Fan biasanya banyak memunculkan sandiwara yang terkesan bodoh dan lucu bahkan tak masuk di rasio masyarakat umum. Ini tidak lain hanya untuk mengalihkan perhatian masyarakat agar tak begitu tampak aksi para koruptor ini. Begitu mirisnya birokrasi kita, yang seakan begitu mudahnya untuk mencapai tujuan politik hanya dengan bermodalkan mental berani untuk meminjam modal sana-sini untuk di jadikan modal dalam berpolitik.Â
Sudah dapat membeli sebgian suara rakuat atau bahkan sampai mayoritas suara yang menyebabkan paslon ini bisa menang. Siklus ini sudah berlangsung dalam jangka tidak sebentar. Seiring berjalannya waktu kecerdikan para paslon dalam memanfaatkan celah yang sudah diketahui di depan mata. Sayangnyanini tak diimbangi oleh kecerdasan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya atau suaranya demi memajukan negara kita tercinta ini.
Masyarakat harus pitar dan jeli dalam menentukan hak pilihnya. Sedikit banyak harus mrngetahui background para paslon yang akan berkompetisi. Mulai dari perjalanan hidupnya, keahliannya, Â sosok figurnya dan sisi-sisi yang lain yang tak begitu kalah pentingnya. Jangan hanya termakan oleh bujuk rayu dan ajakan dalam bentuk berjuang (beras, baju dan uang) Â semata.Â
Harus memilih fdengan hati nurani dan mulailah memikirkan nasib negara ini kedepannya. Tanamkan prinsip "suara mu dapat menentukan maju mundurnya negara ini". Dengan begitu masyarakat lebih berhati-hati di dalam menentukan pilihannya. Dan semoga birokasi kita semakin baik kedepannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H