Fakta perpecahan relawan Jokowi menjelang pemilihan presiden tahun 2024 tidak bisa dibaca secara lurus. Sebab politik itu sendiri jalannya memang berbengkok-bengkok dan serba tak pasti. Karena itu, saya mencoba untuk membengkokan cara kita membaca manuver politik relawan menjelang Pilpres 2024. Â
Saya sangat percaya bahwa kelompok relawan ini memang sengaja dipecah-pecah untuk menjalankan sebuah strategi jitu yang sedang dimainkan.
Skenario itu diawali dengan manuver dukungan Jokowi Mania atau Joman yang tiba-tiba membatalkan dukungannya ke Ganjar Pranowo. Joman kemudian memutuskan mendukung Prabowo Subianto di Pilpres 2024 mendatang.
Ketua Umum Jokowi Mania Immanuel Ebenezer atau Noel, mengungkapkan alasan pihaknya mendukung Prabowo Subianto jadi calon presiden.
Noel mengatakan sikap Prabowo sama persis dengan Presiden Joko Widodo. Prabowo juga mempunyai karakteristik nekat seperti Jokowi.Â
Selain itu, Prabowo adalah sosok pemimpin yang mempunyai gagasan dan nyali serta totalitas dalam mengawal program pemerintahan di bawah kepemimpinan Jokowi.
Hmmm, keputusan ini memang sudah diprediksi sejak awal, lantas apakah agenda tersembunyi dari manuver politik Joman ke Prabowo ini? Apakah ini sinyal bahwa Jokowi juga ikut mendukung Prabowo? Atau memang ada agenda lain yang tersembunyi di balik terbelahnya dukungan relawan Jokowi?
Sebelumnya, sejumlah relawan Jokowi lainnya yakni Pro Jokowi (Projo), juga sudah bertemu Prabowo. Pertemuan tersebut juga berlangsung tertutup. Â Meksi demikian, hingga kini, Projo belum terlihat gelagatnya untuk ikut mendukung Prabowo. Projo sepertinya akan mendukung Ganjar. Â Hal itu dibuktikan dengan Teriakan Ganjar Pranowo bergemuruh di Rakernas V Relawan Pro Jokowi (Projo), Sabtu (21/5/2022) lalu.
Banyak pihak kemudian menilai bahwa dukungan relawan Jokowi ke Prabowo atau Ganjar adalah sinyal Presiden akan mendukung keduanya. Namun hemat saya, ini bukan soal dukungan Jokowi semata, tetapi lebih dari itu ada agenda tersembunyi yang sedang dimainkan Jokowi menuju Pilpres 2024. Apa agenda itu? Mari kita simak.
Agenda Tersembunyi Jokowi
Satu satunya kepentingan Jokowi dalam pilpres 2024 adalah keberlanjutan program dan kebijakannya itu kepada penerusnya. Jokowi membutuhkan penerus kebijakannya, bukan anti tesis kebijkannya.
Kehadiran Anies dinilai banyak pihak sebagai anti tesis Jokowi. Hal itu sangat terlihat jelas dalam program pembangunan Anies selama menjabat Gubernur DKI Jakarta. Banyak program Jokowi-Ahok yang sebelumnya sudah dijalankan malah tidak dilanjutkan Anies. Sebagai contoh misalnya dalam penanganan banjir. Anies lebih memilih sumur resapan dibanding normalisasi sungai.
Di bidang transportasi, Jokowi memfokuskan pada pengembangan sistem transportasi massal seperti TransJakarta dan pembangunan jalan tol dalam kota untuk mengurangi kemacetan. Sementara itu, Anies Baswedan menghentikan proyek pembangunan jalan tol dalam kota dan memperkenalkan program transportasi baru, yaitu layanan bus gratis untuk warga Jakarta.
Jokowi melakukan pembangunan infrastruktur seperti jembatan, underpass, dan revitalisasi sungai. Sedangkan Anies Baswedan memfokuskan pada program pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) untuk warga miskin.
Jokowi memperketat aturan tentang pengolahan sampah dan memperkenalkan program pembangkit listrik tenaga sampah. Anies Baswedan menghentikan program pengolahan sampah dan mengganti dengan program penghijauan kota.
Semua contoh ini merupakan bukti bahwa sebagian besar kebijakan Anies Baswedan adalah antithesis Jokowi. Apalagi, hasil jajak pendapat yang diselenggarakan oleh Litbang Kompas pada Januari 2023 menunjukkan, mayoritas pendukung Anies Baswedan tidak puas dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Tentu Anies tahu bahwa mengambil sikap kontra dengan Jokowi adalah cara terbaik merawat dukungan dari pendukungnya.
Karena itu, sangat disayangkan jika semua program Jokowi bakal dihentikan Anies. Padahal, survei Litbang Kompas yang dirilis Senin (20/2/2023) menyebutkan, angka kepuasan publik terhadap kepemimpinan Presiden Joko mencapai 69,3 persen. Angka ini meningkat 7,2 persen dibandingkan survei yang sama pada Oktober 2022. Kala itu, kepuasan publik terhadap pemerintah pusat berada di angka 62,1 persen.
Lantas, apa hubungan antara perpecahan relawan Jokowi dan Anies baswedan yang dinilai sebagai antitesis?
Politik Amoeba Jokowi
Ada satu fakta menarik bahwa dalam gerbong besar partai pendukung Jokowi, belum adanya kesepakatan soal calon presiden yang bakal meneruskan program Jokowi. Perseteruan yang paling tajam adalah rivalitas Prabowo vs Ganjar Pranowo. Ada tiga strategi yang sedang dimainkan Jokowi.
Pertama relawan sengaja dipecah untuk menjadi satu. Jokowi sedang menjalankan politik perkembangbiakan ala amoeba. Masih ingatkan pelajaran biologi zaman SMP? Amoeba itu berkembang biak dengan cara aseksual, yakni membelah diri. Ketika membelah diri amoeba bisa mendapatkan penerus atau regenerasi.
Nah, ibarat amoeba, Jokowi juga membelah relawannya untuk mendukung Prabowo, Ganjar Pranowo atau calon lain yang potensial seperti Erick Thohir dan Sandiaga Uno. Untuk apa mereka dibela? Ya untuk disatukan. Ketika Joman mendukung Prabowo sedangkan Projo dan barisan Denny Siregar, mendukung Ganjar, maka ini adalah sinyal kuat Prabowo-Ganjar akan menjadi capres dan cawapres. Dengan demikian, peluang kemenangan makin besar dan program Jokowi akan selamat.
Strategi kedua adalah relawan dipecah di mana-mana tapi tidak ke mana-mana. Dengan cara ini, Jokowi mau menunjukan sikap politiknya untuk mendukung semua calon yang bakal meneruskan kebijakannya. Jika salah satunya menjadi presiden, baik itu Ganjar maupun Prabowo, maka selamatlah kebijakan Jokowi.
Namun di sini ada kerikil tajam yang bakal menghalangi rencana itu yakni maneuver NasDem mendukung Anies Baswedan. Jika terdapat tiga calon yakni Prabowo, Ganjar dan Anies, lalu yang menang adalah Anies, maka sebagian besar program Jokowi selama 10 tahun menjabat, kemungkinan diganti Anies Baswedan.
Sehingga mau tidak mau, cara ketiga adalah Anies harus 'disingkirkan' dengan cara menarik NasDem atau Demokrat untuk bergabung ke gerbong besar Jokowi sehingga Anies tidak jadi dicalonkan menjadi presiden. Hal bisa saja terjadi karena dalam politik tidak ada kawan abadi yang ada hanyalah kepentingan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perpecahan relawan justru berdampak positif bagi Presiden Jokowi jika Prabowo dan Ganjar bersatu maupun jika keduanya sama-sama dicalonkan sebagai presiden. Jika Pak Anies tetap dicalon NasDem, Demokrat dan PKS, maka mau tidak mau gerbong besar Jokowi bersama partai koalisinya harus sepakat mengusung satu calon sehingga head to head dengan Anies. Jika gerbong Jokowi pecah, maka Anies kemungkinan akan menduduki kursi presiden di tahun 2024 nanti.
Apakah kamu setuju dengan analisis ini?Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI