Pembelajaran politik yang benar akan menepis banyak anggapan di masyarakat seperti: "daripada saya ikut mencoblos, lebih baik saya kerja untuk nafkah keluarga", atau anggapan lain "yang dipilih siapapun nanti akan sama saja, kita tetap mencangkul", atau anggapan yang lebih menohok "saya pilih yang paling banyak ngasih uang (suap), toh nanti kalau jadi (pemimpin) paling-paling juga lupa".
Akhirnya pembelajaran sedikit demi sedikit harus terus digalakkan bahwa ketika masyarakat memilih adalah untuk masa depan mereka sendiri. Mari bahu membahu untuk mewujudkan demokrasi yang sehat, pemilu yang LUBER dan JURDIL serta masyarakat yang melek politik, bahwa politik itu bukan semata-mata untuk kekuasaan dan bagi-bagi jabatan, namun lebih dari itu, politik adalah senjata untuk membungkam orang-orang jahat dan pelaku-pelaku korupsi, kolusi dan nepotisme, semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H