Mohon tunggu...
Dian S. Hendroyono
Dian S. Hendroyono Mohon Tunggu... Freelancer - Life is a turning wheel

Freelance Editor dan Penerjemah Kepustakaan Populer Gramedia | Eks Redaktur Tabloid BOLA | Eks Redaktur Pelaksana Tabloid Gaya Hidup Sehat | Eks Redaktur Pelaksana Majalah BOLAVAGANZA | Bekerja di Tabloid BOLA Juli 1995 hingga Tabloid BOLA berhenti terbit November 2018

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal Stres Oksidatif dan Bahaya yang Ditimbulkannya

7 Maret 2023   14:30 Diperbarui: 7 Maret 2023   22:13 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brokoli dan wortel, makanan kaya antioksidan penangkal radikal bebas. (Sumber: Reinaldo Kevin/Unsplash)

Penelitian menemukan bahwa stres oksidatif punya peran pada banyak kondisi medis. Beberapa di antaranya adalah diabetes tipe 2, kanker, dan pengerasan arteri atau aterosklerosis.

Stres oksidatif juga dihubungkan dengan beberapa penyakit syaraf degeneratif, misalnya penyakit Alzheimer’s, penyakit Parkinson’s, amyotrophic lateral sclerosis (ALS), dan multiple sclerosis (MS).

Menurut sebuah artikel yang diterbitkan di Nature Reviews Drug Discovery, yang dirilis pada 2004, hubungan antara stres oksidatif dengan berbagai penyakit syaraf itu sudah diobservasi sejak 1980-an.

Lalu, pada sebuah artikel yang diterbitkan pada 2016 melalui jurnal Experimental Neurology, sudah terbukti bahwa stres oksidatif punya peran terhadap MS sejak 1987.

Lalu, faktor risiko yang bagaimana yang menyebabkan stres oksidatif? Yang pertama adalah merokok, yang bisa menghasilkan ROS. Lalu, terlalu banyak sinar ultraviolet dihubungkan dengan kanker kulit dan kanker lainnya, menurut American Cancer Society.

Obesitas juga bisa meningkatkan stres oksidatif, karena radikal bebas bisa mengikat dan merusak lemak. Karena itu, perubahan gaya hidup dan menyantap menu seimbang bisa membantu membatasi stres oksidatif.

Ada bukti lemah, menurut Live Science, bahwa mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan bisa mengurangi stres oksidatif. Karena itu, menu makan yang kekurangan antioksidan bisa menjadi faktor risiko.

Beberapa makanan yang kaya antioksidan adalah brokoli, wortel, kentang, bayam, dan berbagai jenis beri.

Yah, meski buktinya masih lemah, masih lebih baik menyantap makanan-makanan tersebut, ketimbang tidak sama sekali. Bukan, begitu?

Brokoli dan wortel, makanan kaya antioksidan penangkal radikal bebas. (Sumber: Reinaldo Kevin/Unsplash)
Brokoli dan wortel, makanan kaya antioksidan penangkal radikal bebas. (Sumber: Reinaldo Kevin/Unsplash)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun