Mohon tunggu...
Irvando Damanik
Irvando Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Mari hidup Cerdas di era Industry 4.0

mari berbagi sekalipun hanya dari pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pak Ogah, "Stakeholder Persimpangan" yang Dipuji Sekaligus Dibenci

13 September 2018   11:35 Diperbarui: 13 September 2018   16:04 1547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(http://wartakota.tribunnews.com: Pak Ogah dianggap mampu bantu polisi atasi kemacetan. Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Pak Ogah Dianggap Mampu Atasi Kemacetan Lalu Lintas, http://wartakota.tribunnews.com/2014/06/04/pak-ogah-dianggap-mampu-atasi-kemacetan-lalu-lintas)

Hampir di setiap persimpangan jalan, gang, perlintasan kereta, atau tempat keramaian kita menemukan sosok (umumnya pria) yang lebih dikenal dengan "pak Ogah" sedang sibuk mengatur lalu lintas kendaraan melintas. 

Hanya bermodal sebuah peluit, mereka sudah bisa memberikan instruksi tertentu, dan juga dibantu oleh gerakan tangan, yang seolah memberikan isyarat kepada para pengendara untuk berjalan, setop, ataupun arahan lain secara bergantian.

Dan menariknya, seluruh pengguna jalan taat atas isyarat yang diberikan oleh si pak Ogah ketika bertugas di tempat tersebut. 

Menaati mereka bisa jadi karena memang mereka sangat berguna dalam mengatur lalu lintas, khususnya di beberapa titik rawan kemacetan dikarenakan tidak ada lampu lalu lintas, atau para pengguna jalan hanya menghargai dan sekadar tidak mau ribut dengan pengguna jalan lain, termasuk si pak Ogah?

Terlepas dari alasan itu, mari melihat kembali apakah memang secara keseluruhan mereka membantu atau malah hanya memanfaatkan kondisi yang ada sebagai lapangan pekerjaan sehari-hari.

Pak ogah sejauh ini memang semakin menjamur di mana-mana. Tidak hanya di pusat kota, tetapi mereka mulai menjelma menjadi sosok yang paling vital di beberapa titik yang berpotensi terjadi kemacetan, khususnya persimpangan.

Pak Ogah banyak mendapat pujian dari masyarakat atas keberadaan mereka di persimpangan jalan yang bisa mengurai kemacetan saat jam-jam sibuk, seperti pagi hari saat akan mengantar anak sekolah, para pekerja yang akan berangkat ke kantor masing-masing, dan juga sebaliknya, di sore hari pada jam-jam tertentu saat kembali ke ke diaman masing-masing.

Keberadaan mereka di persimpangan memang sekilas terlihat sangat membantu bagi pengguna jalan untuk menyeberang masuk ke jalur utama, ketika kepadatan mulai terjadi dipersimpangan tersebut.

Tanpa andil mereka, sering kali, apabila kita mengendarai mobil, maka kita akan kesulitan untuk mendapatkan peluang masuk ke jalur utama jalan. Atau kalau bisa akan membutuhkan waktu yang lama sekali.

Sehingga dengan keadaan tersebut kita juga ikut masuk ke dalam walaupun sering juga kita tidak beruntung, karena setelah sepeda motor yang tadi membuka jalan sudah berlalu, para pengguna jalan lain segera menutup jalur dan di situlah terjadi kekacauan, yang kadang sangat berantakan.

Sebab, kebanyakan para pengguna jalan dan pengendara kendaraan akan menyelamatkan diri masing-masing dari kemacetan tanpa menghiraukan pengguna jalan lain disebelahnya.

Dalam kondisi inilah sering kita sangat membutuhkan hadirnya sosok Pak Ogah yang dalam sekejap mampu mengurai kemacetan yang terjadi.

Dengan sigap mereka memberhentikan dari salah satu arah sehingga dari arah lain dapat melintas terlebih dahulu dan setelahnya dilakukan secara bergantian tergantung intensitas kendaraan yang melintas.

Tak jarang, mereka juga berani memberhentikan kendaraan yang melintas secara terus menerus dari satu arah, untuk memberikan peluang lewat bagi arah yang lainnya.

http://mediaindonesia.com: tidak ada rambu lalulintas dan pengatur jalan)
http://mediaindonesia.com: tidak ada rambu lalulintas dan pengatur jalan)
Dengan hanya bermodalkan Rp 500 atau Rp 1000, kita sudah dapat melintas dengan nyaman tanpa harus berdesak-desakan atau saling membunyikan klakson terhadap arah yang lain, karena pak Ogah sudah menjalankan fungsi mereka di persimpangan jalan.

Namun tidak sedikit juga yang membenci keberadaan pak Ogah diperlintasan jalan. Banyak masyarakat yang justru menuding keberadaan mereka justru menyebabkan kemacetan.

Beberapa dari pengguna jalan menganggap keberadaan mereka justru mengganggu pengguna jalan yang sedang melintas. Pasalnya,kebiasaan mereka menghentikan kendaraan secara tiba-tiba dianggap bisa menyebabkan kecelakaan.

Ada juga yang beranggapan kalau mereka terlalu nekat dalam menyetop kendaraan yang lewat tanpa memperhatikan situasi kendaraan tersebut yang sedang melintas dalam kecepatan tinggi.

Bahkan ada yang berpendapat bahwa merekalah justru penyebab kemacetan yang terjadi, karena cara mereka mengatur jalan bukan untuk memperlancar tetapi malah menyebabkan penumpukan dititik-titik di mana mereka berada. 

Memang beberapa dari mereka kadang menyalahi aturan yang mana para petugas dishub ataupun polisi sudah memasang tali agar tidak melintas, malah mereka membuka agar para pengguna jalan bisa melintas.

(http://korankito.com: beberapa titik yang dibuka olah pak ogah)
(http://korankito.com: beberapa titik yang dibuka olah pak ogah)
Well, pembaca sekalian bisa memberikan penilaian masing-masing tentang keberadaan pak ogah di jalan. Setiap orang mempunyai pendapat pribadi sesuai dengan apa yang pernah dirasakan ketika para pak Ogah bertugas.

Ada yang merasa diuntungkan dengan kehadiran mereka, adapula yang merasa dirugikan atas aksi yang mereka lakukan.

Tetapi yang paling utama adalah mari kita budayakan tertib dalam berlalu lintas dan menghargai sesama pengguna jalan.

Aturan hanyalah media yang berfungsi untuk mengarahkan kita sesuai rambu-rambu yang ada agar keselamatan lebih terjamin dan kenyamanan didapatkan, namun perilaku kitalah yang menentukan apakah aturan tersebut dapat berguna dengan baik atau tidak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun