Mohon tunggu...
Good Words
Good Words Mohon Tunggu... Penulis - Put Right Man on the Right Place

Pemerhati Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sangat Berbahaya, Jika Penetapan New Normal Hanya Andalkan R-Naught (R0)

28 Mei 2020   10:57 Diperbarui: 28 Mei 2020   10:49 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ke depan masyarakat mungkin akan sangat familiar dengan istilah R0 atau R-Naught, pasalnya pemerintah sedang gencar-gencarnya memperkenalkan istilah tersebut sebagai alasan kuat untuk memulai hidup normal baru di beberapa wilayah. R0 menjadi sangat penting bagi pemerintah karena diklaim sebagai parameter utama yang mampu menggambarkan keparahan penyebaran virus Corona.

Interpretasinya yang dianggap sangat sederhana disebut menjadi alasan pemerintah menjadikan R0 sebagai ukuran penyebaran virus mematikan ini.

Pemerintah menyebutkan penerapan new normal akan berjalan sesuai perencanaan jika R0 bernilai kurang dari 1 (<1).

Dalam Journal Emerging Infectious Diseases yang dipublikasikan tahun 2019 lalu, istilah R0 merupakan the basic reproduction number yang menggambarkan transmisi penularan di satu kasus pandemi tertentu. Jika R0 bernilai 1 berarti rata-rata satu orang akan menularkan kepada satu orang yang lain.

Jika R0 bernilai 3 maka rata-rata satu orang akan menularkan penyakit kepada tiga orang yang lain. Dan jika rata-rata R0 bernilai di bawah 1 maka penyebaran penyakit menular akan memasuki fase mate dalam satu populasi. Idealnya, R0 harus bernilai sama dengan nol untuk memulai kondisi normal baru.

Artinya saat R0 bernilai nol, maka bisa disimpulkan penyebaran penyakit bisa dikatakan sudah berhenti total. Walaupun terjemahan angka tersebut sangat sederhana, tetapi dalam penerapannya tidak mudah menentukan kebijakan pelonggaran di tengah pandemi hanya mengandalkan R0 semata.

Proses menciptakan sebuah indeks atau parameter nyatanya dimulai dengan melibatkan indikator-indikator penting yang dianggap paling berpengaruh terhadap satu variabel tertentu. Nilai indeks atau nilai indikator merupakan hasil akhir dari sebuah implementasi model matematika yang rumit yang melibatkan banyak indikator.

Hasil akhir tersebut merupakan gambaran tentang akumulasi perilaku manusia, keadaan sosial, dan faktor lingkungan. Begitu juga halnya nilai R0 yang menggambarkan perilaku biologis, sosiologis, dan faktor lingkungan yang menjadi determinan penularan patogen dan biasanya dihitung dengan berbagai jenis model matematika yang rumit dan tidak sederhana menjadi penyebab R0 mudah disalahartikan dan disalahgunakan. R0 bukan sebuah konstanta biologis untuk patogen, atau ukuran mutlak keparahan suatu penyakit. 

R0 jarang dikur dengan jelas dan transparan dan pemodelannya tergantung asumsi masing-masing pihak. Oleh sebab itu, penghitungan R0 harus sesuai waktu, dilaporkan secara transparan, dan diterapkan dengan sangat hati-hati mengingat metrik dasarnya jauh dari kata sederhana.

World Economic Forum menekankan bahwa senjata utama yang dapat menekan nilai R0 adalah vaksin. Terlepas dari kontroversialnya, selama vaksin belum ditemukan maka nilai R0 berkemungkinan akan selalu bias. Oleh karena itu, sangat tidak bijak menggunakan nilai R0 yang bias untuk menerapkan new normal secara ambisiu dan terburu-buru.

David Fisman, seorang profesor epidemiologi dari Universitas Toronto mennyebutkan pandemi tidak akan berhenti jika nilai R lebih besar dari satu.

Jika gegabah tanpa intervensi di hulu penyebarannya, penularan akan kembali tumbuh secara eksponensial dan tak terkendali di gelombang kedua Covid-19. Jika R0 bernilai 2,6 maka 62 persen penduduk harus memiliki herd immunity. Saat ini secara umum R0 Indonesia diangka 2,5 hingga 2,6 artinya new normal akan berjalan jika 62 persen penduduk sudah memiliki herd immunity.

Jika pemerintah tidak ingin menerapkan herd immunity, maka jangan memaksakan pelaksanaan new normal secara terburu-buru. Jika terpaksa new normal, maka semua sektor harus menjalankan protokol baru secara serentak. Jika perkantoran ditetapkan protokol new normal secara ketat, maka di mal, di pasar maupun ditempat umum harus diberikan aturan yang sama dengan protokol yang berbeda.

Terdapat 14 daerah yang sudah memiliki nilai R0 dan Rt dibawah 1 dan harus dipertahankan selama 14 hari berutut-turut. Dari 14 daerah tersebut hanya Aceh dan Bangka Belitung yang sudah hampir menyentuh nol yaitu 0,17 dan 0,12. Sementara itu untuk 12 daerah lainnya, nilai Rt-nya masih dikisaran 0,78-0,96 atau masih mendekati 1. Jika nilai R0 dan Rt belum mendekati nol secara signifikan, sebaiknya pemerintah tidak terburu-buru dengan kondisi new normal.

Di samping itu, per tanggal 26 Mei 2020, Brazil yang merupakan episentrum baru Covid-19 di benua Amerika memiliki nilai R0 sebesar 2,8 artinya rata- rata 1 orang akan menularkan virus kepada 3 orang yang lain. Nilai R0 tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai R0 Indonesia saat ini di rentang 2,5 -2,6. Jangan sampai kecerobohan penetapan new normal tanpa mempertimbangkan variabel lain menjadi momok bagi masyarakat Indonesia.

Seperti kata Paul L. Delamater dkk, R0 dan Rt berpotensi besar untuk disalahartikan, disalahwakilkan, dan disalahterapkan. Konstruksi matematika akan tetap bernilai jika digunakan dan diterjemahkan dengan benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun