Mohon tunggu...
Irvando Damanik
Irvando Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Mari hidup Cerdas di era Industry 4.0

mari berbagi sekalipun hanya dari pikiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pak Ogah, "Stakeholder Persimpangan" yang Dipuji Sekaligus Dibenci

13 September 2018   11:35 Diperbarui: 13 September 2018   16:04 1547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kondisi inilah sering kita sangat membutuhkan hadirnya sosok Pak Ogah yang dalam sekejap mampu mengurai kemacetan yang terjadi.

Dengan sigap mereka memberhentikan dari salah satu arah sehingga dari arah lain dapat melintas terlebih dahulu dan setelahnya dilakukan secara bergantian tergantung intensitas kendaraan yang melintas.

Tak jarang, mereka juga berani memberhentikan kendaraan yang melintas secara terus menerus dari satu arah, untuk memberikan peluang lewat bagi arah yang lainnya.

http://mediaindonesia.com: tidak ada rambu lalulintas dan pengatur jalan)
http://mediaindonesia.com: tidak ada rambu lalulintas dan pengatur jalan)
Dengan hanya bermodalkan Rp 500 atau Rp 1000, kita sudah dapat melintas dengan nyaman tanpa harus berdesak-desakan atau saling membunyikan klakson terhadap arah yang lain, karena pak Ogah sudah menjalankan fungsi mereka di persimpangan jalan.

Namun tidak sedikit juga yang membenci keberadaan pak Ogah diperlintasan jalan. Banyak masyarakat yang justru menuding keberadaan mereka justru menyebabkan kemacetan.

Beberapa dari pengguna jalan menganggap keberadaan mereka justru mengganggu pengguna jalan yang sedang melintas. Pasalnya,kebiasaan mereka menghentikan kendaraan secara tiba-tiba dianggap bisa menyebabkan kecelakaan.

Ada juga yang beranggapan kalau mereka terlalu nekat dalam menyetop kendaraan yang lewat tanpa memperhatikan situasi kendaraan tersebut yang sedang melintas dalam kecepatan tinggi.

Bahkan ada yang berpendapat bahwa merekalah justru penyebab kemacetan yang terjadi, karena cara mereka mengatur jalan bukan untuk memperlancar tetapi malah menyebabkan penumpukan dititik-titik di mana mereka berada. 

Memang beberapa dari mereka kadang menyalahi aturan yang mana para petugas dishub ataupun polisi sudah memasang tali agar tidak melintas, malah mereka membuka agar para pengguna jalan bisa melintas.

(http://korankito.com: beberapa titik yang dibuka olah pak ogah)
(http://korankito.com: beberapa titik yang dibuka olah pak ogah)
Well, pembaca sekalian bisa memberikan penilaian masing-masing tentang keberadaan pak ogah di jalan. Setiap orang mempunyai pendapat pribadi sesuai dengan apa yang pernah dirasakan ketika para pak Ogah bertugas.

Ada yang merasa diuntungkan dengan kehadiran mereka, adapula yang merasa dirugikan atas aksi yang mereka lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun