H