Mohon tunggu...
Good Words
Good Words Mohon Tunggu... Penulis - Put Right Man on the Right Place

Pemerhati Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Memimpin dengan Empati Melewati Masa Transisi WFO

10 November 2021   10:49 Diperbarui: 10 November 2021   11:12 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bersiap kembali ke kantor.|Sumber:pexels/@thirdman

Kekhawatiran menyelimuti hati dan pikiran saat harus kembali berkerja di kantor. Bukan perkara mudah menavigasi tim melewati masa transisi dari WFH ke WFO, karena berkerja dari rumah atau berkerja jarak jauh sudah menjadi work culture yang dianggap normal selama masa pandemi.

Saat ini, sebagian besar karyawan mungkin tidak ingin kembali normal seperti sebelum pandemi. Sebuah survei yang dilakukan oleh Harvard Business School terhadap ribuan responden dari berbagai negara mengungkapkan bahwa 81% dari mereka tidak ingin kembali sama sekali atau lebih memilih model pekerjaan hybrid.

Dari total responden, 27% berharap untuk tetap bekerja dari jarak jauh penuh waktu, sementara 61% lebih suka bekerja dari rumah dua hingga tiga hari seminggu. Hanya 18% yang ingin kembali bekerja penuh waktu secara langsung.

Banyak yang sudah terbiasa berkerja dalam kehangatan keluarga, sehingga sangatlah wajar jika sebagian besar karyawan tidak akan bersorak riang gembira ketika pimpinan mengumumkan kemungkinan kembali berkerja di kantor seperti semula.

Jadi, sebagai seorang pimpinan, Anda harus tetap termotivasi tim dan mau terlibat selama masa transisi perusahaan kembali ke kantor. Dalam proses transisi ini tentu saja perusahaan akan menghadapi hal-hal di luar kendali. 

Namun, untuk melancarkan proses transisi, ada baiknya untuk mengesampingkan dulu hal-hal yang berada di luar kendali Anda, berikut adalah beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk memudahkan transisi kembali berkerja di kantor:

1. Bersikaplah transparan tentang sebuah keputusan

Ketika tingkat fleksibilitas yang dapat Anda tawarkan kepada karyawan tidak sesuai dengan harapan mereka, dengarkan kekhawatiran dan kekecewaan mereka dengan empati.

Bersikaplah setransparan mungkin tentang alasan perusahaan di balik kebijakan yang diberlakukan. Jangan pernah merespons dengan kalimat-kalimat yang seolah-olah melepas tanggung jawab seperti, "Maaf, tapi itu di luar kendali saya," karena itu menandakan ketidakberdayaan dan pembelaan diri, yang mungkin membuat mereka semakin kesal. Kemukakan masalah lebih awal dan komunikasikan secara konsisten.

Karyawan akan menganggap seorang pimpinan memiliki lebih banyak jawaban tentang kebijakan dan protokol baru, dan jangan biarkan karyawan tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan atas kekhawatiran dan kecemasan mereka.

Cobalah untuk memberikan tanggapan yang jujur, itu akan menjadi kunci untuk menunjukkan kepemimpinan yang baik. Dampingi tim secara proaktif untuk setiap perubahan yang akan datang, dan beri tahu informasi secara berimbang untuk mengelola ekspektasi positif karyawan. Dengan mengelola ekspektasi orang lain secara efektif, Anda membantu memastikan ekspektasi tersebut tidak akan menjadi hambatan proses transisi yang sudah rumit.

2. Libatkan tim dalam menyeimbangkan kebutuhan individu dan kelompok

Jika sebagian anggota tim masih ada yang harus berkerja dari rumah, Anda harus menjelaskan aturan-aturan WFO tersebut dengan sangat adil agar kesolidan tim tetap terjaga. Membangun kembali kohesi setelah berpisah begitu lama sangat penting. Jadi, Anda harus meredam emosi beberapa karyawan yang merasa kesal dengan fleksibilitas yang diberikan kepada orang lain tetapi tidak pada mereka.

Jika memungkinkan, libatkan karyawan dalam mengeksekusi kebijakan baru WFO ini. Mintalah setiap orang mengungkapkan kebutuhan dan preferensi mereka, dan dalam batas-batas yang diperbolehkan, tugaskan tim untuk mencari cara menyeimbangkannya. Misalnya, orang tua tunggal mungkin memiliki kebutuhan fleksibilitas yang berbeda dari mereka yang merawat orang tua yang lanjut usia. Orang akan cenderung lebih fleksibel, bahkan rela berkorban untuk memperjuangkan kepentingan mereka.

Dorong tim untuk menciptakan sistem kerja baru yang dipatuhi semua pihak. Orang-orang akan merasa jauh lebih berkomitmen pada solusi yang mereka bantu ciptakan, dan kreativitas yang mereka miliki mungkin terasa seperti memberi energi baru dalam masa transisi, kenyamanan seperti ini akan mengurangi kecemasan apa pun yang mungkin mereka alamisaat harus kembali WFO.

3. Tetap berikan ruang bagi mereka yang berduka

Bagi sebagian orang, terlepas dari tingkat fleksibilitas yang Anda tawarkan, transisi dari WFH ke WFO mungkin menjadi beban tersendiri bagi mereka. Beberapa orang kehilangan orang yang dicintai karena Covid-19 tetapi tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal.

Ada juga yang sedang fokus menghidupkan kembali hubungan mereka dengan keluarga besar dan menjaga kedekatan dengan anak-anak mereka agar tidak hilang saat kembali ke kantor.

Ada juga yang sedang sibuk mengembangkan rutinitas pribadi yang mereka nikmati, dan mungkin akan sedikit tergangu dengan kebijakan WFO.

Bagaimanapun kondisi mereka, tetap berikanlah ruang kepada orang-orang untuk berduka atas kehilangan apa pun. Kesedihan dapat mempengaruhi banyak hal, termasuk produkstivitas saat berkerja.

Beberapa karyawan mungkin ada yang hanya memendam dan sekuat tenaga tidak menunjukkan kesedihannya. Beberapa mungkin tiba-tiba menangis setelah seorang rekan menyebutkan keluarga mereka. Jika Anda menciptakan ruang bagi orang-orang untuk melepaskan apa yang telah terjadi selama 18 bulan terakhir ini, maka akan sangat membantu karyawan untuk menyesuaikan diri saat WFO

4. Jangan membebani karyawan di luar kapasitas mereka

Jujurlah pada diri sendiri tentang kondisi perusahaan apakah layak untuk kembali ke kantor atau tidak. Anda juga harus beradaptasi, dan mungkin memiliki perasaan campur aduk untuk mengambil keputusan.

Memang sangat sensitif jika membahas soal kesulitan pribadi, meskipun membicarakan hal tersebut dapat membangun koneksi yang lebih dalam. Berhati-hatilah untuk tidak berlebihan.

Sebagai seorang pimpinan, gunakan empati dengan ikut merasakan apa yang sedang mereka hadapi. Hargai setiap perbedaan kondisi mereka. Ada yang takut kehilangan momen-momen kedekatan dengan keluarga, ada yang harus meninggalkan bisnis kecil yang mereka bangun selama WFH. Ada banyak hal yang harus ditinggalkan untuk WFO

5. Berbagi cerita dan pengalaman selama pandemi

Meskipun tidak ada yang bisa mengelak dari kengerian pandemi, namun bagi banyak orang justru memetik manfaat dan kejadian di luar ekspektasi.

Ada yang masakannya gosong karena harus ditinggal untuk meeting diwaktu yang sama. Ada yang tiba-tiba jadi agen tanaman "janda bolong". Ada yang tiba-tiba jadi chef keluarga padahal sebelumnya tidak bisa memasak.

 Ada banyak cerita yang bisa jadi bahan obrolan saat WFO untuk saling berbagi pengalaman dan membuat suasana kerja menjadi lebih hidup.

6. Jadilah sumber kenyamanan dan kebahagian karyawan

Salah satu cara terbaik untuk meredakan kecemasan yang mungkin dirasakan tim Anda adalah dengan menciptakan perasaan rileks dan ringan bagi mereka.

Tidak diragukan lagi ada hal-hal yang dirindukan orang saat berada di kantor. Survei PwC dari Juni 2020 mengungkapkan bahwa 50% karyawan merasa bahwa kolaborasi secara langsung bisa membangun hubungan lebih baik secara personal.

Bangun suasana yang humoris agar tidak terlalu kaku saat WFO, ini sangat membantu untuk membangun mood dan menciptakan kegembiraan. Bagikan kisah kekacauan WFH Anda sendiri yang membuat orang lain nyaman untuk menceritakan kisah masing-masing.

Sebagai pemimpin tim, ini adalah waktu yang sangat baik untuk menunjukkan sikap melayani dengan melakukan apa yang Anda bisa untuk memudahkan transisi bagi anggota tim yang mungkin sulit bagi sebagian karyawan.

Memberikan dukungan yang tulus akan membangun loyalitas dan dedikasi tim satu sama lain dan terhadap komitmen kinerja Anda untuk tahun depan.

Jika transisi ke WFH tidak begitu menantang karena banyak yang merasa nyaman, tapi transisi kembali ke kantor mungkin terbukti lebih sulit. Otak kita akan mencari rutinitas yang sudah jadi kebiasaan.

Dan ketika WFO terjadi, otak kita harus mengeluarkan energi ekstra untuk menyesuaikan diri dengan cepat, karena WFO dianggap sesuatu yang asing bagi rutinitas kerja otak kita.

Oleh sebab itu, peran Anda sebagai pimpinan sangat penting dalam membantu orang lain melewati ini dengan harapan, kebaikan, dan kesabaran untuk memastikan WFO benar-benar memberikan kebahagiaan baru bagi semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun