Mohon tunggu...
Irvan Hartanto Wijaya
Irvan Hartanto Wijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Artikel Perubahan sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prostitusi Online: Perubahan Struktural dan Fungsional dalam Teori Talcott Parsons

29 Juni 2023   16:20 Diperbarui: 29 Juni 2023   16:28 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Perubahan Struktural Fungsional Prostitusi Online:

 Kasus prostitusi online menjadi sebuah masalah yang kompleks dan memerlukan analisis untuk memahami konsep perubahan yang terjadi dalam konteksnya. Prostitusi online tidak hanya dilakukan oleh individu yang terdesak secara ekonomi dan menjual diri untuk layanan seks, karena banyak pelaku penawaran jasa prostitusi online berasal dari keluarga dengan kecukupan ekonomi dan pendidikan yang memadai. Fenomena prostitusi online merupakan bentuk perubahan sosial yang baru, berbeda dengan pola prostitusi tradisional yang melibatkan pengaturan melalui pihak tengah.

Perubahan struktural dalam prostitusi online dapat dianalisis menggunakan konsep tahapan A-G-I-L yang dikemukakan oleh Parsons. Konsep A-G-I-L adalah suatu kerangka analisis yang digunakan untuk memahami pernyataan dan fenomena dalam suatu sistem sosial. Dengan menerapkan analisis A-G-I-L, diharapkan kita dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang perubahan sosial yang terjadi dalam prostitusi online.

Analisis A-G-I-L akan melihat bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi aspek-aspek berikut:

1. Adaptation : Pada awal kemunculan prostitusi merupakan bentuk adaptasi dari kesulitan yang dihadapi oleh anggota masyarakat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Bagi mereka yang terhimpit ekonomi (terutama wanita rentan) akan melakukan berbagai hal dalam mendapatkan mata pencaharian agar terpenuhinya kehidupan, sehingga tidak jarang yang terlibat kasus prostitusi karena tingginya taraf depresi yang melanda. Prostitusi dijalankan dengan bentuk penyesuaian terhadap model pekerjaan baru, sehingga banyak dari pelaku prostitusi yang bertahan atau bahkan keluar karena proses adaptasi dengan lingkungan pelacuran yang begitu kompleks.

2. Goal attainment : Pelaku prostitusi menjalankan penawaran jasa pemuasan seks kepada para pelanggan dengan harapan tercapainya kebutuhan ekonomi sehingga kehidupan menjadi layak dan terpenuhi dengan baik. Kondisi ini memperlihatkan tujuan dari pelaku prostitusi untuk mendapatkan keuntungan demi kelangsungan hidup.

3.  Integration : Pelaku prostitusi menjamin keamanan dengan adanya ikatan emosional dengan germo ataupun dengan konsumen pelayanan seks, dengan harapan terciptanya suatu pola hubungan dan relasi yang akan menjadi landasan serta daya tahan untuk serangan dari pihak luar, seperti kekerasan dan premanisme di luar koridor instansi germo. Pada tahap integrasi, pelaku prostitusi berada pada keadaan klimaks yang menjadikan prostitusi sebagai model atau trend gaya hidup. Berbeda dengan tahapan adaptasi yang memiliki tujuan sebagai bentuk survival, tapi hidup mewah dan perilaku hiperkonsumtif.

4. Latent pattern maintenance : Pelaku prostitusi menemukan titik jenuh dalam kegiatan pelayanan seks. Kejenuhan dapat berupa adanya konflik-konflik dan kompleksnya persoalan yang terdapat dalam instansi germo sehingga mengakibatkan datangnya keinginan pelaku prostitusi untuk membebaskan diri dari ikatan dan interaksi germo ataupun dengan pelaku lain. Pada kondisi ini peran pelaku prostitusi terlihat dominan sebagai awal terbentuknya perubahan sebagai reaksi dan keinginan bebas dari ikatan. Keinginan terlepas dari ikatan germo dan pelaku lainnya dilansir sebagai keinginan pelaku prostitusi untuk melakukan kegiatan prostitusi secara mandiri yang lebih bebas. Salah satu bentuk prostitusi mandiri adalah dengan memanfaatkan teknologi komunikasi berupa media sosial yang menjamur dengan sebutan prostitusi online

Perubahan prostitusi dari bentuk konvensional menuju prostitusi online melibatkan tahapan dan masalah yang dihadapi oleh pelaku prostitusi. Motivasi untuk menjadi mandiri menjadi salah satu faktor yang kuat dalam peralihan dari prostitusi yang melibatkan pihak tengah (germo) menjadi prostitusi mandiri melalui media sosial sebagai pasar penawaran layanan seks. Perubahan ini terjadi karena ketidakpuasan pelaku prostitusi terhadap aturan dan keterbatasan yang diberlakukan oleh germo yang mengendalikan keuntungan yang mereka peroleh

Perubahan prostitusi dari bentuk konvensional menuju prostitusi online melibatkan tahapan dan masalah yang dihadapi oleh pelaku prostitusi. Motivasi untuk menjadi mandiri menjadi salah satu faktor yang kuat dalam peralihan dari prostitusi yang melibatkan pihak tengah (germo) menjadi prostitusi mandiri melalui media sosial sebagai pasar penawaran layanan seks. Perubahan ini terjadi karena ketidakpuasan pelaku prostitusi terhadap aturan dan keterbatasan yang diberlakukan oleh germo yang mengendalikan keuntungan yang mereka peroleh.

penyelesaian kasus prostitusi online juga melibatkan pendekatan individu atau pendekatan personal yang bertujuan untuk membuat pelaku prostitusi online menyadari pelanggaran yang mereka lakukan. Penanganan prostitusi online dapat dicapai melalui regulasi yang ketat dan tegas terkait penggunaan internet dan media sosial dalam konteks sistem sosial. Hal ini bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan teknologi dan mengkategorikannya sebagai pelanggaran yang dapat ditangani secara hukum oleh pihak yang berwenang. Selain regulasi, penting juga untuk mengurangi gaya hidup hyper-konsumtif yang sering digambarkan oleh pelaku prostitusi online. Dengan demikian, dorongan dan ambisi yang tinggi tidak akan menjebak individu dalam situasi kesulitan ekonomi yang memungkinkan mereka terjerumus dalam praktik prostitusi. Pencegahan juga perlu disertai dengan penanaman nilai-nilai moral dalam masyarakat sebagai bentuk kontrol sosial terhadap pelanggaran dan perilaku yang patologis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun