Mohon tunggu...
irvan diego
irvan diego Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Malang

Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pengaruh Mengonsumsi Vitamin C Secara Berlebihan (Hipervitaminosis C)

14 Januari 2023   11:21 Diperbarui: 14 Januari 2023   11:41 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengaruh Mengonsumsi Vitamin C Secara Berlebihan (Hipervitaminosis C)

Pendahuluan

Vitamin adalah zat yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sangat kecil, namun memiliki peran dan fungsi penting dalam tubuh. 

Sebagian besar hewan dan manusia tidak dapat mensintesis vitamin, sehingga diperoleh dari makanan dan minuman. Vitamin banyak terdapat pada buah-buahan, sayuran dan suplemen makanan (Paramita, 2014). Masyarakat memenuhi kebutuhan vitamin C dengan mengkonsumsi minuman bervitamin dibandingkan dengan mengkonsumsi vitamin C pada buah dan sayur secara alami, hal ini dikarenakan minuman bervitamin mudah ditemukan dimanapun dan penggunaannya relative lebih praktis (Wardani, 2012).

Pada masa pandemi COVID-19, vitamin C dibutuhkan untuk meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh sehingga dapat membantu mencegah penyebaran COVID-19 (Polak et al., 2021). Hal ini menyebabkan peningkatan masyarakat yang menyetok dan sering mengonsumsi vitamin C ini karena untuk mencegah terkena virus COVID-19. 

Meluasnya asupan vitamin C selama pandemi COVID-19 dapat menyebabkan penyalahgunaan dosis dan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (Sukmawati et al., 2021). Hal ini melatarbelakangi pembuatan makalah yang membahas pengaruh atau efek dari mengonsumsi vitamin secara berlebihan (Hipervitaminosis).

Pembahasan

Definisi 

Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan normal kehidupan manusia, yang tidak dapat disintesis secara alami oleh senyawa ini. 

Ada dua jenis vitamin, yaitu vitamin larut lemak (A, D, E dan K) dan vitamin larut air (B kompleks dan C), masing-masing memegang peranan penting. Vitamin C merupakan vitamin larut air yang bersifat esensial serta banyak digunakan sebagai suplemen untuk tubuh. 

Vitamin ini dapat diperoleh melalui asupan sayur-sayuran, buah-buahan serta suplemen vitamin C (Siti et al.,2016).Vitamin C adalah vitamin yang larut dalam air, artinya kelebihan vitamin ini tidak bisa disimpan oleh tubuh seperti vitamin A,D,E dan K yang larut ini dalam lemak, sehingga bila kadar vitamin C berlebih maka akan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal. 

Oleh karena itu dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin C setiap hari sesuai kebutuhan (Dwi Rahayu, 2013). Vitamin ini memiliki sifat tidak stabil yang mudah rusak bila terkena udara dan panas yang berlebihan (Ngginak et al., 2019).

Fungsi

Secara umum, peran vitamin C adalah sebagai antioksidan. Selain itu, vitamin C sendiri mampu merangsang kekebalan tubuh dengan cara meningkatkan proliferasi sel T sebagai respon terhadap infeksi. Sudah tidak diragukan lagi manfaat vitamin C dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Sebagai antioksidan yang kuat, vitamin C mampu melawan radikal bebas yang asing bagi tubuh dan produk metabolisme sel itu sendiri. 

Meskipun manfaat mengencangkan dan mencerahkan kulit karena vitamin C, vitamin C merangsang produksi kolagen, protein ekstraseluler yang berperan dalam pengencangan sel. Vitamin C menghambat aktivitas enzim thyrokinase, yang mencegah pembentukan pigmen kulit, menghasilkan kulit yang lebih cerah dan kencang (Naidu, 2003).

Beberapa fungsi vitamin C lainnya antara lain mencegah sariawan, menghambat nitrosamin (diduga bersifat karsinogenik), dan dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan (pemeliharaan tulang, gigi dan kolagen) (Wijayanti & Sungkono, 2017). Vitamin C juga dapat mengurangi mutasi yang terjadi pada tubuh, sehingga risiko penyakit degeneratif dapat dikurangi (Thuraidah et al., 2015). 

Jika asupan vitamin C diperlukan, hal ini menyebabkan gejala defisiensi dan berbagai penyakit. Penyakit yang diakibatkan kekurangan vitamin C antara lain anemia, kulit kering, perdarahan dalam (bleeding), gingivitis, dan gangguan sistem imun (Paramita, 2014). Maka dari fungsi tersebut sudah jelas jika banyak masyarakat yang memilih mengonsumsi vitamin C ini terutama remaja atau perempuan untuk memenuhi kebutuhan kulitnya. Namun dengan tingkat pengetahuan yang berbeda pengonsumsian-nya pun juga berbeda bahkan hingga dosis berlebih.

Efek Mengonsumsi Vitamin C Berlebih

 Masyarakat memenuhi kebutuhan vitamin C dengan mengkonsumsi minuman bervitamin dibandingkan dengan mengkonsumsi vitamin C pada buah dan sayur secara alami, hal ini dikarenakan minuman bervitamin mudah ditemukan dimanapun dan penggunaannya relative lebih praktis (Wardani, 2012). 

Mengonsumsi vitamin C dengan dosis yang tidak memenuhi aturan atau sangat tinggi dibandingkan dengan dosis normal yang diperlukan akan membuat tubuh dan ginjal bekerja lebih berat untuk mengeluarkan kelebihan vitamin tersebut dari tubuh. Kelebihan vitamin C yang tertelan melalui makanan tidak menimbulkan gejala yang signifikan, namun mengonsumsi suplemen vitamin C dosis tinggi menyebabkan gejala hiperoksaluria dan meningkatkan risiko berkembangnya batu ginjal. 

Kelebihan konsumsi vitamin C juga mengakibatkan gangguan percernaan, kram perut, mual, gas lambung berlebih, dan diare (Dini 2012). Pemberian vitamin C langsung ke kulit, jika tidak tepat dosis, menyebabkan alergi, ruam kulit, dan iritasi kulit. Dalam penelitian yang dipublikasikan di Arthritis Foundation, Medical News Today menemukan bahwa kadar vitamin C yang berlebihan dalam tubuh dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena osteofit, atau benjolan tulang yang tumbuh di sekitar persendian atau di tulang (Fitria N, 2019).

 Selain itu, beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan antara lain, beresiko terjadinya diare dan mual-muntah, terbentuknya batu ginjal, meningkatkan risiko diabetes, menghambat proses penyembuhan penyakit kanker serta dapat memicu timbulnya alergi, ruam dan iritasi pada kulit (RI, 2016). Sebuah penelitian yang dilakukan ilmuwan dari University of Minnesota, meneliti lebih dari 38.000 wanita. 

Para peneliti juga mengumpulkan data tentang penggunaan suplemen makanan pada wanita pada tahun 1986, 1997 dan 2004. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa wanita yang mengonsumsi suplemen makanan memiliki rata-rata 2,4 persen lebih tinggi selama 19 tahun studi yang dikonsumsi wanita. suplemen makanan berisiko kematian ketika mereka tidak menggunakan suplemen makanan. 

Penambahan Meningkatnya kematian terkait dengan penggunaan suplemen makanan disebabkan tingginya konsentrasi senyawa kimia yang ditemukan dalam suplemen makanan. Seperti yang kita ketahui, suplemen makanan mengandung lebih banyak nutrisi daripada makanan, dan beberapa senyawa kimia ini menyebabkan efek berbahaya jika digunakan dalam waktu lama karena menumpuk di dalam tubuh (Dewi M.K 2021).

Penutup

Kesimpulan

 Fungsi vitamin C adalah sebagai antioksidan yang mampu merangsang kekebalan tubuh, melawan radikal bebas, untuk mengencangkan dan mencerahkan kulit serta menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko terjadinya penyakit degenaratif. Masyarakat memenuhi kebutuhan vitamin C dengan mengkonsumsi minuman bervitamin dibandingkan dengan mengkonsumsi vitamin C pada buah dan sayur secara alami, hal ini dikarenakan minuman bervitamin mudah ditemukan dimanapun dan penggunaannya relative lebih praktis. 

Mengonsumsi vitamin C dengan dosis yang tidak memenuhi aturan akan membuat tubuh dan ginjal bekerja lebih berat untuk mengeluarkan kelebihan vitamin tersebut dari tubuh. Selain itu, efek samping yang dapat ditimbulkan antara lain, beresiko terjadinya diare dan mual-muntah, terbentuknya batu ginjal, meningkatkan risiko diabetes, menghambat proses penyembuhan penyakit kanker serta dapat memicu timbulnya alergi, ruam dan iritasi pada kulit.

Saran

 Setelah mengetahui efek yang ditimbulkan, sebaiknya kita lebih berhati-hati dan memperhatikan dosis yang normal saja. Kebutuhan setiap orang akan vitamin C pada dasarnya berbeda. Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan orang dewasa mengonsumsi vitamin C sebanyak 75-90 miligram dan tidak lebih dari 2.000 miligram per hari. Meski suplemen dan multivitamin bermanfaat bagi tubuh, mengonsumsi makanan alami bernutrisi seimbang membawa lebih banyak manfaat kesehatan bagi tubuh. Saat Anda mengonsumsi makanan seimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan Anda, tubuh Anda tidak lagi membutuhkan multivitamin atau suplemen. Sebab makanan yang kita konsumsi dari bahan alami justru bisa memberikan tambahan zat gizi lain yang bermanfaat untuk tubuh (Ahli Gizi di RS Siloam Denpasar).

Daftar Pustaka

Amway Today 2022. Berapa Sebaiknya Mengonsumsi Vitamin C? https://amwaytoday.co.id/id/articles/berapa-sebaiknya-mengonsumsi-vitamin-c-

Dewi M.K 2021 Mahasiswa Undip Peringatkan Warga agar Jangan Berlebihan Minum Vitamin C. https://www.kompasiana.com/monikakumala/6110d5bf01019042643166f2/mahasiswa-undip-peringatkan-warga-jangan-berlebihan-minum-vitamin-c

Dini 2012. Efek Vitamin C Berlebih. Available at: http://female.kompas.com/read/2012/02/27/11044371/Efek.Jika.Kelebiha.Vitamin.C

Fitri N. 2019. Efek Samping Konsumsi Vitamin C Berlebihan pada Kesehatan. https://tirto.id/ekvs

Imbang Dwi Rahayu. 2013. Klasifikasi, Fungsi dan Metabolisme Vitamin. Fakultas Pertanian-Peternakan. Universitas Muhamadyah Malang. Avialable at : http://imbang.staff.umm.ac.id/files/2010/02/Klasifikasi_dan_Metabilisme_vitamin_imbang.pdf

Naidu, K. A., 2003. Vitamin C in human health and disease is still mistery? An Overview. J Nur. Vol. 2(7)

Ngginak, J., Rupidara, A., & Daud, Y. (2019). Analisis Kandungan Vitamin C Dari Ekstrak Buah Ara (Ficus Carica L) Dan Markisa Hutan (Passiflora Foetida L). Jurnal Sains Dan Edukasi Sains, 2(2), 54--59.

Paramita, O., 2014. Pengaruh Jenis Air Perendam Terhadap Kandungan Vitamin C, Serat, dan Protein Tepung Mangga (Mangifera indica L.). J. Bahan Alam Terbarukan 2.

Polak, C. L., Malonda, N. S. H., & Amisi, M.D. (2021). Gambaran Kecukupan Vitamin Larut Air Pada Mahasiswa Semester Vi Di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Selama Masa Pandemi Covid-19. Kesmas, 10(2).

Ri, K. (2016). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta (Id): Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

Siti, N., Agustina, A., & Nurhaini, R. (2016). Penetapan Kadar Vitamin C Pada Jerami Nangka (Artocarpus Heterpophyllus L.). Jurnal Farmasi Sains Dan Praktis, 2(1),1--5.

Sukmawati, D., Sondana, G. A., Fikriyyah, N. N., Afifah, Z. N., Firhandini, A., Khumaiya, U., Komsiatun, D. A., Asmara, Y. T., Supiyani, A., & Puspitaningrum, R. (2021). Cellulase-Producing Yeast Isolated From Fermented Cocoa Beans As Biocontrol For Pathogenic Mold Chocolate Fruit Collected From Sentul, Jawa Barat, Indonesia. Journal Of Physics: Conference Series, 1869(1),12043.

Thuraidah, A., Dairobi, A., others., 2015. Pengaruh Kalsium Klorida (CaCl2) dan Lama Penyimpanan Terhadap Kadar Vitamin C Anggur (Vitisvinifera). Med. Lab. Technol. J. 1, hal 61-71.

Wardani, L.A. 2012. ValidasiMetode Analisis dan Penentuan Kadar Vitamin C pada Minuman Buah Kemasan dengan Spektrofotometri UV-Vis. Skripsi. Universitas Indonesia.

Wijayanti, S., & Sungkono, J. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengacu Model Creative Problem Solving Berbasis Somatic, Auditory, Visualization, Intellectually. Al-Jabar: Jurnal Pendidikan Matematika, 8(2), 101--110.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun