Berangkat dari pengalaman yang saya rasakan maka disamping begitu besar manfaat yang saya dapatkan selama menjalani hidup diasrama, ada beberapa hal yang menurut saya perlu menjadi perhatian dan perlu dilakukan pembenahan terkait tata kelola dan juga sistem yang dijalankan.
Hal yang paling saya ingat dari pengalaman yang kurang baik diasrama adalah bagaimana dominannya peran senior sebagai penguasa dalam asrama tersebut, sehingga praktis dalam 1 tahun pertama siswa baru yang masuk kedalam sekolah berbasis asrama memang secara umum hidup didalam ketakutan terhadap keberadaan pada senior tingkat.Â
Umumnya yang memegang kendali adalah senior tingkat atas (kalau ada 3 tingkatan maka kakak kelas 3 ah yang berkuasa) yang memang sangat dominan dalam pemberlakuan kegiatan-kegiatan di asrama. Adanya pendelegasian dari ibu asrama kepada kakak senior sebagai perpanjangan tangan mereka dalam mendampingi para junior sering disalah artikan oleh para senior dan tak sedikit yang menjurus kepada kekerasan dan pemaksaan.
Saya mengalami hal yang sama ketika hadir diasrama sebagai anak baru (sekitar 20 tahun lalu) dimana ekspektasi saya terhadap kehadiran seorang senior sebagai pembimbing ternyata jauh dari harapan untuk memberi pendampingan untuk kemajuan kemandirian saya khususnya untuk hal akademik.Â
Perlakuan yang saya dapatkan justru lebih kepada bagaimana junior bisa menjadi asisten dari senior untuk menjalani hari-hari mereka serta junior menjadi orang yang boleh mereka suruh dalam segala hal (menyetrika baju, mencuci, membagikan stok makanan) yang mereka inginkan.
Tentu hal ini bertolak belakang dengan semangat bahwa senior menjadi panutan dan teladan serta menjadi pendamping dalam tumbuh kembang para junior didalam sekolah berbasis asrama. Kehadiran senior harusnya menjadi pengayom buat para junior bukan malah sebaliknya menjadi sosok yang ditakuti dan tidak disukai dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh yang saya berikan hanyalah pengalaman kecil yang saya alami dan mungkin banyak pengalaman para mantan penghuni sekolah berbasis asrama lain dan bahkan lebih buruk dari yang saya pernah alami khususnya yang sampai melibatkan kekerasan fisik hingga berujung pada korban jiwa.
Tata kelola dan sistem yang dijalankan didalam sekolah berbasis asrama harus tegas dijabarkan dan ketat dalam hal pengawasan. Tidak boleh ada kelengahan dalam melakukan pengawasan yang rutin karena kehidupan dalam asrama itu sangat kompleks dan tiap karakter para penghuni berbeda. Sehingga ketika tata kelola dan sistem yang dibentuk salah maka dampaknya bisa sistemik dan akibatnya kepada siswa secara fisik dan psikis.
Sekali lagi, sekolah berbasis asrama itu sangat baik ketika dilakukan pengelolaan dan pengawasan yang ketat juga serta tata kelola dan sistem yang dijalankan harus secara rutin di awasi dan dievaluasi sehingga tujuan utama dapat tercapai yaitu membentuk karakter yang mandiri dan berdedikasi.
Salam dari mantan penghuni sekolah bebasis asrama