Mohon tunggu...
Good Words
Good Words Mohon Tunggu... Penulis - Put Right Man on the Right Place

Pemerhati Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Memori Secangkir Teh dan Sepiring Pisang Peppe di Tepian Danau Tolire

12 September 2021   09:50 Diperbarui: 12 September 2021   09:54 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah lama tak melihat pesona duo primadona wisata Indonesia Timur, Ternate dan Tidore. Terakhir kunjungan dinas ke Ternate tahun 2019 lalu dan hanya bisa menumpakan rindu dengan memandangi uang rupiah pecahan seribuan.

Sekitar pertengahan 2019, saya melakukan kunjungan dinas ke tiga kota di Indonesia Timur, Manado, Ternate dan Ambon. Manado seharusnya menjadi kota pertama kunjungan saya, tetapi karena rasa penasaran yang berkecamuk akan magis keindahan Ternate, saya rombak ulang jadwal sehingga kota Ternate menjadi kota pertama yang saya kunjungi.  Entahlah, apa yang membuat saya begitu tergila-gila dengan kota Ternate.

Saat pesawat diinformasikan akan mendarat, Gunung Gamalama dengan gagah tegak seakan menyambut semua tamu yang ingin menikmati keindahan Ternate. Celingak celinguk kepala saya mencari keberadaan danau tolire yang konon katanya berada dekat Gunung Gamalama.

Begitu bahagianya saat pesawat sudah masuk jalur landing dan siap-siap akan mendarat. Belum pun menyentuh landasan pacu, pesawat yang sudah terbang sangat rendah tiba tiba kembali take off di udara, serempak semua penumpang kaget karena pesawat tiba-tiba tak jadi mendarat. Jelas jantung berdegub sangat kencang memikiran apa hal yang sedang terjadi dengan pesawat yang saya tumpangi. Kupiang siap siaga mendengar informasi khawatir ada hal-hal yang harus diantisipasi. Berselang lima menit, tak satupun awak pesawat bersuara, namun hal tersebut justru membuat hati lebih tenang karena bersyukur tidak ada informasi buruk yang membuat jantung berdegub lebih kencang.

Alih-alih menunggu pesawat kembali mendarat, kita diterbangkan mengelilingi indahnya Gunung Gamalama yang membuat suasana kembali cair. Tak lama setelah itu, pesawat kembali di posisi akan mendarat dan semua berdo'a agar proses pendaratan berlangsung selamat. Alhamdulillah, pesawat akhirnya mendarat dengan selamat dan senyum pun merekah di semua penumpang dan awak pesawat.

Setelah keluar dari bandara, saya dijemput tim menuju hotel untuk beristirahat. Keesokan harinya, setelah selesai menjalankan tugas, saya diajak berkunjung ke Kedaton Ternate yang terletak tepat di kaki Gunung Gamalama dan disambut dengan sangat baik oleh keluarga Kesultanan Ternate. 

Kemudian saya diajak berkeliling melihat peninggalan Kesultanan Ternate yang sangat bersejarah. Namun, di tengah-tengah kunjungan Kedaton, tiba-tiba saya membisikan sesuatu kepada tim, "Danau Tolire di sebelah mana Kedaton?". 

Tak lama berselang, saya kemudian diajak langsung ke Danau Tolire meskipun langit Ternate ketika itu mendung akan hujan, tapi tak menyurutkan keinginan saya melihat secara langsung keelokan Danau Tolire Besar yang berjarak sekitar 10 km dari pusat kota Ternate.

Setelah sampai di lokasi, hujan semakin lebat dan kami berteduh di mobil hingga hujan mulai mereda. Tak sampai satu jam hujan mulai reda, dan kami langsung keluar mobil menuju tepi kawah Danau Tolire Besar.

Masya Allah, bisa dibayangkan pemandangan hijau sejauh mata memandang yang ditutupi kabut-kabut tipis dan embun yang sejuk seakan mengajak kami mengukir memori yang sulit dilupakan. Semua ketegangan dan kelelahan sirna seketika melihat hijaunya Danau Tolire.

Tak hanya pemandangan, kemudian kita bermain lempar batu ke Danau Tolire yang konon katanya batu yang dilempar ke danau akan hilang tak akan menyentuh permukaan air danau. 

Menebus rasa penasaran, saya membeli satu kantong batu yang sudah disiapkan, saya coba lempar sekuat tenaga dan ternyata memang benar batu yang saya lembar hilang. Rasa penasaran semakin menjadi-jadi, saya coba lempar kembali batu tapi kali ini saya tak mau tertipu ekspektasi. 

Saya melempar batu sekuat tenaga, namun pandangan saya alihkan ke tepian danau dan benar, ternyata batu tersebut tak terlalu jauh terlempar dan hanya menyentuh bibir danau saja. Begitulah manusia, ia pikir telah melakukan hal yang sangat besar dalam hidupnya, tapi nyatanya ia hanya menyelesaikan pekerjaan yang kecil. 

Pelajaran yang saya ambil adalah begitu banyak fatamorgana di alam raya ini, tak semua akan nyata sesuai khayalan dan ekspektasi manusia. Kita harus belajar tak berbangga diri dengan kerja keras yang kita lakukan, karena pada dasarnya pekerjaan yang kita lakukan hanya bagian kecil takdir Tuhan yang dimudahkan-Nya untuk kita jalani.

Setelah puas melempar batu dan sebelum melanjutkan perjalanan mengelilingi Gunung Gamalama, kita menikmati pisang goreng Peppe atau Pisang Goreng Mulut Bebek khas Ternate. Ditemani segelas the panas dan udara yang sejuk menambah kesyahduan Danau Tolire kala itu. Setelah itu, kami diajak menyusuri Gunung Gamalama sekaligus kembali ke hotel untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke Ambon esok hari.

Insya Allah, setelah situasi pulih kembali saya akan kembali lagi ke Ternate dan akan mengukir lebih banyak memori untuk saya ingati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun