Kawanku, saudaraku
Maafkan aku atas klaimkuÂ
Toleransiku masih dungu
Kesungguhanku abu-abu
Kawan, maafkan aku
Yang suka menerobos lampu stopan jalan
Menabrak rambu, enggan taat peraturan
Merasa aktivitasku yang berat terhebat
Hingga aku makan hak orang lewat
Saat itu aku khilaf, intoleran
Sahabat, ampuni aku...
Yang gemar menyerobot deretan antri
berpikir keras bagaimana cara curang dan tidak rugi
Merasa aku orang penting sendiri
Yang lain harus antri, aku harus dahulukan pribadi
Saat itu aku khilaf, intoleran
Saudaraku, kutelungkupkan telapak tangan
Saat aku lebih mendahulukan suap lobi dan komitmen jaringan
Daripada mengasah keahlian dan kemampuan
Masa bodoh, yang penting aku diloloskan
Pada banyak nilai kuliah, proyek pemerintah, rekruitmen dan tes ujian
Saat itu aku khilaf, intoleran
Teman, mohon maklumi aku....
Yang suka memusuhi pihak luar golongan dan organisasi
Bagiku yang keluar dari mulut mereka semuanya basi
Yang keluar dari kami semuanya suci
Kebenaran dan kebohongan menjadi ilusi
Yang penting golongan kami, suku kami, agama kami dan komunitas ini
Saat itu aku khilaf, intoleran
Tuhanku Yang Maha Raja Diraja, ampuni hambamu yang kerdil
Hamba tidak adil, namun jangan Engkau golongkan munafik
Hamba tidak teguh, namun jangan Engkau golongkan fasik
Hamba enggan mendengar nasihat, namun jangan Engkau golongkan sombong
Ampuni.. Tunjuki.. dan Tuntun kami..
Hamba-hamba-Mu yang anti-toleransi
Aamiin....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H