Banyak karyawan yang tiba-tiba terpaksa menganggur karena pandemi dan meningkatnya tekanan beban keuangan perusahaan terutama untuk usaha kecil dan menengah, maka cara alternatif bertahan di tengah pandemi mutlak diperlukan.
Perusahaan akan sekuat tenaga mengurangi biaya-biaya yang dianggap tidak penting dan memberatkan neraca keuangan, termasuk mengurangi biaya dari program magang(Internship). Di lain sisi, banyak orang ingin mendapatkan peluang kerja meski harus menempuh jalur magang.Â
Terlihat bahwa ada titik kristis antara permintaan dan penawaran dunia magang saat ini, sehingga perlu kebijakan yang saling menguntungkan.
Beberapa bisnis menganggap magang semacam kegiatan dan aktivitas amal, dengan asumsi bahwa pengalaman itu mahal. Mendapatkan pengalaman yang mahal dan berharga sering dianggap salah satu bentuk upah tersembunyi yang sering diterima peserta magang, sehingga perusahaan abai membayarkan gaji/upah dengan layak.
Memang diakui, peserta magang adalah pihak yang paling membutuhkan kesempatan magang di instansi tertentu, baik dengan alasan voluntary maupun mandatory. Namun, hal ini jangan dijadikan kesempatan emas atau legitimasi untuk mengeksploitasi ketakberdayaan mereka.
Tentu kekhawatiran seperti itu belum tentu terjadi dan untuk memulai dengan pola pikir negatif seperti itu kemungkinan besar akan menjadi estimasi yang terbukti dengan sendirinya.Â
Ritme kerja di setiap perusahaan sangat beragam tergantung pada klasifikasi sektor masing-masing, adakalnya peserta magang tidak memiliki pilihan, memang harus ikut terjun ke medan kerja yang berat dan keras.
Pemberdayaan dan pendayagunaan tenaga magang harus adil dan sesuai dengan SOP di masing-masing institusi.
 Artinya, di saat institusi kekurangan tenaga kerja, peserta magang jangan dijadikan objek eksploitasi dengan membebankan tugas-tugas di luar kapasitas mereka.
Magang seperti ini akan melahirkan orang-orang yang bisa ditugaskan ke pekerjaan yang paling kasar dan dieksploitasi sebagai tenaga kerja gratis.
Jangan terjebak sebagai perusahaan yang suka menawarkan masa percobaan dan tidak membayar setelah waktunya habis.
 Dan pastikan juga perusahaan Anda tidak mencari-cari celah eksploitasi pekerja magang dengan menambahkan upah alih-alih untuk penambahan beban kerja dan menjadikan kesempatan magang ini sebagai transisi menjadi karyawan tetap.
Orang-orang rela magang karena segala macam alasan dan menjadikan kesempatan tersebut untuk memulai menabung pengalaman dengan menunjukkan semangat dan ambisi.
 Kandidat magang bisa menjadi individu yang sangat berbakat dan mendapatkan berbagai macam pelajaran yang tidak mereka dapatkan di bangku universitas.
Mereka mungkin lulusan baru yang telah belajar sambil bekerja di berbagai sektor. Atau bahkan mereka mungkin kandidat berkebutuhan khusus yang sangat memenuhi syarat tetapi gagal untuk mendapatkan pekerjaan karena bias rekrutmen.Â
Mengasumsikan bahwa mereka kandidat yang lemah untuk pekerjaan tetap adalah kesalahan yang dapat membuat Anda kehilangan bakat mereka.
Alih-alih, anggap mereka adalah karyawan potensial yang hebat dan harapkan mereka memberi manfaat bagi bisnis Anda sama seperti Anda mendapat manfaat dari lintasan karier mereka.
 Saling menghormati dan berempati merupakan kunci keberhasilan mengelola sumber daya manusia.
Tidak Hanya Sekedar Magang
Dunia saat ini, di mana pendidikan formal semakin eksklusif, magang adalah cara sempurna untuk menemukan bakat yang belum dimanfaatkan secara optimal.
 Perusahaan dengan keragaman yang tinggi cenderung berkembang ketika perusahaan merekrut dari kelompok kecil yang sama dan monoton, menggunakan formula lama yang sama.Â
Perusahaan cenderung memberikan kesempatan yang berulang pada universitas-universitas terbaik, sedikit sekali kesempatan mereka yang berasal dari lembaga lain.
Terlibat dalam magang dapat membantu Anda menemukan karyawan hebat berikutnya, tetapi pastikan bahwa Anda memberi mereka peluang dan tidak hanya mencari asisten sementara yang murah.
Bersedia untuk merekrut lebih fleksibel misalnya melihat pengalaman hidup, perjuangan yang pernah diatasi, mempertimbangkan hal-hal yang lebih personal. Jangan lewatkan kandidat yang brilian karena kriteria Anda terlalu sempit.
Jika kita menunggu kandidat untuk "cocok" kita tidak mempekerjakan sesuai dengan keragaman skills. Inti dari perekrutan untuk keragaman adalah bahwa meskipun mereka dianggap tidak "cocok" di posisi tertentu, tetapi mereka dapat mengajari peserta magang sesuatu yang baru yang belum pernah mereka miliki.
Kita harus fleksibel dan menyesuaikan harapan kita untuk melakukan D&I (Diversity and Inclusion) secara sistematis. Kita dapat belajar tentang hambatan implisit yang telah kita bangun dengan secara sengaja menyertakan orang-orang yang memiliki kapasitas.
Seorang pekerja magang yang tajam dan pekerja keras yang belum dibentuk dengan baik akan menjadi karyawan peniru, cenderung pasif, dan tidak sensinsitif.
Dari sekian banyak penjelasan tentang pentingnya menghargai peserta magang, ada beberapa poin yang perlu diingat agar proses magang tidak berubah menjadi aktivitas eksploitasi:
1. Bayarlah pekerja magang dengan layak dan memperlakukan mereka dengan benar  untuk waktu dan pekerjaan yang dibebankan pada mereka. Jika tidak Anda justru memperburuk situasi dan mendukung marginalisasi pekerja magang.
2. Secara proaktif memastikan mereka memiliki penyesuaian dan akomodasi jika mereka membutuhkannya.
3. Memberikan pendampingan dan dukungan profesional dari perusahaan, dalam kemitraan dengan SDM dan sumber daya pelatihan internal perusahaan.
4. Siapkan cyrcle umpan balik yang sehat sehingga Anda dapat belajar juga dari pengalaman mereka
 5. Dengarkan dan evaluasi mereka untuk memudahkan pekrja magang bekerja sehingga Anda secara berkelanjutan menjadi lebih inklusif terhadap mereka
Sekarang adalah waktunya untuk membawa keragaman dan inklusi ke tingkat sistem manajemen perusahaan Anda dan menggunakannya untuk menghapus ketidakadilan sosial. Kemitraan magang yang didukung dengan perusahaan berpengalaman yang beroperasi dalam upaya mendukung komunitas yang terpinggirkan adalah cara terbaik berkontribusi menyiapkan tenaga-tenaga terampil di masa depan.
Sumber Referensi: Forbes, Harvard Business Review, dan sumber artikel lain yang relevan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H