Sudah jelas, yang kita bicarakan berikut ini bukan Bono alias Paul David Hewson, orang Irlandia pentolan grup musik rock U2 yang beken itu. Melainkan Bono alias Yassine Bounou, kiper Maroko yang sukses membawa negaranya ke perempat final Piala Dunia 2022, setelah menyingkirkan Spanyol melalui adu penalti.
Kalau selama ini sepertinya Bono selalu berada di balik layar, membiarkan teman-teman setimnya yang mendapat spotlight, maka tidak demikian dengan di Qatar 2022. Namanya menjadi dikenal di seluruh dunia, menjadi Bono kedua yang dikenal dunia.
Hingga kelar babak 16 Besar, Bono telah bermain tiga kali. Dua kali di fase grup, dan satu kali di fase gugur. Di fase grup, Bono tak tampil pada laga kedua Maroko, melawan Belgia, karena pada hari itu ia merasa tak enak badan dan namanya sama sekali menghilang dari daftar skuat Maroko.
Pada tiga laga lainnya, Bono tercatat belum pernah dibobol pemain lawan. Memang benar, Maroko menang 2-1 atas Kanada pada laga ketiga fase grup, akan tetapi, gol Kanada itu adalah hasil bunuh diri rekan setimnya, bek Nayef Aguerd.
Bahkan pada adu penalti melawan Spanyol, tiga anak buah Luis Enrique juga tak mampu membobol gawangnya. Ia sukses menjadi penghalang penalti Carlos Soler dan Sergio Busquets, sementara Pablo Sarabia meleset.
Kiper yang bermain di klub Spanyol, Sevilla, ini lahir di Montreal, Kanada, pada 5 April 1991. Berarti usianya sekarang 31 tahun. Kedua orangtuanya asli Maroko. Ayahnya berasal dari Taounate, sebuah daerah di utara Maroko, demikian menurut situs resmi Taounate. Lalu, pada usia 3 tahun, keluarga Bounou pindah ke Casablanca di Maroko. Pada awalnya, Bono bermain sepak bola jalanan di Casablanca, sebelum akhirnya bergabung dengan Wydad Casablanca pada usia 8 tahun.
Pada awalnya, ayah Bono tidak ingin putranya menjadi pesepak bola, walau ia memberi kebebasan pada putranya untuk melakukan apa saja. Demikian pula dengan ibunya. Kedua orangtua Bono tidak mengenal sepak bola dan untuk mereka, putranya sebaiknya tak perlu berlatih setiap hari untuk itu.
“Saya tidak mau kamu menghabiskan banyak waktu untuk sepak bola,” demikian kata ayah Bono, seperti dikutip dari Mundo Deportivo.
Bono bermimpi menjadi pesepak bola. Ia bisa bermain dengan kedua kakinya. Namun, karena tinggi badannya yang tak kenal kompromi, akhirnya pelatih junior Wydad menyarankannya untuk menjadi kiper.
Akhirnya, Bono menjadi kiper, meniru dua kiper idolanya, kiper italia, Gianluigi Buffon, dan kiper Belanda, Edwin van der Sar. Namanya juga mulai didengar, sampai menarik perhatian klub Prancis, Nice, yang ingin merekrutnya ketika ia berusia 17 tahun.
Sayangnya, masalah birokrasi menghambat kiper bertinggi 192 cm itu berangkat ke Prancis. Akhirnya, ia memulai karier pro bersama klub tempatnya berlatih pertama kali, Wydad Casablanca.
Sekembalinya dari Prancis, Bono berlatih secara rutin bersama tim inti Wydad, sampai akhirnya kesempatan yang dinanti tiba. Pada usia 20 tahun, ia melakukan debut di final Liga Champion Afrika di Tunisia. Di hadapan 80.000 orang, klub Maroko itu menunjukkan apa yang dimiliki Bono: Tekanan tak berarti apa-apa untuknya. Setelah itu, dan juga berkat cederanya kiper pertama, Bono bisa tampil 15 kali beruntun bersama Wydad, modal yang cukup untuk klub Eropa tertarik padanya, ketika kontraknya bersama Wydad kelar.
Spanyol menjadi tempat berlabuh Bono selanjutnya sejak 2012 hingga saat ini. Atletico Madrid adalah klub pertamanya. Sayangnya, ia hanya bermain di Atletico B, gagal menembus tim inti Atletico, yang membuatnya dipinjamkan ke Real Zaragoza selama dua musim hingga 2016.
Akhirnya ia pindah ke klub Spanyol lain, Girona, pada 2016. Bono dipinjamkan ke Sevilla selama satu musim, 2019-20. Meski hanya pinjaman, Bono tampil cemerlang di Liga Europa. Ia membawa Sevilla mengalahkan Manchester United di semifinal, lalu menang juga atas Inter Milan di final.
Sevilla pun merekrut Bono secara permanen sejak 4 September 2020. Kontrak dengan Sevilla akan berakhir pada 30 Juni 2025, setelah melakukan perpanjangan kontrak pada 19 April 2022.
Pada musim 2021-22, Bono menerima Trofi Zamora, trofi yang diberikan kepada kiper yang memiliki rasio jumlah kebobolan gol berbanding jumlah pertandingan paling kecil. Syarat lain adalah seorang kiper harus bermain sedikitnya 28 laga per musim, dengan minimal 60 menit per laga, untuk mendapatkan Trofi Zamora.
Musim 2021-22 adalah pertama kalinya Bono menerima Trofi Zamora, meneruskan prestasi yang telah dibuat kiper-kiper seperti dua kiper dari kota Madrid, Jan Oblak dan Thibaut Courtois. Pada musim itu, Bono bermain sebanyak 31 kali dan kebobolan 24 kali. Dengan demikian, Bono memiliki rasio 0,77.
Untuk tim nasional, karena Bono lahir di Kanada, bisa saja ia memilih untuk bermain bersama mereka. Namun, tidak demikian. Seperti halnya rekan-rekannya yang kebanyakan lahir di negeri orang, Bono tetap memilih untuk membela darahnya, Maroko, yang dilakukannya sejak 14 Agustus 2013. Hingga kini, ia telah bermain sebanyak 49 kali.
Bagaimana kelanjutan kisah Bono, kiper Maroko, bukan anggota U2, pada sisa Piala Dunia 2022? Kita nantikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H