Mohon tunggu...
Irvan Kurniawan
Irvan Kurniawan Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis untuk perubahan

Pemabuk Kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sinyal Runtuhnya Citayem Fashion Week

28 Juli 2022   06:33 Diperbarui: 28 Juli 2022   20:48 2993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Para anak muda ini sadar, mereka tidak bisa bersaing di panggung yang sama dengan orang kaya. Karena itu panggung fashion rakyat di jalanan adalah solusi terbaik untuk bisa mengekspresikan diri.  Inilah kekuatan paling mendasar yang menjadi daya tarik Citayam Fashion Show. Karena merasa senasib sebagai sesama yang berkekurangan, panggung jalanan ini pun menyedot perhatian masyarakat luas, lalu dipromosikan secara gratis di berbagai kanal media sosial.

Datangnya Ancaman

Dalam perjalanannya, seperti yang diduga sejak awal, daya tarik Citayam Fashion Week ini mulai terendus oleh sejumlah pesohor dan orang kaya. Mereka akhirnya mulai nimbrung untuk menyaksikan fenomena itu secara langsung termasuk Anies Baswedan, Ridwan Kamil, hingga Paula Verhoeven, istri dari artis dan Youtuber ternama Baim Wong.

Mereka awalnya datang ingin menyaksikan langsung para remaja yang berpose di atas zebra cross dengan penampilan layaknya model papan atas. Namun sayangnya, kehadiran mereka malah menjadikan arena fashion rakyat itu mulai tercoreng oleh berbagai kepentingan.

Di sana muncul beberapa politisi yang ingin memanfaatkan ajang itu untuk mendulang popularitas menjelang tahun politik. Artis papan atas juga mulai nimbrung memanfaatkan situasi. Tak hanya itu, panggung pertunjukan rakyat ini bahkan diperebutkan oleh segelintir orang kaya untuk 'diprivatiasi" atau dipatenkan lewat Hak Kekayaan Intelektual atau HAKI.

Kehadiran para pesohor ini kemudian mengubah wajah Citayam Fashion Week dari wajah orang biasa menjadi bermolek rupa nan mewah. Aroma kemewahan mulai tercium di sekitar zebra cross mulai dari parfum, busana hingga kosmetik kelas atas. Tampang ndeso perlahan memudar digantikan penampakan rupawan orang-orang berada.

Suasananya juga mulai ikut berubah. Pertunjukan busana yang dulunya kental dengan nuansa hiburan, kini mulai terkesan lebih formal dan mewah. Sadar atau tidak, pelan-pelan kehadiran orang berduit dengan busana yang aduhai ikut mempengaruhi psikologi anak muda yang tampil dengan keterbatasan. Panggung perayaan keterbatasan itu kemudian menjadi panggung pamer kemewahan.  

Tragisnya lagi, area pertunjukan rakyat ini mulai diperebutkan kaum berduit. Mereka berlomba-lomba mendaftarkan merek ini untuk dipatenkan. Pendaftaran mereka bertujuan untuk memperoleh kepastian hukum dan perlindungan hukum terhadap hak atas merek Citayam Fashion Week. Pendaftaran merek sebagai dasar mencegah orang lain memakai merek yang sama dalam peredaran barang atau jasa.

Itu artinya, hanya merek yang didaftarkan saja yang akan mendapatkan perlindungan hukum. Prinsip penerimaan merek adalah siapapun yang mendaftar lebih dahulu akan diterima pendaftaraannya. Dengan demikian, apabila nama Citayam Fashion Week didaftarkan oleh seseorang, maka dia akan memiliki hak penuh atas nama Citayam Fashion Week.

Nama itu kemudian bukan lagi menjadi milik bersama melainkan milik si pendaftar. Nah, di sinilah benih keruntuhan mulai tumbuh. Kekhasan Citayam Fashion Week sebagai arena peragaan busana rakyat perlahan hilang. Puncak keruntuhan panggung rakyat ini ketika nanti ada standarisasi yang tidak disadari merasuk masyarakat luas. Ketika ada standar bahwa yang cantik dan ganteng itu harus rambut lurus, kulit putih, pakaian mewah dan kosmetik mahal. Lantas bagaimana nasib anak muda kelas menengah yang hanya bermodal 'asal mandi'?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun