Mohon tunggu...
Wahyu Irvan
Wahyu Irvan Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pembelajaran Politik untuk Pemilih Berdaulat

27 Desember 2017   21:23 Diperbarui: 27 Desember 2017   21:27 1425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik adalah Senjata
Sudah umum berkembang di khalayak ramai bahwa semua yang berhubungan dengan politik itu busuk, jahat, menipu dan sebagainya. Masyarakat banyak yang sepakat untuk memusuhi bahkan menjauhi politik, apalagi politik praktis yang berkaitan dengan Pemilu, Pilkada dan pemilihan lainnya. Banyak opini berkembang bahwa inti dari politik adalah perebutan kekuasaan, di mana jika sudah berkuasa mereka (pelaku politik praktis) akan membagi-bagi "jatah" proyek dan jabatan kepada keluarga, kroni dan golongan masing-masing. Ternyata opini-opini yang berkembang tersebut tidak sepenuhnya benar. Sejatinya mereka bukan menjauhi politik, namun mereka sebenarnya menjauhi pelaku politik, sistem gurita politik dan kesepakatan politik yang jahat.

Jika ditelisik lebih detail, ternyata politik itu lebih seperti senjata. Senjata itu tergantung dengan pemiliknya, pemakainya. Misal saja sebuah pedang, jika yang menggunakan adalah petarung yang membela kebenaran, maka politik juga dapat digunakan untuk mengayomi masyarakat, membantu yang lemah, melindungi masyarakat dan mewujudkan keadilan sosial. Kemudian apabila yang menggunakan pedang adalah penjahat, maka politik juga seperti itu, dapat digunakan untuk kongkalikong korupsi, bagi-bagi jabatan, mafia-mafia proyek dan segala hal jahat dapat dilakukan lewat senjata politik.

Politik adalah cara, politik adalah jalan, politik adalah senjata, sehingga dengan politik orang baik bisa membendung kejahatan, dengan politik pula orang jahat bisa mengalahkan kebenaran.


Pembelajaran Politik untuk Masyarakat
Seorang penyair Jerman, Bertolt Brecht, mengatakan bahwa buta yang terburuk adalah "buta politik" dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh, sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. 

Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional. Ulasan yang "mak jlebb" dari Bertolt, bahwa opini yang berkembang untuk tidak mau tahu dengan politik adalah salah besar.

Masyarakat perlu diberikan pembelajaran yang benar tentang politik. Masyarakat perlu tahu bahwa tidak semua politik itu jahat dan tidak semua politisi itu busuk. Banyak pejabat politik yang akhirnya menggunakan posisi strategisnya untuk mensejahterakan masyarakat, banyak gubernur berprestasi, anggota dewan yang adil dan kepala daerah yang menemukan terobosan yang hebat untuk kemaslahatan masyarakat. Adapun beberapa pembelajaran kepada masyarakat tentang politik dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut:

Pertama, memberikan edukasi bahwa tradisi suap atau politik uang dengan dalih apapun adalah salah. Masyarakat perlu diberikan pemahaman bahwa para calon pemangku kebijakan yang sejak awal sudah menggunakan politik uang pada akhirnya ketika berkuasa akan menggunakan uang rakyat untuk mengganti modal yang sudah dia keluarkan.

Kedua, memberikan edukasi bahwa tidak ikut memilih (golput) adalah tidak tepat. Demokrasi yang sehat harus berjalan, dari oleh dan untuk rakyat sendiri, sehingga perlu suara semua komponen masyarakat untuk bersama-sama mensukseskan proses demokrasi yang transparan dan adil. Masyarakat perlu diberikan pemahaman bahwa golput bukanlah solusi, malah akan menambah masalah, sebab dengan banyaknya golput, orang-orang yang suka dengan kecurangan akan lebih leluasa menggunakan jumlah suara pemilih yang dapat dibeli. Orang baik akan kesulitan untuk memegang tampuk, pimpinan jika banyak orang yang golput.

Ketiga, memberikan edukasi bahwa politik merupakan salah satu jalan penting untuk kesejahteraan mereka sendiri. Dengan adanya pemimpin yang amanah pilihan rakyat, maka masyarakat akan lebih merasakan kehadiran pemimpin dalam mewujudkan keadilan dan kesejahteraan.

Keempat, memeberikan edukasi bahwa tidak semua politisi itu jahat, busuk dan istilah lainnya. Masyarakat harus tahu bahwa masih banyak pemimpin yang amanah, adil dan mensejahterakan masyarakatnya.

Edukasi politik ini dapat dilakukan oleh siapapun yang memiliki kepedulian terhadap perpolitikan dan demokrasi di Indonesia, apalagi oleh orang-orang yang sudah diberikan mandat oleh negara di bidang penyelenggaraan kepemiluan. Edukasi seperti ini harus terus digalakkan agar masyarakat semakin dewasa dalam berdemokrasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun